Mohon tunggu...
Anis Khaerunisa
Anis Khaerunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

Content Writer enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Bathynomus Giganteus: Kutu Laut Raksasa Penghuni Dasar Laut Dalam

29 Desember 2021   02:45 Diperbarui: 29 Desember 2021   11:39 2683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kutu Laut Raksasa | id.wikipedia.org

Ada banyak hewan yang hidup di dasar laut yang terasa asing bagi kita di darat. Waspadalah terhadap isopoda raksasa! Ketika menyerang, anda mungkin tidak mengetahuinya sampai akhirnya ia merobek daging dari tulang Anda. Namun tidak perlu begitu khawatir, karena hewan ini hanya ada di dasar laut dalam.

Jenis Isopoda terbesar yang pernah ditemukan yaitu Bathynomus giganteus atau kutu laut raksasa. Jika dilihat dari ukurannya, kutu laut ini berukuran 'lebih dari segenggam' tangan kita. Kutu laut raksasa ini tersebar hampir di seluruh dasar samudra di dunia, meliputi samudra Atlantik, Pasifik, Indian. Kutu laut raksasa ini juga dapat ditemukan di dasar perairan Indonesia, lho!  meliputi perairan Selat Sunda dan perairan laut Jawa Selatan.

Kutu Laut Raksasa | id.wikipedia.org
Kutu Laut Raksasa | id.wikipedia.org
Giant Isopod atau kutu laut raksasa hidup pada laut dalam. Hewan ini hidup pada kedalaman berkisar antara 170-2000 m. Hewan ini tumbuh dalam berbagai warna. Cangkang isopoda raksasa terdiri dari segmen-segmen yang tumpang tindih, dan tersedia dalam dua varietas: coklat dan ungu pucat.

Kutu laut raksasa ini memiliki karakteristik seperti kebanyakan krustasea lainnya. Tubuh Bathynomus giganteus terbagi menjadi tiga segmen yang berbeda; kepala (cephalon), dada (toraks), dan perut (pleon). Memiliki mata majemuk segitiga besar yang berjarak sangat jauh. 

Hewan ini akan tampak bersinar saat terkena cahaya, lho! hal ini disebabkan oleh lapisan reflektif yang terletak dibagian belakang mata mereka. Serta memiliki rami datar yang berfungsi sebagai insang mereka. Hewan ini juga memiliki perut yang memendek dengan segmen-segmen yang saling menyatu memjadi pelindung, dan dapat melingkar membentuk bola saat merasa terancam. 

Kutu laut raksasa menghabiskan sebagian besar waktunya di dasar laut, menunggu makanan jatuh dari lapisan atas laut. Sumber makanan sangat langka di laut dalam dan sebagian besar dasar laut nya tandus, sehingga hewan ini bergantung pada makanan yang jatuh dari lapisan atas laut. 

Mereka adalah scavanger yang memakan ‘salju laut’ yang jatuh. Salju laut berasal dari hal-hal seperti pelet dari organisme mati dan feses organisme lain yang hidup di atas dan melayang ke bawah. 

Namun karena sumber makan yang sangat langka, membuat hewan sering kali harus bersabar dan menunggu lama untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Untungnya, hewan ini memiliki metabolisme yang sangat lambat, sehingga mampu untuk tidak  makan hingga bertahun-tahun!

Kutu laut raksasa mengekspresikan gigantisme laut dalam, mencapai ukuran lebih dari 30 cm. Ada sejumlah teori tentang mengapa mereka menjadi lebih besar. Di laut dalam, hewan perlu membawa lebih banyak oksigen, oleh karena itu tubuh mereka menjadi lebih besar.

Faktor lain yang memungkinkan peningkatan ukuran tubuh adalah bahwa semakin dalam hewan hidup, semakin sedikit predator yang ada. Ini berarti bahwa hewan merasa aman untuk tumbuh ke ukuran yang lebih besar. Kutu laut raksasa juga memiliki cakar kecil yang bengkok di ujung kakinya untuk menjaga kestabilan hewan ini di dasar laut.

Dalam hal kekurangan cahaya, kutu laut raksasa memiliki adaptasi sensorik untuk membantu mereka menavigasi dalam gelap. Ia memiliki antena yang sangat panjang sekitar setengah panjang tubuhnya, yang berfungsi sebagai organ sensorik untuk merasakan jalannya. Hewan ini juga memiliki mata yang sangat besar dibandingkan dengan tubuhnya. 

Selain itu, ada konsekuensi dari  suhu dingin dasar laut terhadap ukuran sel yang lebih besar. Pada krustasea, gigantisme yang terjadi akibat penurunan suhu mengarah ke rentang hidup yang lebih lama dan ukuran yang lebih besar yang tak tentu. Namun, meskipun hanya sedikit perubahan suhu yang terjadi di dasar laut, invertebrata laut dalam termasuk kutu laut terus menunjukkan perubahan ukuran tubuh nya.

Referensi.

Aswandy, I. 1985. Beberapa catatan dalam pengenalan isopod. Oseana, 9(3): 106-112 ISSN0216-1877.

Lowry, J.K. & K. Dempsey. 2006. The giant deep-sea scavenger genus Bathynomus (Crustacea, Isopoda, Cirolanidae) in the Indo-West Pacific, in RICHER DE FORGES B. & JUSTINE J.-L. (eds), Tropical Deep-Sea Benthos, 24(193): 163-192. Paris ISBN: 2-85653-585-2.

Sidabalok C.M., H.P.S. Wong &  P.K.L. Ng. 2020. Description of the supergiant isopod Bathynomus raksasa sp. nov. (Crustacea, Isopoda, Cirolanidae) from southern Java, the first record of the genus from Indonesia. ZooKeys, 947: 39–52. https://doi.org/10.3897/zookeys.947.53906  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun