"Bagaimana Rizki? Apa dia menghubungimu?" tanyanya kemudian mengalihkan pembicaraan.
"Dia aneh. Sama sepertimu. Datang sebentar lalu menghilang. Entahlah. Aku tidak tahu akan bagaimana."
"Dia pernah berkata yang menunjukkan ke arah keseriusan atau tidak?"
"Pernah. Dia bilang kalau cocok dia akan datang sekitar dua atau tiga bulan lagi."
"Syukurlah. Aku turun dulu, Assalamu'alaikum," ucapnya lalu bergegas pergi.
"Wa'alaikumsalam," balasku lirih.
Ciroyom. Sebenarnya apa aktivitas dia? Beberapa waktu yang lalu saat pertama aku bertemu dengannya, dia turun di Cimindi. Hari ini di Ciroyom. Ah, masa bodo. Yang penting tujuan aku masih tetap sama, TK Bina Islam Padalarang. Tempatku sehari-hari mencari nafkah. Tahu kenapa aku memilih menjadi pengajar di TK? Karena keceriaan anak-anak mampu membantuku melupakan pertanyaan ibu tentang kapan jodohku datang.
***
Sudah hampir tiga bulan sejak perkenalanku dengan Rizki. Perkenalan dalam diam. Perkenalan tanpa pertemuan. Apa mungkin dia akan datang melamarku? Aku khawatir ibu kecewa. Aku khawatir Rizki tidak cocok denganku lalu memutuskan untuk tidak pernah datang melamarku. Ah, menyedihkan sekali aku ini. Bagaimana aku bisa tahu dia cocok atau tidak denganku sementara aku tidak pernah diberitahu olehnya?
'Malam ini aku akan datang.'
Sebuah pesan singkat dari kontak nomor bernama Rizki. Benarkah? Benarkah dia akan datang? Itu artinya dia menginginkanku. Artinya dia merasa cocok denganku. Ah, ibu akhirnya anakmu ini akan memiliki seorang calon suami.
Aku bergegas menghampiri ibu yang tengah sibuk dengan jahitannya. Aku masih belum juga menghilangkan senyuman dari sudut bibirku.