Mohon tunggu...
Anisa Syafitri
Anisa Syafitri Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hai aku Anisa, Support karya aku yahh

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengapa Anak Zaman Sekarang Tidak Dekat dengan Orangtuanya? Ini Sebabnya!

23 Oktober 2024   17:53 Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:55 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Anak Zaman Sekarang Tidak Dekat dengan Orangtuanya? Ini Alasan Utamanya

Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam cara anak-anak dan orang tua berinteraksi. Saat ini, semakin banyak anak yang merasa kurang dekat dengan orang tua mereka. Hubungan yang seharusnya hangat dan penuh kasih sayang sering kali terasa renggang. Fenomena ini tentu mengkhawatirkan, dan ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa hal ini terjadi.

1. Pola Asuh yang Tidak Seimbang

Pola asuh orang tua memainkan peran penting dalam hubungan emosional antara anak dan orang tua. Menurut para ahli, pola asuh yang otoriter atau permisif bisa merusak kedekatan anak dengan orang tua. Orang tua otoriter cenderung memaksakan kehendak dan terlalu menuntut, yang menyebabkan anak merasa tertekan. Anak-anak dari orang tua dengan tipe ini biasanya enggan untuk berbicara atau curhat, karena takut disalahkan atau dianggap kurang baik.

Di sisi lain, orang tua yang terlalu permisif, atau cenderung membiarkan anak melakukan apapun tanpa batasan, juga bisa merenggangkan hubungan. Anak-anak dari keluarga permisif sering merasa diabaikan secara emosional, karena orang tua kurang terlibat dalam kehidupan mereka. Pola ini membuat anak-anak merasa bahwa kehadiran orang tua tidak cukup berarti bagi mereka.

2. Kurangnya Komunikasi yang Terbuka dan Efektif

Komunikasi yang baik adalah kunci dari hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Namun, dalam banyak kasus, orang tua kurang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan anak-anak mereka secara terbuka. Mereka mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan atau hal-hal lain sehingga komunikasi menjadi minim. Anak-anak yang merasa bahwa mereka tidak didengar atau tidak dipahami cenderung menarik diri dan memilih untuk bercerita kepada teman sebaya mereka.

Menurut penelitian, remaja lebih cenderung bercerita kepada teman-teman mereka karena merasa lebih "relate" dengan mereka. Masalah yang mereka alami dianggap lebih dipahami oleh sesama teman, sementara orang tua sering dianggap terlalu jauh atau tidak relevan dengan situasi yang dihadapi anak-anak. Jika orang tua tidak mencoba mendekati dan memahami dunia anak-anaknya, maka jarak emosional di antara mereka akan semakin lebar.

3. Pengaruh Teknologi dan Media Sosial

Teknologi juga menjadi faktor besar yang memengaruhi kedekatan antara anak dan orang tua. Anak-anak zaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar, baik untuk bermain game, menonton video, atau bersosialisasi di media sosial. Interaksi langsung dengan orang tua menjadi berkurang karena anak-anak lebih fokus pada perangkat elektronik mereka.

Hal ini diperparah oleh fakta bahwa orang tua sendiri sering kali juga sibuk dengan perangkat mereka. Baik orang tua maupun anak terkadang lebih banyak berkomunikasi melalui teknologi daripada berbicara secara langsung. Hal ini menyebabkan hubungan menjadi semakin terputus dan berpotensi menghilangkan momen-momen penting yang bisa mempererat ikatan keluarga.

4. Tekanan Ekspektasi yang Berlebihan

Banyak orang tua, dengan niat baik, menaruh ekspektasi yang tinggi kepada anak-anak mereka, baik dalam hal akademik maupun prestasi lainnya. Namun, ekspektasi ini sering kali membuat anak-anak merasa tertekan dan tidak cukup baik jika tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Mereka mulai merasa bahwa orang tua hanya peduli pada pencapaian mereka, bukan pada perasaan atau kepribadian mereka.

Anak-anak yang merasa terus-menerus ditekan untuk berprestasi sering kali akan mengembangkan rasa cemas dan stres. Ketika tekanan ini tidak disertai dengan dukungan emosional, mereka akan cenderung menarik diri dari orang tua dan mencoba menjaga jarak. Akibatnya, hubungan yang seharusnya didasarkan pada kepercayaan dan kasih sayang justru tergantikan oleh perasaan takut dan tertekan.

5. Minimnya Waktu Berkualitas Bersama

Dalam kehidupan modern yang sibuk, banyak keluarga yang jarang menghabiskan waktu bersama-sama. Orang tua sering kali tenggelam dalam pekerjaan, dan anak-anak pun sibuk dengan sekolah atau kegiatan mereka sendiri. Akibatnya, kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama menjadi sangat terbatas. Padahal, waktu berkualitas seperti makan bersama, bermain, atau sekadar mengobrol ringan sangat penting untuk memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.

Kehangatan hubungan sering kali muncul dari interaksi sehari-hari yang sederhana. Ketika momen-momen ini hilang, hubungan antara orang tua dan anak bisa terasa lebih formal dan kaku, tanpa kedekatan emosional yang nyata.

6. Kurangnya Dukungan Emosional

Banyak orang tua yang gagal memberikan dukungan emosional yang cukup kepada anak-anak mereka. Dukungan ini sangat penting bagi perkembangan emosional dan psikologis anak. Ketika anak-anak merasa tidak didengarkan atau dipahami secara emosional, mereka mungkin mulai merasa terisolasi. Mereka tidak lagi merasa nyaman untuk berbagi perasaan dengan orang tua, dan hubungan pun menjadi dingin.

Dampak Jangka Panjang

Jarak emosional antara anak dan orang tua dapat berdampak buruk, tidak hanya pada hubungan keluarga, tetapi juga pada kesehatan mental anak. Anak-anak yang tidak merasa dekat dengan orang tua lebih rentan terhadap masalah kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian. Kurangnya komunikasi dan kepercayaan juga bisa menyebabkan anak-anak mengambil keputusan yang salah tanpa berkonsultasi dengan orang tua.

Solusi: Bagaimana Membina Kedekatan Kembali?

Membangun kembali kedekatan antara orang tua dan anak memerlukan upaya dari kedua belah pihak. Orang tua harus lebih proaktif dalam menjalin komunikasi yang terbuka dengan anak, menunjukkan perhatian yang tulus, dan mengurangi tekanan yang tidak perlu. Meluangkan waktu untuk aktivitas bersama dan mendengarkan anak tanpa menghakimi adalah langkah awal yang baik.

Selain itu, orang tua juga perlu memahami dunia anak-anak mereka. Terlibat dalam hobi dan minat anak, serta menunjukkan ketertarikan yang nyata terhadap kehidupan mereka, dapat membantu memperkuat ikatan emosional yang mungkin sudah lama hilang.

Kesimpulan

Hubungan antara anak dan orang tua di era modern menghadapi banyak tantangan. Namun, dengan komunikasi yang baik, dukungan emosional, dan waktu berkualitas bersama, jarak emosional ini bisa dikurangi. Orang tua perlu lebih terlibat dan peka terhadap perasaan anak-anak mereka untuk membina hubungan yang sehat dan hangat sepanjang masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun