Mohon tunggu...
anisa susi rahmawati
anisa susi rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Haii.. Saya Anisa Susi Rahmawati Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta dari fakultas ilmu Sosial dan Politik prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2024/2028

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu-isu Polarisasi Politik

15 Januari 2025   18:50 Diperbarui: 15 Januari 2025   21:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial memiliki peran besar dalam memperburuk polarisasi politik di Indonesia. Penyebaran hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian di platform-platform seperti Twitter, Facebook, dan TikTok semakin memperburuk perpecahan politik. Berita palsu yang beredar di media sosial sering kali memicu ketegangan, menciptakan citra yang tidak akurat mengenai kandidat atau kebijakan politik tertentu. Seperti kejadiannya ketika

  • Hoaks dan Ujaran Kebencian di Media Sosial Pemilu tahun 2024
    Penyebaran hoaks dan disinformasi melalui media sosial semakin menjadi isu besar dalam memecah belah pemilih pada Pemilu 2024. Contohnya adalah tersebarnya video dan gambar yang salah mengklaim calon presiden tertentu terlibat dalam skandal besar, seperti terkait dengan terorisme atau masalah korupsi, yang kemudian menjadi viral di Twitter, Facebook, dan TikTok.

Di platform media sosial, banyak akun yang menyebarkan berita palsu dengan tujuan mendiskreditkan lawan politik, yang pada akhirnya semakin memperburuk polarisasi politik. Misalnya, hoaks yang menyebutkan bahwa seorang calon presiden akan mengubah kebijakan agama atau melarang agama tertentu.

Sumber Berita: "Hoaks Pemilu 2024: Berita Palsu dan Ujaran Kebencian Bertebaran di Media Sosial" - Detik.com, 2024.
https://www.detik.com


3. Peran Partai Politik dalam Membentuk Polarisasi

Partai politik di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah, memainkan peran besar dalam menciptakan polarisasi. Di tingkat nasional, adanya dua kubu besar yang bersaing, yaitu yang mendukung pemerintahan Jokowi dan yang berada di luar pemerintahan, seringkali memperburuk polarisasi. Di tingkat lokal, beberapa partai politik kerap memanfaatkan isu-isu tertentu, seperti suku, agama, atau regionalisme, untuk memperoleh dukungan politik, yang berkontribusi pada perpecahan masyarakat. Seperti kejadiaan saat...

  • Koalisi Partai dan Penggunaan Isu SARA dalam Pemilu 2024
    Seperti dalam pemilu sebelumnya, partai politik di Indonesia memanfaatkan isu-isu sensitif seperti Suku, Agama, dan Ras (SARA) untuk meraih dukungan dari kelompok tertentu. Dalam Pemilu 2024, misalnya, beberapa partai politik yang mendukung Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto menggunakan narasi nasionalis atau Islam, sementara partai-partai yang mendukung Anies Baswedan sering kali mengangkat tema keagamaan untuk mendapatkan simpati dari kelompok Muslim.

Koalisi yang dibentuk oleh partai politik juga memperburuk polarisasi. Partai-partai yang mendukung pemerintahan Jokowi cenderung berbicara tentang keberhasilan pemerintahan yang telah berlangsung, sementara kelompok oposisi yang mendukung Anies Baswedan atau Prabowo Subianto lebih menekankan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan.

Sumber Berita: "Koalisi Politik di Pemilu 2024: Persaingan Sengit antara Koalisi Jokowi dan Oposisi" - BBC News Indonesia, 2024.  https://www.bbc.com/indonesia


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun