Mohon tunggu...
Anisa Prili
Anisa Prili Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi

Hobi membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

11 Fakta Sejarah yang Tak Diajarkan di Sekolah

22 Juni 2022   05:46 Diperbarui: 22 Juni 2022   05:49 3232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baik anak IPA maupun IPS, sejarah menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. Tapi tahukah kamu, ada banyak hal-hal penting dalam sejarah yang luput dari pengetahuan orang Indonesia. Bahkan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman jika tidak diluruskan.

Berikut sebelas fakta sejarah tersembunyi negara Indonesia yang tak tercantum dalam buku teks pelajaran. Yuk, simak infonya!

1. Belanda tidak menjajah selama 350 tahun

Ungkapan Soekarno bahwa Indonesia telah dijajah selama 350 tahun tidaklah benar. Motif Presiden RI pertama mengucapkan pernyataan tersebut untuk membakar semangat rakyat Indonesia. Pada 1596, kapal Belanda pimpinan Cornelis de Houtman datang pertama kali ke Banten hanya untuk berniaga, belum terbesit untuk melakukan ekspansi. Hingga pada 1602, dibentuklah VOC yang mengantongi hak oktroi. Sejak itulah, benih-benih kolonialisme mulai muncul.

Inggris dan Jepang turut menjajah bumi Nusantara yang masing-masing berdurasi selama 5 dan 3 tahun. Lantas, benarkah Indonesia dijajah selama 340 tahun? Pernyataan tersebut masih kurang tepat. Harus diingat, Indonesia baru lahir pada 1945. Tak hanya itu, wilayah Aceh dan Bali masih berdaulat hingga awal abad ke-20. Oleh karena itu, tak bisa dipukul rata bahwa seluruh kepulauan Nusantara telah dijajah Belanda selama ratusan tahun.

2. Merah putih adalah warna sakral

Ternyata warna merah putih pada bendera pusaka telah digunakan oleh kerajaan-kerajaan Nusantara sejak berabad-abad silam. Mulai dari Kerajaan Kediri, Majapahit, hingga Mataram Islam. Sultan Agung pun tak ketinggalan mengibarkan panji merah putih saat melawan VOC di Batavia. Jejak tersebut juga diikuti oleh Sisimangaraja IX dan Pangeran Diponegoro saat bertempur melawan Belanda.

3. Lambang banteng pada bendera Indonesia

Awalnya, bendera merah putih memakai gambar kepala kerbau. Bendera tersebut merupakan milik organisasi Perhimpunan Indonesia. Kerbau dipilih karena bersifat merakyat. Lambang PI ini, kemudian diadopsi oleh PNI, organisasi buatan Soekarno. Namun, ia mengganti lambang kerbau dengan banteng, karena kerbau bermakna terlalu lunak bagi Indonesia yang sedang menghadapi penjajah kala itu. 

Pada kongres GAPI, banyak yang mengusulkan memasukkan lambang banteng pada bendera merah putih. Akan tetapi, pada akhirnya peserta kongres menyetujui warna merah putih saja sebagai bendera nasional Indonesia.

4. Bendera Pusaka pernah dipotong menjadi dua

Ketika Agresi Militer Belanda II, Sang Saka Merah Putih terpaksa dipotong menjadi dua dan ditaruh di tempat yang terpisah oleh Mutahar. Hal tersebut bertujuan untuk menyelamatkannya dari Sekutu. Ajudan Soekarno itu mencabut benang jahitan pada bendera. Baru kemudian menjahitnya lagi setelah keadaan Republik Indonesia kembali aman.

5. Monako tidak mengakui bendera nasional Indonesia

Monako sempat tak mau mengakui bendera Indonesia karena kemiripan warna dengan bendera Monako. Bahkan Monako juga meminta Indonesia untuk mengubah warna bendera nasional. Monako juga mengklaim bahwa bendera miliknya adalah bendera tertua yang lebih dulu ada jauh sebelum Indonesia merdeka.

Hal tersebut dibantah oleh Indonesia. Merah putih pada Sang Dwiwarna-lah yang berumur lebih tua. Merah putih Indonesia terinspirasi dari panji kerajaan Nusantara yang dikibarkan pertama kali pada 1292, sedangkan sejarah Monako baru mengibarkan merah putih miliknya pada 1297. Akhirnya, Monako sepakat bahwa kedua negara menggunakan bendera yang serupa. Perbedaannya hanya pada dimensi dan spot warna. Jika Monako berdimensi 4:5, maka Indonesia berdimensi 2:3.

6. Frans Mendoer, penyelamat foto proklamasi

Hasil jepretannya sering terlihat, namun namanya jarang terdengar. Ialah salah seorang yang meliput peristiwa proklamasi kemerdekaan RI. Bersama dengan kakaknya, Alex Mendoer, mereka meliput peristiwa bersejarah itu. Pascaproklamasi, Mendoer bersaudara tengah diburu serdadu Jepang. Alex gagal menyelamatkan potret peristiwa penting itu. Untungnya, Frans Mendoer berhasil mengelabui tentara Jepang yang akan merampas dokumentasi proklamasi. Saat ditanya, ia mengaku bahwa foto proklamasi telah diambil Barisan Pelopor. Padahal ia telah menanam negatif filmnya dekat pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya.

Butuh perjuangan, sampai akhirnya kakak beradik itu berhasil menyelinap dan mengambil kembali negatif film itu. Kemudian, mencetaknya menjadi potret sejarah yang bisa disaksikan oleh seluruh warga negara Indonesia sampai saat ini.

7. Ktut Tantri, pahlawan Indonesia berdarah Viking

Wanita kelahiran Skotlandia yang juga menjadi anak angkat raja di Bali ini kiprahnya patut diperhitungkan. Ia bergabung dengan radio perjuangan pimpinan Bung Tomo di Surabaya. Pidatonya yang berbahasa Inggris membuat negara di dunia dapat mengetahui informasi di Hindia Belanda saat itu. Ia berkali-kali diburu oleh tentara Jepang dan Sekutu. Namun, ia selalu menjawab dengan sindiran lewat siarannya.

Wanita berdarah Viking ini juga berjasa untuk membuat Australia mendukung kemerdekaan Indonesia. Ia melakukan ceramah di kampus-kampus dan rapat organisasi wanita di Negeri Kanguru itu. Alhasil, kampanye oleh mahasiswa Australia untuk memprotes agresi Belanda di Indonesia pernah terjadi.

8. Nasib Laksamana Maeda yang memilukan pascaproklamasi

Laksamana Maeda memang sosok pahlawan dalam benak Bangsa Indonesia. Namun sebaliknya, ia dianggap pengkhianat oleh tentara Jepang dan Sekutu. Pascaproklamasi kemerdekaan, ia ditangkap dan dijebloskan ke penjara hingga tahun 1947. Ia juga disiksa agar mengakui bahwa Indonesia adalah bentukan Jepang. Namun, hal itu tak dilakukannya. Ia juga diseret ke Mahkamah Militer. Pada akhirnya, ia dinyatakan tidak bersalah dan memilih hidup sebagai rakyat biasa.

9. Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia yang terlupakan

Tan Malaka adalah sosok cerdas dan multitalenta. Ialah orang yang pertama kali mengonsep bentuk Republik untuk Indonesia. Tan Malaka juga pernah menuliskan analisis kondisi politik internasional antara Jepang dan Amerika yang akan menyebabkan perang Pasifik. Analisisnya benar-benar terjadi.

Ia menjadi buronan dan berlari dari satu negara ke negara lain karena dianggap berbahaya oleh tentara kolonial Hindia Belanda. Tan Malaka juga punya banyak nama samaran. Meskipun ia telah berkorban banyak untuk Bangsa Indonesia, perjuangannya itu dibalas pahit. Ia tewas terbunuh di tangan tentara negerinya sendiri.

10. Palestina akui kemerdekaan Indonesia sebelum proklamasi

Palestina merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum proklamasi terjadi. Dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia diungkapkan oleh seorang mufti besar Palestina, Muhammad Amin Al-Hussaini. Ia jugalah yang mendesak negara Timur Tengah lain untuk ikut mengakui kemerdekaan Indonesia. 

Tak lama kemudian, Mesir turut mengikuti jejaknya. Selain itu, dukungan Palestina untuk Indonesia terlihat saat Muhammad Taher Ali menyedekahkan seluruh kekayaannya untuk perjuangan rakyat Indonesia.

11. Dijajah lama, rakyat Indonesia tak bisa Bahasa Belanda

Tak seperti India dan Malaysia, negara-negara persemakmuran, yang cakap berbahasa Inggris. Warga Indonesia masih asing dengan Bahasa Belanda. Hal ini disebabkan karena adanya Sumpah Pemuda yang salah satu isinya menyebutkan berbahasa satu yaitu Bahasa Indonesia. 

Sejak itulah Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. Bahasa Belanda tak tertanam kuat pada rakyat Indonesia. Meskipun begitu, cukup banyak kosakata Indonesia yang diserap dari Bahasa Belanda.

Itulah fakta sejarah Indonesia yang jarang diketahui. Hanya orang besar yang mau mempelajari sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun