Tatapku nanar. Aku seperti merasakan ribuan belati tengah menusuk-nusuk dadaku. Perih. Ini terlalu perih. Duniaku, kebahagiaanku terambil alih. Apakah sebab aku tak bisa menjaganya? Tidak! Wanita keparat itu, dia yang berani datang dan merebut milikku.
Aku menjatuhkan diri. Meremas serta memukul-mukul dada dengan kedua tanganku. Pada akhirnya, tangisku mengeluarkan suara. Meski masih tak berani keluar dari kamar sejak tadi.
"Bilqhis, maafkan ibu, Nak."
   Â
                                             Taiwan, 10 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H