Hal ini diperparah oleh fakta bahwa orang tua sendiri sering kali juga sibuk dengan perangkat mereka. Baik orang tua maupun anak terkadang lebih banyak berkomunikasi melalui teknologi daripada berbicara secara langsung. Hal ini menyebabkan hubungan menjadi semakin terputus dan berpotensi menghilangkan momen-momen penting yang bisa mempererat ikatan keluarga.
4. Tekanan Ekspektasi yang Berlebihan
Banyak orang tua, dengan niat baik, menaruh ekspektasi yang tinggi kepada anak-anak mereka, baik dalam hal akademik maupun prestasi lainnya. Namun, ekspektasi ini sering kali membuat anak-anak merasa tertekan dan tidak cukup baik jika tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Mereka mulai merasa bahwa orang tua hanya peduli pada pencapaian mereka, bukan pada perasaan atau kepribadian mereka.
Anak-anak yang merasa terus-menerus ditekan untuk berprestasi sering kali akan mengembangkan rasa cemas dan stres. Ketika tekanan ini tidak disertai dengan dukungan emosional, mereka akan cenderung menarik diri dari orang tua dan mencoba menjaga jarak. Akibatnya, hubungan yang seharusnya didasarkan pada kepercayaan dan kasih sayang justru tergantikan oleh perasaan takut dan tertekan.
5. Minimnya Waktu Berkualitas Bersama
Dalam kehidupan modern yang sibuk, banyak keluarga yang jarang menghabiskan waktu bersama-sama. Orang tua sering kali tenggelam dalam pekerjaan, dan anak-anak pun sibuk dengan sekolah atau kegiatan mereka sendiri. Akibatnya, kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama menjadi sangat terbatas. Padahal, waktu berkualitas seperti makan bersama, bermain, atau sekadar mengobrol ringan sangat penting untuk memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Kehangatan hubungan sering kali muncul dari interaksi sehari-hari yang sederhana. Ketika momen-momen ini hilang, hubungan antara orang tua dan anak bisa terasa lebih formal dan kaku, tanpa kedekatan emosional yang nyata.
6. Kurangnya Dukungan Emosional
Banyak orang tua yang gagal memberikan dukungan emosional yang cukup kepada anak-anak mereka. Dukungan ini sangat penting bagi perkembangan emosional dan psikologis anak. Ketika anak-anak merasa tidak didengarkan atau dipahami secara emosional, mereka mungkin mulai merasa terisolasi. Mereka tidak lagi merasa nyaman untuk berbagi perasaan dengan orang tua, dan hubungan pun menjadi dingin.
Dampak Jangka Panjang
Jarak emosional antara anak dan orang tua dapat berdampak buruk, tidak hanya pada hubungan keluarga, tetapi juga pada kesehatan mental anak. Anak-anak yang tidak merasa dekat dengan orang tua lebih rentan terhadap masalah kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian. Kurangnya komunikasi dan kepercayaan juga bisa menyebabkan anak-anak mengambil keputusan yang salah tanpa berkonsultasi dengan orang tua.