Mohon tunggu...
Anisa Ika Putri
Anisa Ika Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perilaku Remaja pada Masa Pandemi Covid-19

14 November 2020   22:32 Diperbarui: 20 Oktober 2021   20:04 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Anisa Ika Putri

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Fenomena covid-19 yang telah mewabah di seluruh dunia terutama di Indonesia menjadikan suatu isu yang trend saat ini. Sejak awal bulan Februari 2020 sampai saat ini Indonesia masih menjadi negara yang terinfeksi atau terjangkit kasus virus corona (covid-19). Tentunya ini adalah sebuah fenomena yang kali pertama Indonesia mengalami masalah seperti ini. Tentunya mengenai kasus ini, pemerintah telah mengeluarkan status darurat sejak awal Februari dimana muncul kasus-kasus bahwa beberapa masyarakat Indonesia terinfeksi oleh virus corona. Terkait permasalahan tersebut, pemerintah secara bertahap mengeluarkan langkah-langkah untuk mengurangi penyebaran virus corona, mengingat bahwa penularan virus corona sangat cepat sekali. Mulai dari social distancing, di keluarkan nya kebijakan work from home, pembelajran jarak jauh dan juga pembatasan sosial berskala besar. Konsep dikeluarkannya kebijakan tersebut adalah dengan tujuan untuk mengurangi atau bahkan dapat memutus rantai penyebaran virus corona.

Pengertian dari Covid-19 sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan coronavirus baru. Nama covid merupakan singkatan dari 'CO' corona, 'VI' virus, dan 'D' desease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut '2019 novel corona virus' atau 2019-nCov'. Covid-19 ini adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa. Gejala pada penderita covid-19 ini berupa demam, batuk, dan sesak napas. Pada kasus-kasus yang lebih parah yaitu berupa infeksi yang menyebabkan radang paru-paru atau kesulitan bernapas. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dari saluran pernapasan orang yang terinfeksi, dan juga melalui sentuhan permukaan yang terkontaminasi oleh virus dan lalu menyentuh wajahnya contoh seperti mata, hidung ataupun mulut. Lansia dan orang yang dengan gangguan kesehatan kronis, seperti diabetes, dan penyakit jantung tampaknya lebih mudah berisiko terkena virus ini.

Masyarakat Indonesia tentunya pemuda Indonesia justru salah kaprah dengan keputusan kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah. Masyarakat Indonesia khususnya banyak pemuda Indondesia justru menjadikan hal tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk mereka. Contohnya seperti dengan diberikanya sekolah dari rumah, justru beberapa orang malah memanfaatkanya sebagai ajang untuk berlibur, yang notabennya perilaku tersebut sangat membahayakan diri mereka sendiri dan juga masih banyak perilaku-perilaku yang tidak mengindahkan himbauan dari pemerintah, terlebih lagi banyak remaja-remaja yang terbiasa dengan kumpul bareng teman-teman nya atau yang biasa disebut “NONGKRONG” .

Mengapa hal demikian bisa terjadi? Hal tersebut terlihat bahwa beberapa masyarakat baik dari kalangan muda sampai kalangan tua yang tidak patuh terhadap himbauan yang telah diberikan atau orang yang melanggar himbauan tersebut memiliki sifat bias kognitif. Apasih bias kognitif itu?. Bias kognitif merupakan suatu kesalahan seseorang pada saat berpikir dalam mengartikan atau menafsirkan suatu informasi di dunia sekitar mereka. Sehingga seseorang bisa menyederhanakan suatu proses informasi tersebut. Contohnya seperti, seseorang yang mengabaikan himbauan terkait bahaya covid-19, ia adalah orang yang cenderung tidak percaya dengan bahaya covid-19 karena ia tidak berada atau merasakan langsung peristiwa negatif tersebut (covid-19).

Dalam menghadapi fenomena ini,  sebagai generasi muda kita harus menjaga kesejahteraan jiwa dengan tetap menjaga kesehatan mental . Pasalnya banyak sekali berita-berita yang beredar dan tantaganya adalah kita sebagai generasi muda harus pintar memilah dan memilih berita yang dapat dicari kebenaran nya.

 Pandemi covid-19 ini tentunya menjadi sebuah ketakutan yang besar ketika mereka berpikir bahwa virus ini tidak bisa di atasi, sehingga pikiran-pikiran yang negatif tentang covid-19 itulah yang akan mempegaruhi kesehatan mental seseorang. Tentunya selain pemerintah mengeluarkan kebijakan atau himbauan mengenai covid-19, bahkan pemerintah juga memberikan sosialisasi tentang bagaimana cara kita bisa mencegah terinfeksi dari virus corona. Sosialisasi tersebut dapat dijadikan sebuah acuan kepada seluruh masyarakat terkait pencegahan diri dari penularan virus corona.

Sosialisasi tersebut dimulai dari bagaimana caranya hidup sehat dengan menjaga kebersihan dan juga menjaga kesehatan. Seperti mengubah pola hidup yang lebih bersih dengan selalu menggunakan handsanitizer sebelum atau sesudah beraktivitas, menggunakan masker ketika keluar rumah, dan juga mengkonsumi vitamin untuk meningkatkan imun tubuh. Pemerintah juga telah mengerahkan seluruh tenaga medis dan juga memfasilitasi alat medis guna menangani pasien yang terinfeksi virus corona.

Cara lain dalam menjaga kesejahteraan mental atau kesehatan mental, harusnya generasi muda perlu menumbuhkan emosi positif. Dimana emosi positif itu dapat membantu generasi muda beradaptasi dengan baik dalam situasi yang traumatis. Hal yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi emosi positif dalam situasi pandemi seperti ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Contohnya seperti melakukan aktivitas yang menghibur di dalam keluarga masing-masing, memanfaatkan waktu dirumah dengan menciptkan suasana yang harmonis sehingga menumbuhkan vibes yang positif, berolahraga bersama dengan keluarga, atau makan bersama, bahkan dapat saling bertukar pikiran satu sama lain di dalam keluarga. Dengan dilakukannya hal tersebut dapat mengalihkan pikiran-pikiran yang negatif serta kekhawatiran tentang virus corona.

Selain pemerintah, para artis maupun public figure yang lainnya, bahkan orang-orang yang paham akan bahaya covid-19 turut andil dalam mensosialisasikan dan memberikan edukasi mengenai covid-19 melalui media sosial. Media sosial merupakan salah satu sarana untuk edukasi. Mengingat bahwa media sosial sangat banyak sekali memuat informasi dan memiliki peluang untuk terjadinya interaksi juga memberikan arahan untuk berbagi informasi ke tautan lainnya. Dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa media sosial selain menjadi sarana hiburan juga dapat menjadi sumber informasi serta jawaban dari pertanyaan tentang covid-19.

Terlebih lagi kini pemeritahan telah bekerja sama dengan Polda dalam menyelenggarakan kegiatan Vaksinasi Merdeka. Kegiatan Vaksinasi Merdeka ini sangat bermanfaat sekali dalam membantu keberlangsungan menyeluruhnya vaksinasi kepada masyarakat di Indonesia. Kegiatan Vaksinasi Merdeka juga membuka rekrutmen relawan yang mana remaja Indonesia bisa turut andil didalam nya. Rekrutmen relawan Vaksinasi Merdeka bersifat umum, dimana terdapat kriteria Tenaga Kesehatan dan Non Tenaga Kesehatan.

Karena penulis merupakan salah satu mahasiswa yang turut andil dalam menjadi relawan Non Tenaga Kesehatan, maka berdasarkan pengamatan penulis banyak sekali remaja-remaja yang turun langsung kelapangan sebagai relawan Vaksinasi Merdeka dengan latar belakang yang berbeda. Bahkan banyak mahasiswa yang menjadi relawan Vaksinasi Merdeka.

Peristiwa diatas dapat kita analisis dengan teori fungsionalisme struktural, yang dimana akan kita bahas secara mendalam mengenai perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat pada bidang kesehatan. Elemen yang ada dalam masyarakat tentunya generasi muda turut bersatu padu dan terintegrasi untuk saling bekerja sama dalam melawan covid-19. Jika hanya satu elemen saja, maka masalah ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa pemerintah merupakan agen sosialiasi yang besar dalam suatu masyarakat yang memiliki peran penting. Ketika pemerintah memberikan sosialisai dan edukasi kepada masyarakat terkait covid-19, maka fungsi yang dijalankan oleh pemerintahan akan berpengaruh kepada elemen-elemen yang ada di dalam masyarakat.

Selain pemerintahan menjadi agen sosialisasi, pemerintah juga dapat memiliki fungsi afeksi, dimana dapat memberikan rasa aman, nyaman untuk menghidari kepanikan atau kecemasan dalam masa pandemi seperti ini. Mengingat banyak dampak dari pandemi ini seperti contohnya menurunnya perekonomian keluarga, pemerintah juga telah memberikan bantuan sosial berupa bantuan biaya bagi keluarga yang terkena phk di pekerjaanya dengan adanya program kartu prakerja, dan bahkan bantuan sosial berupa sembako yang dapat membantu kebutuhan pangan masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat merasa terbantu dengan adanya bantuan sosial yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Buana, Dana Riksa. 2020. Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona  (Covid-19) dan Kiat Mensejahterakan  jiwa. Jurnal Sosial dan Budaya Syar'i. Vol. 7 No. 3

Sampurno, Muchammad Bayu Tejo, Tri Cahyo Kusumandyoko dan Muh Ariffudin Islam. 2020. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat, dan Pandemi COVID-19. Jurnal Sosial dan Budaya Syar'i. Vol. 7 No.6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun