Short sleep telah terbukti meniadakan manfaat olahraga bagi otak. Tidur REM, yang merupakan tahap tidur, secara khusus mengatur konsolidasi jangka panjang dari memori episodik emosional, dan peningkatan aktivitas yang menonjol dalam struktur limbik dan paralimbik selama tidur REM mendukung kemampuan untuk pengaktifan kembali dan kembali memproses ingatan afektif yang diperoleh sebelumnya.
Secara umum, sistem limbik berkontribusi terhadap kualitas tidur dan fungsi kognitif seseorang melalui regulasi hormon melatonin, kontrol saraf otonom, dan penyesuaian ritme sirkadian. Selain itu, sistem limbik juga mempengaruhi keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik, yang dapat mempengaruhi kondisi terbangun seseorang. Saat seseorang melakukan long sleep dan short sleep, sistem limbik tetap berfungsi dalam mengatur emosi dan motivasi. Namun, kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik sehingga dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur yang terlalu panjang atau terlalu singkat dapat meningkatkan risiko kematian.Â
Studi Penelitian Mengenai Short Sleepers dan Long Sleepers Â
Menariknya, sebuah studi berskala besar yang dilaksanakan di Amerika Serikat dan Jepang, yaitu salah satunya studi yang dilakukan Tamakoshi dan Ohno di tahun 2004 dengan jumlah 104.110 relawan selama sepuluh tahun, justru ditemukan bahwa kematian paling sedikit dialami oleh mereka yang tertidur antara lima dan tujuh jam per malam dibanding mereka yang tidur delapan jam per malam. Namun, hal itu juga tidak dapat membuktikan bahwa tidur delapan jam atau lebih per malam menyebabkan masalah kesehatan. Sayangnya, studi ini meneliti sampel subjek yang sehat dan tidak memasukkan subjek-subjek dengan sumber bias potensial, yaitu orang-orang yang tertidur sedikit karena sakit, Â depresi, atau mengalami stres.Â
Masih Sering Begadang? Coba Lakukan Short Sleep!Â
Begadang adalah kebiasaan terjaga di malam hari lalu tertidur saat pagi hari datang. Meski banyak dari kita mengetahui dampak negatif yang diakibatkan oleh begadang, namun kita juga menghiraukan hal tersebut baik karena menganggap remeh ataupun memang terpaksa oleh suatu pekerjaan atau aktivitas yang harus segera diselesaikan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh begadang secara fisiologis diantaranya menurunkan  daya  tahan  tubuh akibat sistem imun yang rusak, produktivitas  menurun, kurangnya  konsentrasi,  serta munculnya gejala insomnia (kesulitan tertidur).  Selain itu, begadang juga berdampak secara psikologis, seperti ketidakstabilan emosional, impulsif yang berlebihan, meningkatnya risiko depresi dan cemas, serta menurunkan kinerja kognitif dan daya ingat.
Meskipun begadang dan short sleep terlihat sama karena durasi tidur yang singkat, namun sebenarnya berbeda, lho. Alih-alih begadang hingga larut malam, metode short sleep lebih baik digunakan saat kamu berada dalam aktivitas yang cukup banyak. Kamu bisa tertidur selama 15 menit dalam 2-3 jam sekali dibanding memaksakan diri untuk tetap terjaga hingga pekerjaanmu selesai. Hal ini pun meningkatkan efektivitas pekerjaan yang kamu lakukan.Â
Penting untuk dicatat bahwa kebutuhan tidur bervariasi antar individu, dan beberapa orang mungkin dapat mengatasi short sleep dan long sleep tanpa konsekuensi negatif yang jelas terhadap morfometri otak, sejalan dengan pandangan tentang kebutuhan tidur yang bersifat individual. Oleh karena itu, apakah short sleep dan long sleep dapat memberi dampak negatif disesuaikan kembali dengan bagaimana seseorang mengatur gaya hidupnya.Â
Referensi :