Mohon tunggu...
Anis Susiati
Anis Susiati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia biasa yang memiliki semangat dalam mengeksplorasi dunia melalui kata-kata. Berani berbagi pandangan, pengalaman, dan inspirasi melalui tulisan dengan refleksi pribadi. Menyuarakan gagasan-gagasan positif dan membangun, serta selalu terbuka untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan pembaca

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mengubah Potensi Lokal Menjadi Peluang Ekonomi: Kisah Inspiratif dari Home Industy Sapu Sorgum Hamada dan Sapu Rayung Desa Kajongan

13 Mei 2024   23:36 Diperbarui: 14 Mei 2024   00:03 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sapu sorgum hamada dan sapu rayung/Dokpri

Kajongan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Jaraknya 3 km dari ibu kota kabupaten dan 160 km dari ibu kota provinsi. Mayoritas penduduk Desa Kajongan bermata pencaharian petani dan pengrajin sapu. Sebelum tahun 1969 warga Kajongan hanya bekerja sebagai petani. Pada tahun 1969, Seorang Jepang masuk ke Pubalingga membawa bibit Sorgum Jepang dan dikembangkan di sana, sorgum tersebut disebut sorgum hamada karena yang membawa bibit bernama Mr. Hamada. 

Ahmad Zainuri salah satu warga Kajongan, Purbalingga berhasil menemukan ide kreatif yaitu menciptakan produk sapu yang disebut sapu sorgum hamada atau dikenal dengan istilah broom Japanese steel oleh Jepang. Sapu tersebut berbahan dasar tanaman sorgum hamada. Produk sapu tersebut sangat diminati oleh Jepang sehingga beliau direkrut untuk bekerja sama memproduksi broom Japanese steel di PT Wiriako milik Jepang yang berlokasi di Brobot, Bojongsari, Purbalingga. 

Seiring berjalannya waktu PT tersebut mengalami kebangkrutan. Kemudian Ahmad Zainuri ini direkrut lagi oleh seorang China yang bernama Ruslim dan memproduksi sapu tersebut di Tegal selama 13 tahun. Setelah dari Tegal beliau kemudian diajak kerjasama lagi oleh orang Yogyakarta mulai tahun 1994 sampai tahun 1998, kemudian beliau pulang ke daerah asal yaitu Purbalingga. Sejak saat itu, Ahmad Zainuri memutuskan untuk mendirikan home industry sapu sorgum hamada di daerah asalnya yaitu di Purbalingga yang

bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat melalui pengembangan ekonomi kreatif sebagai pengrajin sapu sorgum hamada. 

Home industry ini awalnya hanya produksi sapu sorgum hamada saja lalu pada tahun 2018 menambah produk baru yaitu sapu rayung. Home Industry Sapu Sorgum Hamada dan Rayung berlokasi di Kajongan merupakan sebuah bisnis kreatif yang sekarang dipegang oleh anak terakhirnya yaitu Budiono. Produk sapu sorgum hamada dan sapu rayung yang dihasilkan home industry mampu menarik pelanggan karena membawa nilai seni dengan sentuhan desain unik yang merupakan buah hasil ketrampilan tangan dari para pengrajin sehingga mampu menimbulkan ciri khas tersendiri. Pada dasarnya bisnis tersebut merupakan bisnis rumah tangga, namun memberikan dampak yang signifikan di bidang ekonomi bagi masyarakat sekitar karena mampu membuka lapangan pekerjaan, bahkan hampir seluruh karyawan adalah masyarakat lokal. 

Upaya pemberdayaan masyarakat juga terus dilakukan dengan pengembangan ekonomi kreatif di home industry tersebut, tujuan dari home industry ini selain untuk meraih keuntungan juga untuk memberdayakan masyarakat lokal terutama bagi warga dengan background pendidikan rendah yang sulit mendapatkan pekerjaan dan bagi generasi muda serta seluruh masyarakat yang tertarik untuk belajar membuat kerajinan tangan sapu, yang mana tujuannya adalah setiap warga dapat berdaya dan mampu mengembangkan ekonomi kreatif.

Dalam perkembangannya sempat vakum pada tahun 2004 kemudian eksis kembali di tahun 2011. Namun saat ini perkembangan sapu sorgum hamada dan sapu rayung terbilang cukup bagus apa lagi sapu tersebut merupakan sapu yang dipasarkan pada pasar internasional yang diekspor ke Negara Jepang dan Korea. Kebutuhan masyarakat Jepang dan Korea terhadap sapu sorgum hamada dan sapu rayung cukup tinggi hingga membuat home industry ini banyak melakukan ekspor ke negara tersebut dengan harga yang cukup tinggi yaitu Rp. 60.000,-,/pcs untuk harga sapi sorgum hamada, sedangkan sapu rayung Rp.14.000,-/pcs. Penjualan kedua sapu ini untuk setiap bulannya tidak menentu, yaitu berkisar 2000-3000 pcs perbulan untuk sapu sorgum hamada. Kemudian untuk penjualan sapu rayung perbulan berkisar 15.000-20.000 pcs. Penjualan sapu rayung lebih banyak karena ketersediaan bahan baku yang cukup dan proses produksi lebih mudah dibandingkan dengan sapu sorgum hamada.

Proses ekspor sapu ini memang tidak dilakukan secara langsung oleh pengrajin, produk ini dikirim kepada pihak lain terlebih dahulu yang memiliki akses penjualan sapu sorgum hamada ke Jepang dan Korea. Meskipun demikian kerja sama tersebut sangat begitu berpengaruh dalam mendorong laju perekonomian masyarakat Desa Kajongan. Pemerintah desa juga turut mendukung adanya pengembangan ekonomi kreatif ini dengan memberikan fasilitas berupa ruko sebagai tempat penjualan sapu secara offline untuk warga sekitar. Selain itu Home Industri juga menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan. Berikut beberapa perusahaan yang bekerja sama dengan Home Industri Sapu Hamada:

a) PT Cahaya Terang Maya Indo Yogyakarta

b) PT Tricahaya Mitratama Bogor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun