Mohon tunggu...
ANISSA
ANISSA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Saya merupakan mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di tingkat semester V dengan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Saya memiliki minat pada hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Studi Kasus Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas II di Sekolah Dasar

4 Desember 2024   13:07 Diperbarui: 4 Desember 2024   13:38 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

BAB I 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran sejatinya terdiri dari beberapa komponen, yakni meliputi guru, peserta didik, sarana dan prasarana. Hal-hal tersebut tentu cukup berpengaruh terhadap jalannya kegiatan pembelajaran. Tanpa adanya salah satu dari komponen tersebut, tentu akan memengaruhi jalannya kegiatan pembelajaran. Peserta didik merupakan bagian utama dari komponen pembelajaran yang berperan sebagai subjek belajar. Tanpa adanya peserta didik, maka kegiatan pembelajaran tidak akan berlangsung.

Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik tentunya memiliki respon yang berbeda-beda. Ada yang semangat, antusias, dan rajin mengikuti jalannya pembelajaran. Ada pula yang terlihat lesu, kurang bersemangat, dan cenderung pasif. Respon yang beragam ini membuat adanya dugaan bahwa peserta didik belajar tanpa didasari motivasi dalam dirinya.

Motivasi belajar merupakan sebuah dorongan yang terjadi dalam diri peserta didik, yang bisa muncul baik dari dalam diri maupun dari luar diri peserta didik. Ada atau tidaknya motivasi belajar, dapat dilihat dari tingkah laku peserta didik, seperti halnya minat, konsentrasi, ketajaman, ketekunan, dan sebagainya (Giawa, 2021:328). Motivasi belajar memiliki kedudukan yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa adanya motivasi, maka seorang anak/peserta didik akan kesulitan untuk melakukan kegiatan belajar. Seseorang yang tidak termotivasi dalam belajar, kemungkinan besar juga dia tidak akan melakukan  kegiatan belajar. Dalam hal ini, motivasi belajar penting sekali untuk diciptakan baik dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar peserta didik.

Seorang peserta didik akan memperoleh prestasi yang memuaskan, jika ia mau belajar dengan sungguh-sungguh (Jannah, 2021: 3379). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dibutuhkan motivasi belajar untuk memperoleh apa yang diharapkan, yaitu tercapainya tujuan pembelajaran bagi pendidik dan memperoleh perubahan tingkah laku yang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta perolehan prestasi belajar bagi peserta didik. Adanya motivasi belajar dalam diri peserta didik, tentu akan membantu mereka memahami apa yang dipelajarinya. Mereka akan lebih semangat dalam proses pembelajaran. Mereka juga akan berpeluang untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan, karena memang dalam dirinya telah tumbuh dorongan untuk melakukan aktivitas belajar. Lain halnya dengan peserta didik yang tidak memiliki motivasi belajar, mereka cenderung akan lalai atas setiap tugas yang diberikan. Dengan demikian, motivasi akan berpengaruh besar terhadap berjalannya kegiatn pembelajaran dan hasil yang akan dicapai atas dilaksanakannya kegiatan pembelajaran tersebut.

Melihat akan pentingnya motivasi belajar dalam diri peserta didik, maka dari itu peneliti melakukan penelitian mengenai motivasi belajar yang terjadi pada peserta didik kelas II di salah satu sekolah dasar di Kota Serang.

Rumusan Masalah

  • Bagaimana motivasi belajar peserta didik kelas II di salah satu sekolah dasar di Kota Serang?
  • Bagaimana cara guru untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas II di salah satu sekolah dasar di Kota Serang?

Tujuan Penulisan

  • Untuk mendeskripsikan bagaimana motivasi belajar peserta didik kelas II di salah satu sekolah dasar di Kota Serang.
  • Untuk mendeskripsikan bagaimana cara guru untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas II di salah satu sekolah dasar di Kota Serang.

Manfaat Penulisan

  • Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tekhusus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran, salah satunya ialah motivasi belajar.
  • Bagi pembaca, untuk memperkaya pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran, salah satunya yaitu motivasi belajar.

Metode Pengumpulan Data

Dalam mendukung informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini, peneliti membutuhkan metode untuk mendukung jalannya penelitian. Dalam hal ini metode yang digunakan oleh peneliti ial metode studi kasus. Metode studi kasus merupakan  metode penelitian yang dilakukan melalui penelitian yang mendalam terhadap suatu kasus tertentu untuk menemukan jawaban atas pertanyaan peneliti (Setyowati dkk, 2023: 157). Dengan demikian untuk memperkuat hasil penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ialah sebagai berikut:

  • Observasi

Observasi atau dikenal juga dengan pengamatan. Observasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sitematis, terencana, dan tetarah dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai fenomena sosial serta gejala-gejala melalui kegiatan pengamatan. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan kepada peserta didik ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. (Walidin, 2015: 127).

  • Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan berupa percakapan yang dilakukan dengan maksud/tujuan tertentu. Dalam hal ini, maksud dan tujuan peneliti ialah untuk memperoleh inormasi lebih lanjut mengenai permasalahan yang sedang diteletinya melalui kegiatan percakapan yang ditunjukkan kepada narasumber, yakni guru kelas.

  • Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu metode atau teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui berbagai sumber penelitian, baik dalam bentuk tulisan, gambar, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.

BAB II 

PEMBAHASAN

Identifikasi Masalah

Dalam mendukung jalannya kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa hal yang berpengaruh dalam proses maupun hasil belajar itu sendiri. Namun pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang belum sepenuhnya mampu untuk menyelesaikan tugas yang gurunya berikan. Dengan demikian, salah satu permasalahan yang dihadapi peserta didik kelas II di salah satu sekolah dasar di Kota Serang ialah "Kurang motivasi belajar.

Peserta didik kelas II/A terdiri dari 15 peserta didik. Pada kegiatan pembelajaran, mereka menunjukkan respon yang beragam. Ada yang bersemangat dan aktif saat kegiatan pembelajaran. Namun ada juga sebagian dari mereka yang masih cenderung pasif dan bahkan tidak bersemangat sama sekali saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran, peserta didik cenderung diam, tidak langsung mengerjakan tugas, serta malu untuk berbicara.

Setelah diulik lebih dalam mengenai permasalahan yang dihadapi oleh peneliti. Diperoleh identifikasi masalah, yakni berupa kurangnya motivasi belajar yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. Dalam hal ini ialah keluarga. Seperti halnya contoh  kasus, K merupakan salah satu siswi kelas II Sekolah Dasar. K mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena K memiliki rasa malas untuk belajar. Serta kurangnya dukungan orang tua dalam memotivasi K untuk belajar.

Kasus yang Dikaji

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kasus yang akan dikaji oleh peneliti ialah mengenai motivasi belajar yang terjadi pada peserta didik kelas II di salah satu sekolah dasar di Kota Serang. Kasus yang akan dikaji berfokus kepada peserta didik dalam lingkup individu, yakni:

Nama (inisial)           : K

Kelas                              : II

Umur                             : 8 tahun

Jenis Kelamin            : Perempuan

Interpretasi Hasil

Dalam pembelajaran, peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti jalannya pembelajaran. Peserta didik cenderung membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaan tugas. Peserta didik juga seringkali tidak hadir dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik cenderung kurang terbuka atas apa yang sedang dialaminya. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai hal apa yang sedang dihadapi oleh peserta didik, sehingga dapat menjadi masalah dan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran bagi peserta didik. Peneliti melakukan pencarian data peserta didik terkait hal-hal yang berkaitan dengannya, baik dari dalam diri peserta didik maupun faktor dari luar.

Motivasi merupakan hal pokok yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Motivasi merupakan sebuah dorongan yang dapat menggerakkan seseorang untuk berproses dalam mencapai tujuan tertentu (Susanti, 2019: 4). Motivasi dapat timbul dalam diri seseorang baik faktor dari diri sendiri maupun faktor dari luar. Motivasi instrinsik erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang, lain halnya sedang motivasi ekstrinsik, yang mana motivasi/dorongan ini timbul dari luar diri peserta didik. Seperti halnya orang tua, keluarga, guru, dan sebagainya. Dalam hal ini, diri sendiri, orang tua, dan guru memiliki peran penting dalam menciptakan semangat belajar peserta didik.

Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas diperoleh hasil bahwasannya peserta didik berinisial K mengalami kesulitan dalam belajar. Ketika pembelajaran berlangsung K sulit untuk mengikuti jalannya pembelajaran. K cenderung diam dan tidak mau berbicara. K seringkali tidak hadir saat pembelajaran, bahkan K pernah hadir ketika kegiatan UTS dilaksanakan saja. Selebihnya K tidak mengikuti jalannya pembelajaran dengan baik.

Permasalahan ini terjadi karena beberapa hal, baik dari dalam diri peserta didik K maupun dari luar diri K. Berdasarkan kegiatan wawancara, K tipikal anak yang pendiam dan kurang berani untuk bertanya baik kepada temannya maupun kepada guru. Kepribadian pada dasarnya turut menjadi faktor ada/tidaknya motivasi belajar. Kurangnya motivasi belajar K dapat terjadi karena memang K enggan untuk belajar. Menurut Wasono (2021: 89) peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas pada dasarnya terjadi karena kurangnya kesadaran dan ketertarikan akan pentingnya belajar. Hal ini juga bisa terjadi karena peserta didik datang ke sekolah bukan dari dirinya sendiri, melainkan adanya paksaan dari orang tua. Sehingga, belum adanya kemauan dalam belajar.

Timbulnya motivasi belajar dalam diri peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh kepribadiannya, tetapi juga hal-hal yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Seperti halnya keluarga. Kurangnya motivasi belajar yang K peroleh di lingkungan keluarga. K merupakan anak kurang mendapatkan perhatian sepenuhnya dari orang tuanya. Informasi tersebut diperoleh berdasarkan kegiatan wawancara peneliti dengan Ibu wali kelas II. Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti. Diperoleh hasil bahwasannya peserta didik inisial K merupakan anak yang terlahir dari keluarga yang kurang harmonis (korban perceraian). Hidup dengan keluarga yang kurang lengkap, membuat K kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Di umur yang masih perlu bimbingan, penting bagi K untuk mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Dukungan orang tua merupakan kunci dan dapat menstimulasi semangat belajar peserta didik serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dukungan orang tua pun beragam, bisa melalui dorongan, bimbingan, serta dukungan emosional yang mampu mendorong perkembangan positif dalam mendidik anak (Frangki, 2021:55).

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk semangat belajar anaknya. Dukungan orang tua yang sesuai, mampu membentuk semangat belajar peserta didik yang optimal. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Seperti halnya yang disampaikan oleh wali kelas II, bahwasannya orang tua merupakan rumah pertama bagi anaknya, orang tua yang memberikan perhatian seutuhnya pada anak, maka akan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anaknya itu pula. Orang tua yang menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya, memberikan perhatian, dorongan bagi anaknya terhadap hal-hal yang positif maka itu akan menumbuhkan motivasi belajar anak. Anak akan merasa disayang, diperhatikan, sehingga dia merasa nyaman, dan pada akhirnya hal itu akan menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat belajarnya (Ratnaningrum dkk, 2021:83)

Hal tersebut tidak sejalan dengan peserta didik yang kurang mendapatkan perhatian di lingkungan keluarga. Peserta didik yang kurang mendapatkan perhatian di lingkungan keluarga, mereka akan mencari perhatian di tempat lain.  Salah satunya di sekolah. Dalam hal ini, konsentrasi untuk belajar dapat terganggu, karena fokus peserta didik datang ke sekolah bukan untuk belajar, melainkan untuk bermain atau hal lainnya. Peserta didik yang kurang mendapatkan motivasi belajar dari orang tuanya, akan menjadikan sekolah sebagai hal yang kurang penting. Mereka menganggap belajar bukanlah sebuah kebutuhan dan cenderung cuek. Seperti halnya yang disampaikan oleh wawancara peneliti dengan narasumber, yang mana diperoleh bahwaannya tidak ada anak yang nakal, hanya saja anak itu kurang mendapatkan kasih sayang. Dengan demikian, penting bagi orang tua untuk mampu memberikan dorongan/semangat belajar kepada anaknya, bisa melalui bimbingan, pemberian reward sederhana, pujian, dan lain sebagainya.

Motivasi belajar tidak hanya berasal dari dalam diri dan orang tua saja, tetapi juga dari guru. Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwasannya guru juga berperan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Guru juga bisa memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Guru yang semangat dalam mengajar, menerapkan model atau metode belajar yang menyenangakan, menggunakan berbagai media dalam mendukung pembelajaran, menerapkan ice breaking atau games di sela-sela pembelajaran juga merupakan beberapa bentuk dari motivasi belajar yang dapat guru berikan kepada peserta didiknya. Mengajar merupakan suatu proses yang bersifat kompleks, jadi tidak hanya sekadar menyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu. Dalam hal ini, guru perlu menyesuaikan setiap model, metode yang diterapkannya dalam proses pembelajaran. karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.

Guru yang kreatif dapat membangun motivasi belajar peserta didiknya. Guru yang kreatif akan mampu mengemas berbagai materi dengan media yang kreatif dan inovatif yang bisa menarik minat belajar peserta didik. Sehingga dalam hal ini, kegiatan pembelajaran tidak bersifat monoton (Wasono, 2021:91). Anak-anak akan lebih senang dalam pembelajaran, terlebih peserta didik kelas rendah yang mana masih dalam peralihan usia dini ke usia kanak-kanak.

Peralihan usia dini ke usia kanak-kanak tidak semudah yang dibayangkan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan wali kelas II, penerapan metode yang sering beliau terapkan itu hanya sekadar metode ceramah dan tanya jawab saja. Metode ini merupakan cara yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut beliau metode ini efektif diterapkan di kelasnya. Metode ini juga telah disesuaikan dengan karakter peserta didiknya. Dalam hal ini memang metode pembelajaran juga model pembelajaran perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran, dan materi ajar. Pertimbangan ini perlu dilakukan karena memang pada dasarnya tidak semua metode dapat diterapkan di semua materi ajar (Mahmud, 2017: 98). Sehingga perlu adanya kesesuaian antara metode dengan peserta didik, tujuan pembelajaran, lingkungan sekolah, dan sebagainya.

Sama halnya dengan metode, keberadaan sarana dan prasarana juga turut berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap akan memudahkan peserta didik untuk memahami pembelajaran. Sarana dan prasarana perlu menjadi perhatian bagi kepala sekolah dan komponen yang telibat di dalamnya. Pengembangan sarana dan prasarana juga betujuan untuk kelancaran dalan kegiatan pembelajaran. Sarana dan prasarana ini dapat berupa bangunan atau benda-benda lain yang sekiranya mendukung kegiatan pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tampaknya agak membatasi guru dalam penggunaan media atau model belajar yang digunakan. Misal, guru ingin menampilkan sebuah video tapi di sekolah tersebut belum tersedia proyektor & LCD. Hal tersebut turut menjadi permasalahan yang perlu dipecahkan bersama-sama dalam upaya pengembangan dalam kegiatan pembelajaran.

Sehubung dengan sarana dan prasarana, penerapan media pembelajaran juga memegang peranan penting dalam membangun motivasi peserta didik. Berdasarkan kegiatan wawancara dan observasi yang dilakukan, penggunaan media pembelajaran yang diterapkan di salah satu sekolah dasar di Kota Serang terkhusus di kelas II masih belum beragam. Media yang digunakan yakni berupa media konvensinal. Namun media ini juga cukup membantu jalannya pembelajaran. Berdasarkan kegiatan wawancara, untuk media pembelajaran yang tersedia di SD tersebut bisa dikatakan sangat terbatas. Jika diterapkan di kelas pun terkadang peserta didik masih belum antusias terhadap media yang digunakan. Tetapi setidaknya ada peningkatan di setiap penerapan penggunaan media pembelajaran. Dalam hal ini, media yang digunakan ialah media konkret, yang mana media inipun dibuat sendiri oleh wali kelas dari kelas II.

Penggunaan media dalam pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam menyampaikan maksud dari materi yang diajarkan, sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang disampaikannya. Anak-anak terlihat antusias belajar menggunakan media konkret. Lain halnya jika hanya menggunakan alat tulis dan sepidol saja, peserta didik terlihat agak bosan jika pembelajarannya hanya bersifat monoton. Dengan demikian, ketersediaan sarana dan prasarana dalam hal ini meliputi media turut berpengaruh dan menjadi faktor pendukung terciptanya motivasi belajar peserta didik.

Hal-hal tersebut merupakan bagian penting yang turut berpengaruh terhadap keberadaan motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian, penting bagi guru dan orang tua untuk dapat bekerja sama secara aktif dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Meskipun dalam hal ini, peserta didiklah yang memiliki kendali cukup besar dalam ada atau tidaknya motivasi belajar, namun mengingat peserta didik kelas II Sekolah Dasar masih berada di fase yang butuh bimbingan. Maka dari itu peran guru, orang tua, dan lingkungan sekitarnya akan berpengaruh terhadap motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik.

Berdasarkan kegiatan wawancara dan observasi yang dilakukan, diperoleh bahwasannya kepala sekolah dan wali kelas telah melakukan kerja sama untuk memperoleh informasi lebih dalam mengenai peserta didik dengan inisial K. Kepala sekolah dan wali kelas sudah beberapa kali bertemu dengan wali murid peserta didik berinisial K untuk membahas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh anaknya. Namun sayangnya, cara tersebut belum mampu membuat peserta didik berinisial K berubah, K masih saja tertinggal dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini juga berkaitan dengan kebijakan kurikulum merdeka, yang mana semua peserta didik akan tetap naik kelas meskipun belum tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah dan wali kelas sangat menyayangkan hal ini terjadi, karena tentu akan merugikan peserta didiknya. Peserta didik yang belum bisa apa-apa tetapi dipaksa untuk terus melanjutkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian, permasalah ini akan terus ditindaklanjuti dalam upaya peningkatan motivasi belajar peserta didik.

Permasalahan yang terjadi bukanlah hal yang kecil, tetapi menyangkut bagaimana perkembangan K untuk keberlanjutan pendidikannya. Dalam hal ini, peneliti memberikan solusi, yang sekiranya dapat diterapkan atas permasalahan yang dihadapi peserta didik berinisial K, yakni melalui:

  • Pendidik dapat melakukan pendekatan dengan peserta didik

Pendekatan yang dimaksud dalam hal ini ialah, pendidik bersikap lebih terbuka terhadap apa yang dihadapi oleh peserta didik, pendidik juga dapat berempati terhadap peserta didik seperti menghargai pendapat peserta didik, pikiran, perasaan, keyakinan, dan segala hal yang sedang dirasakan oleh peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik akan merasa dihargai, dan merasa dipedulikan. Dengan demikian, mereka dapat lebih terbuka terhadap permasalahan yang mungkin sedang dihadapinya.

  • Terdapat bimbingan yang diberikan oleh pendidik

Bimbingan ini dapat berupa arahan kepada peserta didiknya. Seperti halnya dalam kesulitan belajar. Pendidik dapat memberikan bimbingan berupa bimbel atau juga konsultasi terkait hal-hal yang berkaitan dengan akademis maupun non-akademis.

  • Pendidik dapat menerpakan berbagai model dan metode ajar yang menarik

Dalam hal ini, pemilihan model dan metode akan berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Metode/model yang sifatnya seperti bermain, akan mendorong semangat belajar peserta didik. Dalam hal ini, model/metode yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

  • Adanya rasa cinta dan ikhlas terhadap profesinya sebagai pendidik

Hal ini berkaitan dengan, motivasi belajar pendidik. Jika pendidik melakukan kegiatan mengajar dengan sepenuh hati karena panggilan jiwa, maka perasaan ini juga akan terasa oleh peserta didik. Dengan demikian, adanya rasa cinta dan semangat mengajar akan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

  • Menjalin kerja sama yang baik dengan wali murid

Dalam hal ini, pendidik dapat menjalin hubungan yang baik dengan wali murid. Pendidik dapat memberikan nasihat serta bertukar pendapat terkait peserta didik. Sehingga, jalannya kerja sama ini dapat membantu meningkatkan motivasi dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, yang tentunya berkaitan dengan pembelajaran.


BAB III 

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwasannya motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Motivasi belajar bisa timbul baik dalam diri maupun dari luar diri peserta didik. Dalam hal ini keterlibatan diri sendiri, guru, orang tua, dan lingkungan sekitar akan berpengaruh terhadap motivasi belajar seseorang. Dengan demikian, penting bagi orang tua untuk selalu melibatkan dirinya dalam membimbing dan mengarahkan anakanya. Begitu pula dengan sekolah ataupun guru, untuk bisa selalu memberikan empati, dukungan, bimbingan, keterbukaan terhadap peserta didiknya. Manajemen sekolah yang baik dapat diterapkan melalui hal kecil, seperti membangun motivasi belajar peserta didik melalui kerja sama yang baik antara guru dan wali murid. Sehingga diharapkan tercapainya tujuan pembelajaran, dan meningkatnya motivasi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam menghadapi permasalahan mengenai motivasi belajar peserta didik kelas II. Dalam hal ini manajemen yang baik antara sekolah dan orang tua, tentu akan membangun hubungan dan komunikasi yang baik pula. Guru berperan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik, namun orang tua juga tidak kalah penting perannya dalam meningkatkan motivasi belajar anaknya. Dengan demikian, manajemen yang baik antara sekolah dengan orang tua akan membantu peserta didik dalam jalannya kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan mampu menciptakan generasi yang mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Dosen Pengampu : Firdaus, M. Pd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun