Dalam hal kekurangan cahaya, kutu laut raksasa memiliki adaptasi sensorik untuk membantu mereka menavigasi dalam gelap. Ia memiliki antena yang sangat panjang sekitar setengah panjang tubuhnya, yang berfungsi sebagai organ sensorik untuk merasakan jalannya. Hewan ini juga memiliki mata yang sangat besar dibandingkan dengan tubuhnya.Â
Selain itu, ada konsekuensi dari  suhu dingin dasar laut terhadap ukuran sel yang lebih besar. Pada krustasea, gigantisme yang terjadi akibat penurunan suhu mengarah ke rentang hidup yang lebih lama dan ukuran yang lebih besar yang tak tentu. Namun, meskipun hanya sedikit perubahan suhu yang terjadi di dasar laut, invertebrata laut dalam termasuk kutu laut terus menunjukkan perubahan ukuran tubuh nya.
Referensi.
Aswandy, I. 1985. Beberapa catatan dalam pengenalan isopod. Oseana, 9(3): 106-112 ISSN0216-1877.
Lowry, J.K. & K. Dempsey. 2006. The giant deep-sea scavenger genus Bathynomus (Crustacea, Isopoda, Cirolanidae) in the Indo-West Pacific, in RICHER DE FORGES B. & JUSTINE J.-L. (eds), Tropical Deep-Sea Benthos, 24(193): 163-192. Paris ISBN: 2-85653-585-2.
Sidabalok C.M., H.P.S. Wong &  P.K.L. Ng. 2020. Description of the supergiant isopod Bathynomus raksasa sp. nov. (Crustacea, Isopoda, Cirolanidae) from southern Java, the first record of the genus from Indonesia. ZooKeys, 947: 39–52. https://doi.org/10.3897/zookeys.947.53906 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H