Mohon tunggu...
Ani Septiani Muchtar
Ani Septiani Muchtar Mohon Tunggu... -

ENFP|Cooking|Reviewer|Photograph

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuliah Itu untuk Apa?

5 Agustus 2016   22:13 Diperbarui: 5 Agustus 2016   23:02 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memulai kembali belajar di usia yang sudah tidak lagi remaja membuat perjalanan belajar saya banyak ujian. Baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar, terutama dari orang tua.Bagaimana tidak? Sebelum memutuskan untuk kuliah, saya sudah bekerja, sudah tidak meminta 'angpao' lagi kepada orang tua. 

Walau penghasilan tak berapa, bantu orang tua sudah bisa ditunaikan. Bagi kebanyakan orang tua, perkara diberi oleh anak bukan hal penting. Buat mereka asal sang anak sudah bisa menghidupi dirinya sendiri, bisa memenuhi kebutuhan sendiri yang sebelumnya tak terpenuhi, adalah rasa syukur yang tak terkira.

Dan, ketika si anak memutuskan berhenti bekerja kemudian memilih belajar, yang sudah pasti tak menghasilkan materi, mereka mulai khawatir.
Kemudian pertanyaan itu muncul...

" Kuliah untuk apa?"

Banyak orang yang tak kuliah tapi sukses.

Tapi kemudian meluruskan niat kembali, karena memutuskan kuliah tak hanya sekadar gengsi dan mengidamkan sukses semata.

Hanya sekadar mencari ijazah.

Di jurusan yang sering dianggap sebelah mata, misalnya Ilmu Sejarah, bidang studi yang saya ambil, banyak sekali fenomena alasan umum mengapa masih saja ada yang memilih jurusan ini. Dibanding jurusan 'bergengsi' lain yang diidam-idamkan anak SMA lainnya semisal Ekonomi, Elektro, Teknik Lingkungan, bahkan Kedokteran.

Klasik.

Ilmu Sejarah itu mudah. Katanya.

Asal dapat ijazah.

Salah pencet.

Asal kuliah di UI.

Bahkan ada anekdot kalau masuk Ilmu Sejarah itu, "kepeleset" juga nyampe.

Saya? Juga terjebak bahwa di Ilmu Sejarah relatif lebih mudah, sehingga bisa 'keotakan' buat saya yang sudah vakum lama belajar. Baca sedikit bisa ngerti lah...

Dan banyak yang masih menganggap mencari nilai di Ilmu Sejarah itu gampang, ketika ditanya IP, saya sempat dicibir karena kurang dari 3,5. Katanya saya harusnya bisa dapat lebih.

Jadi sebenarnya "Kuliah untuk apa?"

Dengan jumlah 144 SKS, dengan rataan 20 SKS per semester, menurut saya yang mengambil Ilmu Sejarah, nampaknya beban mata kuliahnya masih terlalu ramai. Untuk program studi yang membutuhkan kajian mendalam saya rasa setiap mata kuliah kami pelajari kurang mendalam karena waktu yang sangat kurang.

Bayangkan saja, mata kuliah seperti Sejarah Asia Tenggara, Sejarah Eropa, Sejarah Asia lainnya, hanya dapat dihabisi sebanyak 16 SKS per mata kuliah. Alhasil metode yang digunakan adalah presentasi per kelompok. Masalahnya banyak sekali yang tidak berusaha dengan keras mempersembahkannya sebagai persembahan terbaik. Masih membaca printout, bahkan buat yang tidak ikut mengerjakan dengan gampang tinggal membaca Power Point yang disajikan. dengan terbata-bata. 

Buat saya itu sangat tidak memuaskan, walau tidak semuanya. Bahkan mungkin saya pernah seperti itu.

Dari 90 mahasiswa, mungkin hanya 2 orang yang benar-benar memilih Ilmu Sejarah di pilihan pertama ketika Ujian Saringan Masuk. Kemudian mungkin bertambah menjadi 5 orang, dengan tambahan 3 orang yang tercerahkan.

Dari 90 orang tersebut, sekitar 50% mendapatkan nilai yang memuaskan, bahkan sangat memuaskan. Dari 50% itu mungkin hanya 20% yang benar-benar mendalaminya. Sisanya bisa jadi karena bonus telah belajar dengan giat. Jatuhnya mengejar nilai. Lalu saya berada dimana? saya berada diantara orang yang mungkin sanggup, tapi memilih untuk tidak berusaha sampai titik darah penghabisan supaya mendapatkan nilai yang sempurna.

Kuliah untuk apa?

Jika tujuannya untuk mencapai sukses, bisa jadi, bisa tidak. Jika tujuannya untuk mencari pengalaman, selalu bisa jadi. Jika tujuannya untuk mencari ilmu, bisa jadi.

Semua bisa jadi, dan sah-sah saja apa niat awalnya. 

Karena manusia akan mendapatkan apa yang dia niatkan pada awalnya. Selama masih dijalannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun