Mohon tunggu...
Anisa Sundari
Anisa Sundari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jember

Salah satu cara mengekspresikan diri ialah menulis, saya disini berusaha mengekspresikan dan ekplorasi diri melalui apa yang saya tulis. Meskipun terkadang tulisan saya tak bermakna manis, semoga menjadi tulisan yang bermanfaat dan legendaris. :D

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arab Saudi Lebih Sekuler? Hingga Jalin Kerjasama dengan Israel

6 Maret 2023   06:23 Diperbarui: 6 Maret 2023   06:33 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ungkapan oleh mantan duta besar Israel, Danny Danon di Perserikatan Bangsa -- Bangsa (PBB) 2022 silam, mengatakan bahwa Israel dan Arab Saudi akan mencapai kesepakatan untuk menandatangani perjanjian perdamaian formal dalam waktu kurun satu tahun. Hubungan perjanjian tersebut juga diperjelas setelah PM Israel Benjamin Netanyahu berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi di sela KTT Kepemimpinan Global Perjanjian Abraham di Roma, Italia

Di tahun 2017 silam tepat setelah terpilihnya pangeran Arab Saudi, Muhammad bin Salman Al- Saud yang akrab disapa MBS menjadi Perdana Menteri Arab. Dan sekaligus menjadi Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan, membuat kebijakan 'Vision 2030'. Kebijakan tersebut salah satunya berupanya mereformasikan struktural ekonomi negara menjadi lebih sekuler.

Bermula dari aturan -- aturan kebijakan baru mengenai pemberdayaan perempuan seperti di tahun 2018, wanita Saudi Arabia diperbolehkan mengemudi sendiri dan menonton turnamen olahraga. Aturan tersebut memang menuai kontroversi, namun bukan hanya kebijakan tersebut saja, masih banyak aturan lainnya seperti konser musik yang diperbolehkan hingga kerjasama ekonomi perdaganan Arab saudi dengan Israel.

Sepanjang kebijakan 'Vision 2030' mengenai reformasi ekonomi inilah yang memang diincar Arab Saudi untuk menarik para inverstor salah satunya investor dari negara Israel yang memiliki polemik latar belakang sejarah yang berseteru dengan Palestine yang memang behubungan erat dengan Arab Saudi.

Ungkapan oleh mantan duta besar Israel, Danny Danon di Perserikatan Bangsa -- Bangsa (PBB) 2022 silam, mengatakan bahwa Israel dan Arab Saudi akan mencapai kesepakatan untuk menandatangani perjanjian perdamaian formal dalam waktu kurun satu tahun. Hubungan perjanjian tersebut juga diperjelas setelah PM Israel Benjamin Netanyahu berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi di sela KTT Kepemimpinan Global Perjanjian Abraham di Roma, Italia.

Setelah kunjungan tersebut, pihak Arab Saudi angkat bicara, yang dikutip melalui media Israel i24NEWS melaporkan Menteri Negara Urusan Luar Negeri Arab Saudi, Abdel AL Jubeir sudah menjamin normalisasi Israel-Saudi akan terjadi meskipun butuh waktu. Perjanjian tersebut dibutuhkan karena memiliki tiga tuntutan yang utama, salah satunya menyangkut kepentingan Palestina. Selain tuntutan tersebut, memang kebijakan yang dilakukan oleh MBS ini menuai banyak kritik yang berujung masalah, baik bagi citra Arab Saudi di mata dunia khususnya masyarakat muslim dan pendukung Palestina.

Dilansir melalui wawancara Majalah The Atlantic, Pangeran Arab Saudi MBS mengatakan bahwa "Israel memiliki Hak untuk menajadi negara bersama dengan Palestina. Jika melalui perbandingan wilayah, Israel merupakan negara yang memiliki perekonomian yang maju dan tentu saja banyak kepentingan negara yang sama antara kami dan Israel. MBS juga menegaskan bahwa Arab Saudi tak memiliki masalah dengan orang Yahudi".

Akankah Arab Saudi bereformasi menjadi negara yang lebih terbuka atau sekuler?

Perdagangan Internasional di Era Globalisasi bukan lagi hal yang sulit digapai, tidak memerlukan peperangan, konflik, bahkan sengketa. Kerjasama antar negara dan diplomasi ekonomilah yang dibutuhkan oleh negara di era ini. Globalisasi juga yang membuat negara satu sama lain saling bergantung dan membutuhkan. Dikutip melalui buku Hukum Ekonomi Internasional (2020) karya Hanif Nur Widhiyanti dan kawan-kawan, "kerja sama antarnegara, terlebih di era globalisasi, merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari". Dengan kerjsama itulah setiap negara dimudahkan untuk melakukan akses kerjasama ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lainnya. Maka dari itu, Arab Saudi membuat kebijakan yang memang sangat erat dengan perkembangan globalisasi ekonomi internasional saat ini.

Jika Arab Saudi tetap memegang teguh hukum dan norma yang lalu, diperkirakan negara tersebut akan terus bergantung kepada minyak bumi yang kemudian bisa saja akan habis di 20 atau 30an tahun mendatang. Maka dari itu, mengapa Arab Saudi bertransformasi menuju negara yang sekuler dan bahkan mau bekerjasama dengan Israel.

Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan 'Vision 2030' Reformasi Struktural yang dirancang oleh MBS, yang sempat disinggung diawal artikel ini, bahwa memang kebijakan ini dirancang agar strategi kunci keberhasilan ekonomi berkelanjutan negara arab tidak terus ketergantungan oleh sumber daya minyak yang dimiliki.

Arab Saudi juga berusaha menciptakan sebuah lingkungan baru untuk menghasilkan kegiatan berbisnis dalam memperluas perkekonomian negaranya. Serta dapat memunculkan lapangan kerja baru yang dapat mendorong investor -- investor global, salah satunya negara Israel yang memang dinilai oleh MBS sendiri memiliki kesaman kepentingan.

Dibalik kebijakan yang di ambil Arab Saudi, hingga kerjasama dengan Israel yang menguntungkan kedua belah pihak, akan selalu ada polemik didalamnya. Di dalam negerinya dan dikancah Internasional negara timur tengah seperti Arab Saudi yang memiliki sejarah, budaya, dan kepercayaan sangat bertentangan dengan keputusan yang diambil oleh MBS tersebut. Apalagi bagi pendukung sesama kepercayaan atau masyarakat muslim di dunia, salah satunya melalui aksi demo protes dan unjuk rasa lainnya bagi pendukung Palestine, yang mencuat dari awal tahun isu kerjasama ekonomi Israel dan Arab Saudi berlangsung. Bahkan hingga ramai di media sosial, cibiran, cuitan, kritik serta kecaman bagi MBS dan negara Arab Saudi.

Meskipun banyak ketidak setujuan masyarakat muslim dunia, setelah beberapa tahun kemudian bermula di tahun 2022 -- hingga kini, Arab Saudi tetap berambisi melakukan perjanjian kerjasama dagang. Bahkan dikabarkan hubungan antara arab saudi dan israel semakin menghangat.

Akankah Arab Saudi Tetap Bekerjsama? Dan apakah Ekonomi Arab Saudi akan berkembang atau malah menurun akibat keputusan yang Di Ambil?

Dikutip melalui CNBC Indonesia, Presiden Dewan Bisnis UEA-Israel Dorian Barak mengatakan bahwa pejanjian perdagangan yang menetapkan tarif pajak, import, dan kekayaan intelektual lainnya mendorong lebih banyak perusahaan Israel untuk mendirikan kantor di UEA khususnya di Dubai". Dengan hal tersebut, bisa dikatakan bahwa kerjasama kedua negara sama -- sama menghasilkan keuntungan didalamnya.

Menteri Ekonomi dan Industri Israel Orna Barbivai juga mengatakan bahwa, " Bersama-sama kita akan menghilangkan hambatan dan mempromosikan perdagangan yang komperhensif melalui teknologi baru, yang akan menjadi pondasi kuat untuk jalan kita bersama, dalam berkontribusi pada kesejahteraan warga serta mempermudah kegiatan bisnis".

Arab Saudi sendiri sepakat dengan kerjsama bebas bilateral tersebut, yang kemudian ditanda tangani kesepakatan yang serupa dengan India pada Februari 2022. Meskipun belum ada kesepakatan secara langsung dan komperensif, di tahun 2023 "Arab Saudi mengizinkan orang Israel untuk medapatkan visa turis untuk mengunjungi pulau Tiran dan Sanafir yang menyediakan hotel dan kasino", dilansir media Al Mayadeen, Selasa (24/1/2023).

Melihat kerjasama yang berlangsung baik dan saling menguntungkan antara UEA-Israel, pasti saja lebih membawa keuntungan dibandingkan kerugian bagi Arab Saudi. Tentu saja ekonomi Arab Saudi akan terus berkembang, meskipun ada beberapa problematik diawal tahun keputusan. Namun seiring bertambahnya waktu aksi protes, unjuk rasa dan ketidaksepakatan lainnya dapat di heningkan oleh Arab Saudi dengan perlahan.

Reformasi ekonomi struktural melalui kebijakan'Vision 2030' juga tentu akan terus membawa Arab Saudi menuju pemulihan ekonomi dan bahkan peningkatan ekonomi secara Internasional. Transformasi ekonomi yang masih berkelanjutan ini. Hal itu  juga membawa Arab Saudi menjadi negara yang lebih terbuka dan maju di Era Globalisasi, disamping kontroversial kebijakan yang dikecam beberapa pihak. karena dengan kebijakan tersebutlah yang dapat membawa Arab saudi berhasil dengan perlahan -- lahan meninggalkan ketergantungnya terhadap jantung perekonomiannya selama ini yaitu hasil Minyak bumi.

Daftar Pustaka

CNBC. (2023). Arab Saudi Buka Kasino, Undang Turis dan Investor Israel

https://www.cnbcindonesia.com/news/20230124163223-4-407879/arab-saudi-buka-kasino-undang-turis-dan-investor-israel

CNN Indonesia. (2022). Israel 'Ngebet' Buka Relasi dengan Arab Saudi Tahun Ini

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20221209115927-120-885122/israel-ngebet-buka-relasi-dengan-arab-saudi-tahun-ini

Kompas. (2018).  Pangeran MBS: Arab Saudi dan Israel Punya Kepentingan yang Sama

https://internasional.kompas.com/read/2018/04/03/19090181/pangeran-mbs-arab-saudi-dan-israel-punya-kepentingan-yang-sama?page=all&jxconn=1*r4johv*other_jxampid*SjBLX0FPTGphN0hseVZweVFza2lRakFEVXFpTEw2aEd0ZVJaaFZ3ZDZNeHpVYjNpUUdaWVVvOWtqOVdpS3RUcQ..#page2

CNBC. (2022). Mesra dengan Arab, Israel-UEA Teken Perjanjian Perdagangan

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220531141801-4-343240/mesra-dengan-arab-israel-uea-teken-perjanjian-perdagangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun