Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prasangka Cinta

19 Mei 2019   15:40 Diperbarui: 19 Mei 2019   15:47 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahmad yang sedang melamun sedikit kaget dengan kemunculan istrinya secara tiba-tiba. Istrinya tengah menggendong seorang bayinya yang kini berusia 3 bulanan.

"Maafkan Maryam, Bang," ucap Maryam pelan.

"Kamu berubah, Maryam. Kamu benar-benar berubah. Kamu sekarang tidak memperhatikanku, tidak melayaniku padahal kamu dulu begitu sangat memperhatikan segalanya tentangku," ucap Ahmad.

"Bang, Maryam tidak berubah. Maryam masih Maryam yang dulu. Maryam mencintai Abang," balas Maryam.

"Kalau kamu masih mencintaiku, kamu tidak mungkin mengabaikanku seperti ini, Maryam. Atau jangan-jangan ada laki-laki lain di hatimu?" tuduh Ahmad.

Seketika Hati Maryam seperti ditohok. Ia tak percaya suaminya menuduhnya seperti itu.

"Abang kenapa bicara begitu?" tanya Maryam.

"Kamu tentu menyadarinya, Maryam. Kenapa aku bicara seperti itu. Kamu sudah sangat berubah. Kamu dulu begitu memperhatikanku tapi sekarang bahkan menyentuh jemariku saja sepertinya enggan. Tidak pernah lagi membuatkan kopi untukku, jarang dan hampir tak pernah menyiapkan makan untukku apalagi menemaniku makan," ucap Ahmad dengan nada yang tinggi.

Maryam berlenggang pergi menuju kamar. Hatinya seperti dicabik-cabik. Ia tak kuasa menahan air matanya. Ia menangis. Semakin menambah repot lagi ketika mendadak ketiga pangerannya ikut berteriak menangis. Seperti tahu apa yang tengah dirasakan ibunya. Maryam kembali sibuk mengurusi ketiga anaknya.

Sesakit apa pun perasaan Maryam atas pernyataan suaminya Maryam harus berusaha melupakan semua itu. Maryam tak ingin berlarut dalam kesedihan. Ia memiliki tanggung jawab besar yang tidak bisa ia abaikan, yaitu mengurus ketiga anaknya. Tapi tetap saja, Maryam terus memikirkan tuduhan-tuduhan itu. Dan itu membuatnya semakin rapuh. Ia menjadi lupa dengan kondisinya sendiri. Meski sibuk mengurus ketiga buah hatinya tapi Mayam biasanya tak lupa juga memperhatikan kesehatannya. Sayangnya, saat ini berbagai pikiran membuat ia hampir melupakan keadaannya sendiri. Ia bahkan melupakan perihal makan. Ia tak berselera. Sangat tidak berselera.

Ahmad, dia lebih lagi. Dia hanya sibuk dengan pekerjaannya. Tak sedikit pun memperhatikan kondisi Maryam. Tak pernah membantu sedikit pun urusan Maryam. Pada dasarnya karakternya memang seperti itu, cuek. Tapi seharusnya dia memperhatikan Maryam. Seharusnya dia mau melihat sedikit saja kesibukan Maryam. Tapi yang ada Ahmad justru menuduh Maryam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun