Interpretasi Hasil
Dalam pembelajaran, peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti jalannya pembelajaran. Peserta didik cenderung membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaan tugas. Peserta didik juga seringkali tidak hadir dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik cenderung kurang terbuka atas apa yang sedang dialaminya. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai hal apa yang sedang dihadapi oleh peserta didik, sehingga dapat menjadi masalah dan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran bagi peserta didik. Peneliti melakukan pencarian data peserta didik terkait hal-hal yang berkaitan dengannya, baik dari dalam diri peserta didik maupun faktor dari luar.
Motivasi merupakan hal pokok yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Motivasi merupakan sebuah dorongan yang dapat menggerakkan seseorang untuk berproses dalam mencapai tujuan tertentu (Susanti, 2019: 4). Motivasi dapat timbul dalam diri seseorang baik faktor dari diri sendiri maupun faktor dari luar. Motivasi instrinsik erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang, lain halnya sedang motivasi ekstrinsik, yang mana motivasi/dorongan ini timbul dari luar diri peserta didik. Seperti halnya orang tua, keluarga, guru, dan sebagainya. Dalam hal ini, diri sendiri, orang tua, dan guru memiliki peran penting dalam menciptakan semangat belajar peserta didik.
Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas diperoleh hasil bahwasannya peserta didik berinisial K mengalami kesulitan dalam belajar. Ketika pembelajaran berlangsung K sulit untuk mengikuti jalannya pembelajaran. K cenderung diam dan tidak mau berbicara. K seringkali tidak hadir saat pembelajaran, bahkan K pernah hadir ketika kegiatan UTS dilaksanakan saja. Selebihnya K tidak mengikuti jalannya pembelajaran dengan baik.
Permasalahan ini terjadi karena beberapa hal, baik dari dalam diri peserta didik K maupun dari luar diri K. Berdasarkan kegiatan wawancara, K tipikal anak yang pendiam dan kurang berani untuk bertanya baik kepada temannya maupun kepada guru. Kepribadian pada dasarnya turut menjadi faktor ada/tidaknya motivasi belajar. Kurangnya motivasi belajar K dapat terjadi karena memang K enggan untuk belajar. Menurut Wasono (2021: 89) peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas pada dasarnya terjadi karena kurangnya kesadaran dan ketertarikan akan pentingnya belajar. Hal ini juga bisa terjadi karena peserta didik datang ke sekolah bukan dari dirinya sendiri, melainkan adanya paksaan dari orang tua. Sehingga, belum adanya kemauan dalam belajar.
Timbulnya motivasi belajar dalam diri peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh kepribadiannya, tetapi juga hal-hal yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Seperti halnya keluarga. Kurangnya motivasi belajar yang K peroleh di lingkungan keluarga. K merupakan anak kurang mendapatkan perhatian sepenuhnya dari orang tuanya. Informasi tersebut diperoleh berdasarkan kegiatan wawancara peneliti dengan Ibu wali kelas II. Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti. Diperoleh hasil bahwasannya peserta didik inisial K merupakan anak yang terlahir dari keluarga yang kurang harmonis (korban perceraian). Hidup dengan keluarga yang kurang lengkap, membuat K kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Di umur yang masih perlu bimbingan, penting bagi K untuk mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Dukungan orang tua merupakan kunci dan dapat menstimulasi semangat belajar peserta didik serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dukungan orang tua pun beragam, bisa melalui dorongan, bimbingan, serta dukungan emosional yang mampu mendorong perkembangan positif dalam mendidik anak (Frangki, 2021:55).
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk semangat belajar anaknya. Dukungan orang tua yang sesuai, mampu membentuk semangat belajar peserta didik yang optimal. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Seperti halnya yang disampaikan oleh wali kelas II, bahwasannya orang tua merupakan rumah pertama bagi anaknya, orang tua yang memberikan perhatian seutuhnya pada anak, maka akan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anaknya itu pula. Orang tua yang menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya, memberikan perhatian, dorongan bagi anaknya terhadap hal-hal yang positif maka itu akan menumbuhkan motivasi belajar anak. Anak akan merasa disayang, diperhatikan, sehingga dia merasa nyaman, dan pada akhirnya hal itu akan menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat belajarnya (Ratnaningrum dkk, 2021:83)
Hal tersebut tidak sejalan dengan peserta didik yang kurang mendapatkan perhatian di lingkungan keluarga. Peserta didik yang kurang mendapatkan perhatian di lingkungan keluarga, mereka akan mencari perhatian di tempat lain. Â Salah satunya di sekolah. Dalam hal ini, konsentrasi untuk belajar dapat terganggu, karena fokus peserta didik datang ke sekolah bukan untuk belajar, melainkan untuk bermain atau hal lainnya. Peserta didik yang kurang mendapatkan motivasi belajar dari orang tuanya, akan menjadikan sekolah sebagai hal yang kurang penting. Mereka menganggap belajar bukanlah sebuah kebutuhan dan cenderung cuek. Seperti halnya yang disampaikan oleh wawancara peneliti dengan narasumber, yang mana diperoleh bahwaannya tidak ada anak yang nakal, hanya saja anak itu kurang mendapatkan kasih sayang. Dengan demikian, penting bagi orang tua untuk mampu memberikan dorongan/semangat belajar kepada anaknya, bisa melalui bimbingan, pemberian reward sederhana, pujian, dan lain sebagainya.
Motivasi belajar tidak hanya berasal dari dalam diri dan orang tua saja, tetapi juga dari guru. Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwasannya guru juga berperan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Guru juga bisa memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Guru yang semangat dalam mengajar, menerapkan model atau metode belajar yang menyenangakan, menggunakan berbagai media dalam mendukung pembelajaran, menerapkan ice breaking atau games di sela-sela pembelajaran juga merupakan beberapa bentuk dari motivasi belajar yang dapat guru berikan kepada peserta didiknya. Mengajar merupakan suatu proses yang bersifat kompleks, jadi tidak hanya sekadar menyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu. Dalam hal ini, guru perlu menyesuaikan setiap model, metode yang diterapkannya dalam proses pembelajaran. karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.
Guru yang kreatif dapat membangun motivasi belajar peserta didiknya. Guru yang kreatif akan mampu mengemas berbagai materi dengan media yang kreatif dan inovatif yang bisa menarik minat belajar peserta didik. Sehingga dalam hal ini, kegiatan pembelajaran tidak bersifat monoton (Wasono, 2021:91). Anak-anak akan lebih senang dalam pembelajaran, terlebih peserta didik kelas rendah yang mana masih dalam peralihan usia dini ke usia kanak-kanak.
Peralihan usia dini ke usia kanak-kanak tidak semudah yang dibayangkan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan wali kelas II, penerapan metode yang sering beliau terapkan itu hanya sekadar metode ceramah dan tanya jawab saja. Metode ini merupakan cara yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut beliau metode ini efektif diterapkan di kelasnya. Metode ini juga telah disesuaikan dengan karakter peserta didiknya. Dalam hal ini memang metode pembelajaran juga model pembelajaran perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran, dan materi ajar. Pertimbangan ini perlu dilakukan karena memang pada dasarnya tidak semua metode dapat diterapkan di semua materi ajar (Mahmud, 2017: 98). Sehingga perlu adanya kesesuaian antara metode dengan peserta didik, tujuan pembelajaran, lingkungan sekolah, dan sebagainya.
Sama halnya dengan metode, keberadaan sarana dan prasarana juga turut berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap akan memudahkan peserta didik untuk memahami pembelajaran. Sarana dan prasarana perlu menjadi perhatian bagi kepala sekolah dan komponen yang telibat di dalamnya. Pengembangan sarana dan prasarana juga betujuan untuk kelancaran dalan kegiatan pembelajaran. Sarana dan prasarana ini dapat berupa bangunan atau benda-benda lain yang sekiranya mendukung kegiatan pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tampaknya agak membatasi guru dalam penggunaan media atau model belajar yang digunakan. Misal, guru ingin menampilkan sebuah video tapi di sekolah tersebut belum tersedia proyektor & LCD. Hal tersebut turut menjadi permasalahan yang perlu dipecahkan bersama-sama dalam upaya pengembangan dalam kegiatan pembelajaran.
Sehubung dengan sarana dan prasarana, penerapan media pembelajaran juga memegang peranan penting dalam membangun motivasi peserta didik. Berdasarkan kegiatan wawancara dan observasi yang dilakukan, penggunaan media pembelajaran yang diterapkan di salah satu sekolah dasar di Kota Serang terkhusus di kelas II masih belum beragam. Media yang digunakan yakni berupa media konvensinal. Namun media ini juga cukup membantu jalannya pembelajaran. Berdasarkan kegiatan wawancara, untuk media pembelajaran yang tersedia di SD tersebut bisa dikatakan sangat terbatas. Jika diterapkan di kelas pun terkadang peserta didik masih belum antusias terhadap media yang digunakan. Tetapi setidaknya ada peningkatan di setiap penerapan penggunaan media pembelajaran. Dalam hal ini, media yang digunakan ialah media konkret, yang mana media inipun dibuat sendiri oleh wali kelas dari kelas II.
Penggunaan media dalam pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam menyampaikan maksud dari materi yang diajarkan, sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang disampaikannya. Anak-anak terlihat antusias belajar menggunakan media konkret. Lain halnya jika hanya menggunakan alat tulis dan sepidol saja, peserta didik terlihat agak bosan jika pembelajarannya hanya bersifat monoton. Dengan demikian, ketersediaan sarana dan prasarana dalam hal ini meliputi media turut berpengaruh dan menjadi faktor pendukung terciptanya motivasi belajar peserta didik.
Hal-hal tersebut merupakan bagian penting yang turut berpengaruh terhadap keberadaan motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian, penting bagi guru dan orang tua untuk dapat bekerja sama secara aktif dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Meskipun dalam hal ini, peserta didiklah yang memiliki kendali cukup besar dalam ada atau tidaknya motivasi belajar, namun mengingat peserta didik kelas II Sekolah Dasar masih berada di fase yang butuh bimbingan. Maka dari itu peran guru, orang tua, dan lingkungan sekitarnya akan berpengaruh terhadap motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik.
Berdasarkan kegiatan wawancara dan observasi yang dilakukan, diperoleh bahwasannya kepala sekolah dan wali kelas telah melakukan kerja sama untuk memperoleh informasi lebih dalam mengenai peserta didik dengan inisial K. Kepala sekolah dan wali kelas sudah beberapa kali bertemu dengan wali murid peserta didik berinisial K untuk membahas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh anaknya. Namun sayangnya, cara tersebut belum mampu membuat peserta didik berinisial K berubah, K masih saja tertinggal dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini juga berkaitan dengan kebijakan kurikulum merdeka, yang mana semua peserta didik akan tetap naik kelas meskipun belum tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah dan wali kelas sangat menyayangkan hal ini terjadi, karena tentu akan merugikan peserta didiknya. Peserta didik yang belum bisa apa-apa tetapi dipaksa untuk terus melanjutkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian, permasalah ini akan terus ditindaklanjuti dalam upaya peningkatan motivasi belajar peserta didik.
Permasalahan yang terjadi bukanlah hal yang kecil, tetapi menyangkut bagaimana perkembangan K untuk keberlanjutan pendidikannya. Dalam hal ini, peneliti memberikan solusi, yang sekiranya dapat diterapkan atas permasalahan yang dihadapi peserta didik berinisial K, yakni melalui:
- Pendidik dapat melakukan pendekatan dengan peserta didik
Pendekatan yang dimaksud dalam hal ini ialah, pendidik bersikap lebih terbuka terhadap apa yang dihadapi oleh peserta didik, pendidik juga dapat berempati terhadap peserta didik seperti menghargai pendapat peserta didik, pikiran, perasaan, keyakinan, dan segala hal yang sedang dirasakan oleh peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik akan merasa dihargai, dan merasa dipedulikan. Dengan demikian, mereka dapat lebih terbuka terhadap permasalahan yang mungkin sedang dihadapinya.
- Terdapat bimbingan yang diberikan oleh pendidik
Bimbingan ini dapat berupa arahan kepada peserta didiknya. Seperti halnya dalam kesulitan belajar. Pendidik dapat memberikan bimbingan berupa bimbel atau juga konsultasi terkait hal-hal yang berkaitan dengan akademis maupun non-akademis.
- Pendidik dapat menerpakan berbagai model dan metode ajar yang menarik
Dalam hal ini, pemilihan model dan metode akan berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Metode/model yang sifatnya seperti bermain, akan mendorong semangat belajar peserta didik. Dalam hal ini, model/metode yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
- Adanya rasa cinta dan ikhlas terhadap profesinya sebagai pendidik
Hal ini berkaitan dengan, motivasi belajar pendidik. Jika pendidik melakukan kegiatan mengajar dengan sepenuh hati karena panggilan jiwa, maka perasaan ini juga akan terasa oleh peserta didik. Dengan demikian, adanya rasa cinta dan semangat mengajar akan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
- Menjalin kerja sama yang baik dengan wali murid
Dalam hal ini, pendidik dapat menjalin hubungan yang baik dengan wali murid. Pendidik dapat memberikan nasihat serta bertukar pendapat terkait peserta didik. Sehingga, jalannya kerja sama ini dapat membantu meningkatkan motivasi dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, yang tentunya berkaitan dengan pembelajaran.
BAB IIIÂ
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwasannya motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Motivasi belajar bisa timbul baik dalam diri maupun dari luar diri peserta didik. Dalam hal ini keterlibatan diri sendiri, guru, orang tua, dan lingkungan sekitar akan berpengaruh terhadap motivasi belajar seseorang. Dengan demikian, penting bagi orang tua untuk selalu melibatkan dirinya dalam membimbing dan mengarahkan anakanya. Begitu pula dengan sekolah ataupun guru, untuk bisa selalu memberikan empati, dukungan, bimbingan, keterbukaan terhadap peserta didiknya. Manajemen sekolah yang baik dapat diterapkan melalui hal kecil, seperti membangun motivasi belajar peserta didik melalui kerja sama yang baik antara guru dan wali murid. Sehingga diharapkan tercapainya tujuan pembelajaran, dan meningkatnya motivasi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam menghadapi permasalahan mengenai motivasi belajar peserta didik kelas II. Dalam hal ini manajemen yang baik antara sekolah dan orang tua, tentu akan membangun hubungan dan komunikasi yang baik pula. Guru berperan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik, namun orang tua juga tidak kalah penting perannya dalam meningkatkan motivasi belajar anaknya. Dengan demikian, manajemen yang baik antara sekolah dengan orang tua akan membantu peserta didik dalam jalannya kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan mampu menciptakan generasi yang mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Dosen Pengampu : Firdaus, M. Pd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H