Mohon tunggu...
Cerpen

Si Cupu Pematah Hati

21 Mei 2015   21:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gitu dong cantiikkkk..." Aku cubit pipi Ira yang gambil.

"Tapi lo kalo di dandanin dikit ya ma, gue yakin tu di Riki yang ngampusnya bawa mobil Alphard bisa lo gaet."

"Ira please."

Dua hari berselang Ira memberiku pin BB irwan. Aku senang bukan kepalang, maklum aku sedang jatuh cinta. Aku invite BBM dia, dan beberapa saat kemudian di accept. Sepertinya aku ingin teriak karena kesenangan, tapi aku sedang dalam kelas. Yang bisa aku lakukan hanya "Ra, gue udah di accepet." dan tertawa tertahan sambil kemudian senyum-senyum sendiri. Seuasai kelas aku lihat BBM dan ternyata ada sebuah 'PING' dari Irwan, aku mau lompat-lompat. Irwan tanya siapa aku kemudian aku jelaskan siapa aku dan aku ceritakan kita pernah satu tim sebagai panitia acara kemarin. Dia bisa terima dan kami mulai mengobrol ringan. Keesokannya aku beranikan diri untuk mengajaknya makan di kantin bersama dengan Ira dan Edo. Di lihat dari dekat wajahnya teduh ah bukan tapi tenang, senyumnya malu-malu. Aku menyukai saat melihat dia membenahi kacamatanya, menggemaskan.

Tidak seperti yang selama ini di bayangkan, ternyata dia cukup asik untuk di ajak mengobrol, bisa di ajak bercanda juga. Kita berdua jadi sering BBM-an hampir selalu sampai tengah malam. Dia sangat enak aku ajak mengobrol, sangat nyambung. Aku menyukai sejarah Indonesia. Untuk seusiaku jarang ada pemuda yang bisa mengobrol lama-lama membahas negara tercinta ini. Tapi dengannya? aku merasa nyambung dan klop sekali. Ini membuatku semakin jauh jatuh hati padanya. Irwan pemuda cupu yang membuat aku jatuh cinta. Sama sekali aku tidak terganggu dengan penampilannya. Aku menyukainya karena dia adalah Irwan.

"Kalo gue jadi ceweknya Irwan, gue pengen banget tu ganti kacamatanya pake kontak lens. Terus gue beliin kemeja fanel atau apalah yang kira-kira bisa bikin dia keren gitu. Bete aja kan kalo jalan sama model begitu" Ira sempat berbicara seperti itu saat Irwan sedang berjalan menuju meja kami. Andai Ira tau aku sangat terluka atas perkataannya.

"Irwan buat gue bukan elo ra. jadi gak usah ngurusin Irwan gue." Aku berkata dengan penuh penekanan.

Hari-hari berlalu, sudah sekitar 6 bulan aku dan Irwan intens berBBM ria. Aku mulai tidak sabar dan kuasa untuk menahan perasaanku ini. Tapi tidaklah mungkin aku mengatakan duluan, aku kan cewek. Aku semakin terusik untuk memberikan kode-kode tapi aku sendiri belum  paham kode seperti apa kiranya untuk dia peka terhadapku. Aku BBM dia mulai membicarakan soal hati. Tipe cewek yang dia suka dan mengapa belum punya pacar. Malam itu aku tidak berhasil mengorek informasi berharga darinya. Sampai lusa, saat aku dan Irwan sedang mengobrol berdua di kantin sambil menunggu Ira dan Edo, aku perhatikan matanya mencuri-curi ke arah belakangku.

"Siapa?" tanyaku.

"Apa mbak?" Jawabnya malu-malu sambil menunduk.

"Siapa yang lo liatin? itu yang kerudung biru di tukang bakso?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun