"Meskipun berteman, mas tidak pernah chat dia," balas Adi.
"Terserah," balas Arini masih dengan suara ketus.
Lengang. Arini tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Sebelum ini, sebenarnya Arini sudah pernah mengatakan hal yang sama pada Adi.
Arini kemudian membuat sebuah status di akun Fb miliknya perihal kegundahan yang dirasakan. Meski beberapa menit kemudian status itu dihapusnya lagi, tapi Arini tahu Adi sudah membacanya. Sebab tak lama, Adi membalas dengan membuat status di akun Fb miliknya.
"Kalau sudah lupa kenapa disuruh unfriend saja tidak mau?" tanya Arini berbaring menghadap Adi kini.
"Aku memang berteman dengannya tapi tidak pernah sekalipun mencoba mengechatnya. Aku tidak pernah mengekang kamu untuk ini itu, tapi kenapa kamu seperti ini?" balas Adi marah.
"Karena aku berkali melihat nama mas muncul di setiap status miliknya. Sementara di status milikku mas bahkan hampir tidak pernah muncul meski hanya sekedar like saja. Dan itu seolah menunjukkan, kalau Lastri lebih layak ditatap daripada aku!" balas Arini balik marah.
Ia membalikkan badan lagi. Menaruh Hp miliknya di meja dekat ranjang, dan menangis.
"Aku sudah berusaha keras menjaga hubungan kita tapi kamu lagi-lagi membahas tentang Lastri, Lastri dan Lastri!" ucap Adi keras.
Arini tak pernah menginginkan perasaan seperti ini. Jika saja wanita bernama Lastri itu tidak selalu membuat perasaannya terusik, Arini tidak akan pernah memikirkan hal seperti ini. Dia sudah menikah, sudah memiliki anak, lalu mengapa harus dia selalu mengikut campuri kehidupan Adi, dari dulu hingga kini.
Arini khawatir, khawatir jika nanti wanita itu kelak kembali melakukan hal yang sama seperti yang dulu-dulu pernah dilakukannya. Menghasut dengan menjelek-jelekkan perihal Adi di hadapannya. Mengatakan dan menceritakan bahwa ia melihat Adi tengah berkencan dengan wanita ini dan itu.Â