Sejak pagi, saya menggeledah tulisan-tulisan di Kompasiana. Iya! Saya penasaran, celoteh apa yang berhembus dalam kepala para Kompasianer, menjelang tahun baru. Dan, saya pun akhirnya berlabuh pada rubrik "Fiksiana". Saya membaca dan mendalami sejumlah puisi atau sajak-sajak.
Diantara sajak-sajak yang ada dan saya baca, inila delapan sajak tentang tahun baru yang membuat saya tenggelam dan terhanyut. Pertama, puisi karya Amir Hamzah berjudul " Aku, 7 jam sebelum 2016" (diposting 31/12 - pukul 17:18). Sebuah puisi renungan yang mengajak kita agar selalu menjaga relasi kasih pada sesama. Inilah petikan puisi Amir:
"jaga kepekaan kami untuk saling mengerti, untuk saling menyayangi, untuk saling mencintai, untuk saling peduli, untuk saling menyayangi, untuk saling memcintai teman, sanak family, saudara-saudara, serta orang-orang yang belum merasa bisa tetsenyum"
Puisi pengharapan dari Amir Hamzah sekaligus suatu lantunan doa memasuki tahun 2016. Metafora doa juga dituturkan Purwosetiono dalam sajaknya berjudul "Selamat Tahun Baru" (diposting 31/12 - pukul 15:27). Purwo merepresentasikan doa kita semua yakni kesejahteraan dan perlindungan dari yang kuasa. Begini petikan sajaknya:
selamat tahun baru 2016/ semoga kita makin sejahtera/ dalam lindungan tuhan yang maha kuasa/ amin
Selain doa dan pengharapan, ada puisi Kompasianer juga yang memberi perspektif menghadapi pergantian tahun. Adalah Seorang  Christian Timor dalam sajaknya bertajuk "Perempuan Desember" (diposting 31/12 - pukul 17:27). Bagi Christian, tahun baru harus membawa kita pada sebuah kehidupan yang lebih baik. Simak petikan sajaknya berikut:
kita cukup dalam cerita/ mengendap dalam desember/ menjadi baru di tahun baru
Suatu perspektif tentag tahun baru diekspresikan oleh  Taufiq El Hida. Dalam sajaknya berjudul "akhir tahun, awal bingung, (diposting 31/12 - pukul 17:27), El Hida mengingatkan tentang perlunya bersuka cita di tahun baru. Dalam petikan sajaknya, El Hida berkata:
Tahun baru tiup terompet/ rayakan dengan bersuka cita/ semoga esok tidak kiamat/ agar kau rasa indahnya cinta
Lalu, ada puisi pendek yang menarik dari Andre Jayaprana. Judulnya " Berlabuh" (diposting 31/12 - pukul 08:23). Andre memberi pandangan filosofis betapa perjalanan waktu laksana sedang berlabuh. Inilah petikan puisi Andre:
senja pun tiba/ petualang berlabuh/ menutup tahun
Kompasianer Joko P menulis sajak yang nyentrik berjudul "hit et nune" (di sini dan sekarang). Puisi yang diposting pada (31/12 - pukul 16:59) itu berkisah tentang romantika kehidupan Karto dan istrinya Narsih di tengah hirup pikuk dan riuhnya malam tahun baru.Â
Dan sebuah puisi berjudul "Kupinjam waktu" yang ditulis oleh Erida Pulungan (diposting 31/12 - pukul 15:32), memberi pesan kuat. Erida sekaligus memperingatkan buat kita semua tentang makna perjalanan waktu. Betapa waktu adalah sebuah karunia yang dipinjamkan tuhan. Karenanya harus disyukuri sepenuhnya. Hal itu terlihat dalam sajaknya berikut:
masih adakah waktu yang kau bisa pinjamkam padaku tuham?"
Di puncak semua harapan, impian sesungguhnya buat kita semua adalah seperti dalam sajak seorang Naeni Basri. Dalam puisinya berjudul "Jelang tahun baru" (diposting 31/12 - pukul 16:54), Naeni bertutur demikian espektatif:
Semoga mimpi dan harapan yang telah terenda bisa menjadi nyata di tahun mendatang
Sajak-sajak perihal tahun baru oleh Kompasianer di atas, memberi pesan kebermaknaan yang dalam, betapa perubahan ke arah yang lebih baik mutlak dilakukan. Dan semua harus dimulai dari diri diri sendiri. Semoga momen tahun baru ini, saat yang tepat. Kita mengoreksi kesalahan dan meningkatkan pencapaian positif kita.
Selamat tahun baru, dengan cara apa pun anda merayakannya. Kali ini saya menyambutnya dengan berjelaga di antara sajak-saja di "fiksiana" Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H