Mohon tunggu...
Anis R
Anis R Mohon Tunggu... Guru - Guru

Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Trenggalek

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.2

9 Mei 2023   10:58 Diperbarui: 9 Mei 2023   11:03 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah sebagai ekosistem pendidikan adalah sebuah bentuk interaksi antara factor biotik (murid, kepala sekolah, guru, staf, pengawas, orang tua, masyarakat, dinas terkait, pemerintah daerah) dan abiotic (keuangan, sarana dan prasarana, lingkungan alam). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga bisa menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Sumberdaya tersebut jika diolah dengan tepat maka dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Pada modul ini kita mempelajari 2 pendekatan yang digunakan untuk mengelola sumberdaya di sekolah, yaitu pendekatan berbasis asset/ kekuatan (asset-based approach) dan pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit-based approach). Berdasarkan pendekatan ini kita memandang sekolah sebagai asset/ kekuatan atau sebagai kekurangan/ masalah. Pendekatan berbasis asset memusatkan perhatian pada apa yang berjalan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Sedangkan pendekatan berbasisi kekurangan/ masalah memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik.

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development) yang dikenal dengan istilah Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan dan mendukung komunitas untuk bisa memberdayakan asset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari asset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya adalah pemimpin yang mampu menjadikan sumberdaya yang ada disekitarnya menjadi bermanfaat dan digunakan sebagai hal positif untuk menunjang proses pembelajaran.

Sekolah sebagai komunitas dapat memanfaatkan pendekatan komunitas berbasis asset untuk mengelola sumberdaya yang dimilikinya. Green dan Haines (2016) memetakan 7 aset utama sebagai modal utama menemukenali sumberdaya yang bisa menjadi asset sekolah yaitu modal manusia, modal social, modal fisik, modal politik, modal lingkungan/ alam, modal agama/ budaya, dan modal finansial.

Sekolah adalah komunitas dimana factor biotik (murid, kepala sekolah, guru, staf, pengawas, orang tua, masyarakat, dinas terkait, pemerintah daerah) dan factor abiotic (keuangan, sarana dan prasarana, lingkungan alam) berinteraksi. Factor-faktor biotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Factor- factor abiotic pun juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran.

Dari beberapa sumberdaya yang ada di sekolah tersebut jika dikelola secara tepat akan sangat membantu proses pembelajaran murid, diantaranya:

  • Modal manusia

Kepala sekolah yang Kreatif dan mampu menggerakkan komunitas sekolah.

Guru yang berijazah minimal S1, Bersertifikasi Profesi, Profesional dan Melek IT

Staf Tata Usaha meliputi: Operator Sekolah, Pustakawan, Laboran, Penjaga Sekolah/Petugas Kebersihan yang kompeten.

Murid yang mempunyai semangat belajar yang tinggi.

Wali murid dan warga lingkungan yang suportif dan kolaboratif

  • Modal social

Kerjasama yang baik dengan tiga pilar desa, polsek, koramil, dinas terkait, pemerintah daerah, dan dunia usaha- dunia industry.

  • Modal fisik

Sarana dan prasarana yang memadai akan menunjang pembelajaran murid menjadi lebih efektif.

  • Modal politik

Keterlibatan guru dalam organisasi MGMP/ KKG/ MKKS dapat membantu meningkatkan kompetensi guru yang berimbas pada perubahan kualitas belajar murid.

  • Modal lingkungan/ alam

Memiliki Lapangan yang digunakan untuk olahraga dan tempat bermain siswa.

Memiliki taman sekolah sebagai tempat bermain siswa, kadang juga digunakan sebagai tempat belajar.

Tanah Kosong yang digunakan untuk belajar berkebun,

Udara yang bersih dan segar sehingga siswa nyaman dalam belajar.

Bukit Paralayang untuk penjelajahan dan olahraga.

Sungai digunakan untuk sarana pembelajaran.

Tumbuhan dan hewan sebagai sarana belajar.

Agro Lin-Q digunakan untuk wisata edukasi pertanian dan perikanan.

PHD Edufarm digunakan untuk wisata edukasi siswa dan olahraga renang.

Pasar digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk siswa.

  • Modal agama/ budaya

Tokoh agama dan pemuka masyarakat untuk menciptakan lingkungan sekolah yang religius dan mengadakan kegiatan TBTQ (Taman Belajar Tartil qur'an),

Memperingati Hari Besar Agama (pengajian, takir plontang, lomba Dacil, Lomba Qiroat, Lomba Kaligrafi).

Budaya Kupatan budaya hari raya ke 8 dengan lebaran ketupat (Arak2an ketupat).

Budaya PHBN dalam bentuk kegiatan lomba baris, karnaval, eksposisi, pentas seni. Manasik Haji, Pondok Romadhon.

  • Modal finansial

Pengelolaan BOS, BOPP, koperasi sekolah, dan infaq yang tepat dapat membantu operasional sekolah.

Keterkaitan modul ini dengan paket modul 1 adalah guru harus kreatif dan inovatif dalam mengelola dan menggali kemampuan murid (modal manusia) untuk disesuaikan dengan kodratnya agar merasa nyaman dan bahagia dalam proses pembelajaran. Pengelolaan sumber daya yang tepat guna dan dan tepat sasaran juga menjadi nilai positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Potensi murid adalah sebuah asset/ kekuatan, oleh karena itu guru bisa mendampingi murid untuk menemukenali dan mengelola dengan baik potensi tersebut untuk mencapai prakarsa perubahan. Penerapan budaya positif di sekolah harus melibatkan partisipasi seluruh warga sekolah agar berjalan optimal sehingga bisa menjadi modal bagi sekolah.

Koneksi materi modul ini dengan paket modul 2 yaitu pemetaan dan pengelolaan sumberdaya di sekolah dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Dalam hal ini, kompetensi social emosional diperlukan untuk mengelola emosi saat pengambilan keputusan dalam pemberdayaan kekuatan/ asset. Salah satu teknik untuk mengatasi kesulitan dalam menggali potensi dan mengelola sumberdaya di sekolah dapat dilakukan dengan teknik coaching. 

Keterkaitan materi selanjutnya adalah dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya di sekolah harus bertanggungjawab dan berpihak pada murid.

Sebelum mempelajari modul ini saya berfokus pada kekurangan/ masalah sehingga kekurangan- kekurangan tersebut mendorong saya untuk berpikir negative (negative thinking) yang akhirnya membutakan saya untuk melihat potensi dan peluang yang ada di sekitar. Namun setelah mempelajari materi ini saya tersadar dan tercerahkan. Saya harus mengubah mindset saya untuk berpikir berbasis kekuatan/ potensi yang saya miliki. Yang pada akhirnya saya bisa menemukenali hal- hal positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, saya bisa memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun