"Atau kau ada masalah dengan suamimu?" tanya Hafidz terkekeh.
"Kau ini bicara apa? Aku belum menikah. Dan itulah kenapa kondisiku buruk. Selalu buruk," balasku menjelaskan.
"Kenapa begitu? Jodoh pasti datang. Jadi bersabarlah."
"Seorang gadis berusia 29 tahun masih belum juga bertemu dengan jodohnya? Ibuku selalu bicara begitu. Setiap hari," balasku dengan senyum pahit.
Sekali lagi kulihat dia terkekeh. Hufzz, apa ada yang lucu? Apa memang semua orang akan menertawakanku jika tahu aku yang berusia hampir kepala 3 masih belum menikah.
"Tidak boleh begitu."
"Oh ia kemarin temanku ada yang sedang mencari wanita untuk dijadikan istri. Barangkali kalian cocok tidak ada salahnya kan mencoba," lanjutnya.
"Kau ini," protesku.
"Ini simpan nomornya nanti kuberitahu padanya tentangmu."
Hafidz mencatat sebuah nomor telepon di secarik kertas lalu menyerahkan begitu saja padaku.
"Nomormu?"