Ketika Agresi Militer Belanda II, Sang Saka Merah Putih terpaksa dipotong menjadi dua dan ditaruh di tempat yang terpisah oleh Mutahar. Hal tersebut bertujuan untuk menyelamatkannya dari Sekutu. Ajudan Soekarno itu mencabut benang jahitan pada bendera. Baru kemudian menjahitnya lagi setelah keadaan Republik Indonesia kembali aman.
5. Monako tidak mengakui bendera nasional Indonesia
Monako sempat tak mau mengakui bendera Indonesia karena kemiripan warna dengan bendera Monako. Bahkan Monako juga meminta Indonesia untuk mengubah warna bendera nasional. Monako juga mengklaim bahwa bendera miliknya adalah bendera tertua yang lebih dulu ada jauh sebelum Indonesia merdeka.
Hal tersebut dibantah oleh Indonesia. Merah putih pada Sang Dwiwarna-lah yang berumur lebih tua. Merah putih Indonesia terinspirasi dari panji kerajaan Nusantara yang dikibarkan pertama kali pada 1292, sedangkan sejarah Monako baru mengibarkan merah putih miliknya pada 1297. Akhirnya, Monako sepakat bahwa kedua negara menggunakan bendera yang serupa. Perbedaannya hanya pada dimensi dan spot warna. Jika Monako berdimensi 4:5, maka Indonesia berdimensi 2:3.
6. Frans Mendoer, penyelamat foto proklamasi
Hasil jepretannya sering terlihat, namun namanya jarang terdengar. Ialah salah seorang yang meliput peristiwa proklamasi kemerdekaan RI. Bersama dengan kakaknya, Alex Mendoer, mereka meliput peristiwa bersejarah itu. Pascaproklamasi, Mendoer bersaudara tengah diburu serdadu Jepang. Alex gagal menyelamatkan potret peristiwa penting itu. Untungnya, Frans Mendoer berhasil mengelabui tentara Jepang yang akan merampas dokumentasi proklamasi. Saat ditanya, ia mengaku bahwa foto proklamasi telah diambil Barisan Pelopor. Padahal ia telah menanam negatif filmnya dekat pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya.
Butuh perjuangan, sampai akhirnya kakak beradik itu berhasil menyelinap dan mengambil kembali negatif film itu. Kemudian, mencetaknya menjadi potret sejarah yang bisa disaksikan oleh seluruh warga negara Indonesia sampai saat ini.
7. Ktut Tantri, pahlawan Indonesia berdarah Viking
Wanita kelahiran Skotlandia yang juga menjadi anak angkat raja di Bali ini kiprahnya patut diperhitungkan. Ia bergabung dengan radio perjuangan pimpinan Bung Tomo di Surabaya. Pidatonya yang berbahasa Inggris membuat negara di dunia dapat mengetahui informasi di Hindia Belanda saat itu. Ia berkali-kali diburu oleh tentara Jepang dan Sekutu. Namun, ia selalu menjawab dengan sindiran lewat siarannya.
Wanita berdarah Viking ini juga berjasa untuk membuat Australia mendukung kemerdekaan Indonesia. Ia melakukan ceramah di kampus-kampus dan rapat organisasi wanita di Negeri Kanguru itu. Alhasil, kampanye oleh mahasiswa Australia untuk memprotes agresi Belanda di Indonesia pernah terjadi.
8. Nasib Laksamana Maeda yang memilukan pascaproklamasi