Apa itu Polarisasi politik?
Polarisasi Politik merupakan merujuk pada proses pembelahan dalam masyarakat yang terjadi ketika kelompok-kelompok politik atau ideologis yang berbeda menjadi semakin terpisah dan saling bertentangan. Polarisasi ini sering kali memperburuk hubungan sosial dan menciptakan ketegangan dalam berbagai aspek kehidupan politik dan sosial. Polarisasi politik di Indonesia saat ini menjadi fenomena yang semakin terasa, dengan berbagai isu yang memecah belah masyarakat Indonesia dan meningkatkan ketegangan antara kelompok politik yang berseberangan.Â
Tujuan Polarisasi politik, yaitu:
1. Memperkuat Identitas Kelompok
Polarisasi memungkinkan individu atau kelompok untuk lebih mengidentifikasi diri dengan kelompok politik atau sosial mereka. Ketika perbedaan politik, agama, atau etnis semakin mencolok, individu merasa lebih terkait dengan kelompok mereka, dan ini menciptakan perasaan solidaritas atau "kebersamaan". Ini bisa memperkuat kohesi kelompok, meskipun pada saat yang sama meningkatkan perpecahan antara kelompok yang berbeda.
2. Mengamankan Dukungan Kelompok Tertentu
Partai politik atau calon pemimpin sering kali menggunakan polarisasi untuk memperoleh dukungan dari kelompok tertentu dalam masyarakat. Dengan menekankan isu-isu yang memecah belah, mereka dapat menarik perhatian kelompok-kelompok yang merasa tersisih atau terpinggirkan. Misalnya, dengan memainkan isu identitas agama, etnis, atau status sosial, partai politik dapat membangkitkan solidaritas di kalangan kelompok tertentu yang merasa "terancam" oleh pihak lain.
Berikut, beberapa isu polarisasi politik di indonesia:
1. Polarisasi dalam Isu Identitas: Agama dan Etnis
Isu identitas, terutama yang berhubungan dengan agama dan etnis, semakin menjadi faktor yang memperburuk polarisasi politik di Indonesia. Ketegangan sering kali muncul ketika kelompok-kelompok tertentu mengaitkan politik dengan identitas agama atau suku tertentu. Misalnya, perdebatan tentang calon pemimpin yang dianggap mewakili kelompok mayoritas atau minoritas dapat menciptakan polarisasi yang tajam di kalangan masyarakat. Seperti saatÂ
- Ketegangan dalam Pemilu 2024 ( Perdebatan Identitas Agama dan Etnis )
Menjelang Pemilu 2024, isu identitas agama dan etnis kembali mencuat dalam perdebatan politik. Salah satu contohnya adalah persaingan antara calon presiden yang dianggap lebih mewakili kelompok mayoritas atau minoritas. Isu ini semakin terlihat dengan adanya calon presiden dari kelompok mayoritas (seperti Ganjar Pranowo yang berasal dari Jawa dan PDI-P yang didukung oleh banyak kelompok nasionalis) versus calon presiden yang dianggap mewakili kelompok tertentu (seperti Anies Baswedan yang didukung oleh banyak pemilih muslim).
Pihak yang mendukung Ganjar cenderung mengaitkan dirinya dengan kemajuan dan nasionalisme yang bisa mewakili semua golongan, sementara pihak yang mendukung Anies kerap mengangkat isu agama yang menjadikannya lebih dekat dengan kalangan pemilih Muslim yang menginginkan pemimpin yang lebih berbasis pada nilai-nilai agama.
Sumber Berita: "Isu Agama Mewarnai Pilpres 2024, Ini Alasan Pentingnya Pemilih Muslim" - Kompas, 2023.
2. Polaritas dalam Media Sosial
Media sosial memiliki peran besar dalam memperburuk polarisasi politik di Indonesia. Penyebaran hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian di platform-platform seperti Twitter, Facebook, dan TikTok semakin memperburuk perpecahan politik. Berita palsu yang beredar di media sosial sering kali memicu ketegangan, menciptakan citra yang tidak akurat mengenai kandidat atau kebijakan politik tertentu. Seperti kejadiannya ketika
- Hoaks dan Ujaran Kebencian di Media Sosial Pemilu tahun 2024
Penyebaran hoaks dan disinformasi melalui media sosial semakin menjadi isu besar dalam memecah belah pemilih pada Pemilu 2024. Contohnya adalah tersebarnya video dan gambar yang salah mengklaim calon presiden tertentu terlibat dalam skandal besar, seperti terkait dengan terorisme atau masalah korupsi, yang kemudian menjadi viral di Twitter, Facebook, dan TikTok.
Di platform media sosial, banyak akun yang menyebarkan berita palsu dengan tujuan mendiskreditkan lawan politik, yang pada akhirnya semakin memperburuk polarisasi politik. Misalnya, hoaks yang menyebutkan bahwa seorang calon presiden akan mengubah kebijakan agama atau melarang agama tertentu.
Sumber Berita: "Hoaks Pemilu 2024: Berita Palsu dan Ujaran Kebencian Bertebaran di Media Sosial" - Detik.com, 2024.
https://www.detik.com
3. Peran Partai Politik dalam Membentuk Polarisasi
Partai politik di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah, memainkan peran besar dalam menciptakan polarisasi. Di tingkat nasional, adanya dua kubu besar yang bersaing, yaitu yang mendukung pemerintahan Jokowi dan yang berada di luar pemerintahan, seringkali memperburuk polarisasi. Di tingkat lokal, beberapa partai politik kerap memanfaatkan isu-isu tertentu, seperti suku, agama, atau regionalisme, untuk memperoleh dukungan politik, yang berkontribusi pada perpecahan masyarakat. Seperti kejadiaan saat...
- Koalisi Partai dan Penggunaan Isu SARA dalam Pemilu 2024
Seperti dalam pemilu sebelumnya, partai politik di Indonesia memanfaatkan isu-isu sensitif seperti Suku, Agama, dan Ras (SARA) untuk meraih dukungan dari kelompok tertentu. Dalam Pemilu 2024, misalnya, beberapa partai politik yang mendukung Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto menggunakan narasi nasionalis atau Islam, sementara partai-partai yang mendukung Anies Baswedan sering kali mengangkat tema keagamaan untuk mendapatkan simpati dari kelompok Muslim.
Koalisi yang dibentuk oleh partai politik juga memperburuk polarisasi. Partai-partai yang mendukung pemerintahan Jokowi cenderung berbicara tentang keberhasilan pemerintahan yang telah berlangsung, sementara kelompok oposisi yang mendukung Anies Baswedan atau Prabowo Subianto lebih menekankan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan.
Sumber Berita: "Koalisi Politik di Pemilu 2024: Persaingan Sengit antara Koalisi Jokowi dan Oposisi" - BBC News Indonesia, 2024. Â https://www.bbc.com/indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H