Mohon tunggu...
Fiksiana Artikel Utama

Bioskop Membawaku #2

16 Mei 2015   05:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pertemuan

Di salah satu mall di daerah Bekasi keluarga Hasan sampai jam 17.45, yanga artinya 15 menit lagi film di mulai. Mereka bergegas turun dari kendaraan dan berjalan menuju lift yang memang tersedia di parkiran itu, kecuali Hasan yang masih santai tertinggal di belakang bahkan baru turun dari mobilnya.

Di parkiran mobil lantai dasar itu berdekatan dengan parkir motor yang hanya di batasi dengan line yang terbuat dari tali tambang kecil. Hasan kemudian berjalan sambil memainkan handphonenya menuju keluarganya yang sudah berada di depan lift dan menunggu lift terbuka. Jika saja Hasan sedikit melirik ke arah keluarganya itu, ia akan mendapati sepasang mata coklat bulat indah sedang meliriknya berkali-kali. Mata indah milik Azila Firdauz, tunangannya. Lift yang mereka tunggu terbuka akhirnya.

"Hasan lekas ih kamu ini, lambat sekali." Umi mencoba menahan pintu lift.

Hasan berlari mencoba cepat untuk segera masuk lift. Terdengar pula langkah cepat dari beberapa orang yang sepertinya memburu lift itu juga. Tinggg... Hasan tepat waktu, ia masuk lift dengan selamat, dan mendapat sedikit pukulan kecil di lengannya oleh uminya.

**

"Yaahhh, lo si dek lama banget larinya, ke tutup deh." Diska tidak beruntung karena lift keburu tertutup.

"Yaudah si, tunggu berikutnya aja. Dapet kita dapet tiketnya tenang aja." Dita berkata seenaknya.

Tingggg... lift sebelah terbuka, segera saja Diska dan Dita masuk ke sana. Berharap segera sampai bioskop kesayangannya. Diska dan Dita sama-sama hobi nonton jadi mereka klop di bidang ini. Beberapa menit kemudian mereka sampai juga di lantai paling atas dan langsung tancap gas menuju gedung bioskop. Taraaaa

"Antriannya dek..." Diska lesu.

"Hahahaha kenapa banyak banget yak. Cepet deh kita antri." Dita segera ambil posisi antri tiket, dan Diska mengantri pop corn.

18.05 akhirnya Diska dan Dita bisa masuk theater 1 yang menayangkan film tujuannya. Di Kursi B dekat dengan jalan.

Sementara di barisan kursi paling atas sebelah tengah, Hasan duduk paling pinggir kemudian ada Azila di sebelah kanannya, Khasna, Umi dan abi. Hasan memang tidak suka bioskop, menonton film berlama-lama membuat matanya sakit. Jika diberi pilihan Hasan lebih memilih membaca buku daripada menonton film. Film belum di mulai lampu pun masih terang, sesekali Azila menawarkan pop corn pada Hasan.

"Kak, mau pop corn gak?" Tawar Azila lembut.

"Enggak La, udah kamu makan aja." tolak Hasan sopan.

"Kak Hasan gak suka ya jalan sama aku?" Azila ternyata menyadari ketidak nyamanan Hasan.

"Aku gak suka nonton La, nanti pas film mulai paling aku tidur." Hasan membenahi kacamatanya.

"Loh kok gitu.. hahaha lucu kak Hasan ini." Azila terkekeh dan mencubit sedikit lengan Hasan. Dan yang di cubit hanya menggeser letak tangannya sedikit menjauh dan menghembuskan nafasnya pelan.

Hasan mengedarkan pandangannya berharap bosannya mengurang. Dilihatnya sekeliling gedung mulai dari atap bioskop, deretan bangku-bangku bioskop, layar, dan pengunjung yang baru saja masuk. Lampu redup perlahan, Hasan masih memandangi orang-orang yang baru saja masuk. Dilihatnya sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan menuju kursinya, ada pula sekeluarga ayah, ibu, dan dua orang anaknya yang umurnya kisaran 7 tahun dan 5 tahun, dan ada pula dua orang gadis yang menaiki tangga untuk menuju kursinya dengan bercengkrama riang di bawah gelapnya gedung bioskop dengan pop corn yang jatuh beberapa. Dilihatnya dua gadis itu seperti asik dan memang sedang bahagia, tertawanya lepas dan bercandanya sepertinya lucu sekali. Tanpa sadar mata Hasan memperhatikan dengan asik kedua gadis itu, sampai Hasan jadi senyum sendiri karena terbawa oleh tertawaan gadis itu. Kemudian kedua gadis itu duduk selang satu baris di sebrang kursi Hasan, yang satu mengenakan jilbab cokelat dan yang satu berambut panjang indah. Tak lama film pun di mulai, senyap, bahkan suara umi, Khasna dan Azila pun sudah tidak terdengar. Waktunya Hasan tidur.

"Emmmm Dony Alamsyahhhh kece ya Dek." Diska mulai lebay saat wajah Dony Alamsyah muncul besar-besar di layar bioskop.

"Kecean Rio Dewanto mbak..." Dita serius menonton.

"Ih elo dek. Kecean Dony tau..." Diska mendengus kesal dan pura-pura membuang muka kasar, eh justru handphonenya terjatuh ke jalan.

Bugh

Dengan terpaksa Hasan bangun dari tidurnya karena suara keras barusan. Dengan samar ia melihat asal suara. Dia melihat seorang gadis berkerudung cokelat sedang berjongkok di tangga jalanan dan mengambil handphone yang tergeletak di atas karpet merah. Dari matanya yang masih sayu itu, pemandangan di depannya sangat menarik. Gadis itu mengambil handphonenya dengan malu-malu dan raut wajahnya terlihat lucu. Tanpa sadar Hasan justru memperhatikan gadis itu terus. Azila yang di sampingnya asyik menatap layar bioskop dan memang tidak berniat mengganggu tidur Hasan. Hasan memperhatikan gadis itu terus dan terus, jadi senyum-senyum sendiri. Sepertiny aura gadis itu bagus, sehingga membuat Hasan yang semula bosan jadi terhibur. Hasan memperhatikan gadis itu menyuap pop corn, menarik hijabnya ke belakang, bercanda dengan gadis berambut panjang di sampingnya, terdengar samar gadis itu sedikit berdebat masalah agama yang menyangkut pada film itu juga kepada gadis berambut panjang di sebelahnya, dari mulai tertawa hingga tiba-tiba gadis itu terlihat menyeka matanya menggunakan ujung kerudungnya. Hasan melihat sekeliling, ternyata Azila juga sedang menangis. Lohhh Azila yang tepat di sebelahnya justru Hasan tidak menyadarinya. Hasan mengambil sapu tangannya dan memberikannya kepada Azila seraya berkata "Cengeng."

"Ih kak Hasan." Azila mengambil sapu tangan Hasan dan menyeka air matanya. "Gak nonton dari awal sih, tidur mulu." Azila mencoba mengajak bercanda Hasan yang memang selama ini jarang mendapat respon sih.

Hasan bergeming, dan terus memperhatikan kembali gadis itu yang sedang salling tunjuk dengan gadis di sampingnya. Sepertinya saling menertawakan karena menangis. Lagi-lagi Hasan ikut tertawa.

"Hehe, jarang-jarang deh kak Hasan tersenyum dengan candaanku." Azila tiba-tiba berbicara dengan wajah tetap menatap layar. Membuat Hasan menengok ke arahnya dan menggulung senyum di bibirnya.

Hasan menatap layar bioskop, sedikit syok dengan perkataan Azila barusan. Sekarang ia berusaha menahan lirikan matanya untuk gadis berkerudung cokelat itu, tapi entah kenapa susah. Entah kenapa juga kegiatan gadis berkerudung cokelat itu sangat ingin dia lihat. Mencoba menikmati film yang sedang di putar itu, Hasan justru tidak konsentrasi pada film dan malah kembali memperhatikan gadis itu.

Setelah hampir 2 jam, akhirnya film berakhir. Lampu pun perlahan mulai menayala. Abi, Umi, Khasna, dan Azila beranjak dari kursi dan bersiap keluar gedung bioskop. Hasan masih pada kursinya dan memegang kakinya dengan mata yang masih melirik arah gadis tadi.

"Ayo kak." Ajak Azila seraya berdiri dan menenteng tasnya.

"Iya duluan aja. Kakiku kesemutan." Jawab Hasan.

"Serius? kok bisa? sini aku urut." Azila kembali duduk.

"Eh apaan sih. Udah gak usah. Kamu keluar duluan aja sana sama umi. nanti aku nyusul.. gih."

"Serius kak gak apa-apa?"

"Iya. Udah sana duluan. nanti di tinggal Umi."

"Yaudah. aku duluan ya. Cepet nyusulnya." Azila meninggalkan Hasan dan menyusul umi,abi, dan Khasna yang sebentar lagi sampai di pintu keluar.

Mata Hasan masih memperhatikan gadis berkerudung cokelat itu. Sudah mulai sepi dan kemudian gadis itu beranjak dari kursinya. Dengan sigap Hasan bangkit dari duduknya dan menghampiri gadis itu.

"Ehhh, Sorry.. emmm saya Hasan. Boleh minta nomor hapenya?" Hasan yang hampir jatuh karena tersandung tadi berhasil mencegat laju gadis berkerudung cokelat itu.

"Ha?" Gadi situ sepertinya syok.

"Ahh sorry. Emm gini boleh pinjem hapenya sebentar? hape saya hilang mungkin ada di bawah bangku." Hasan menunjuk bekas kursinya tadi. Yang di ajak bicara masih terdiam. "Please, saya buru-buru. itu di tunggu keluarga saya di depan." Hasan menunjuk pintu EXIT.

Diska mengikuti arah tangan laki-laki berkacamata itu. Dengan bingung, ia rogoh kantong celananya dan mengeluarkan handphone Lumianya, membuka kuncinya dan memberikan pada laki-laki berkacamata itu. Di lihatnya laki-laki itu memencet-mencet handpone-nya kemudian terdengar suara M. Shadow menyanyikan 'Dear God'. Dilihatnya pula laki-laki berkacamata itu merogoh kantong celana sebelah kanannya dan mengeluarkan handphone Iphonenya.

"Oh, sudah ketemu handphone saya. Terimakasih banyak ya mbak. Nanti saya hubungin lagi mbaknya untuk ucapan terimakasih. Yaudah saya duluan. Permisi" Pria berkacamata itu kemudian memberikan kembali handphone Diska dan kemudian berlalu.

"Apaan sih dek barusan?" Diska masih terdiam di posisinya.

"Tau mbak. Orang sarap dih.. untung hape lu balik."

"Tapi ganteng si dek... haha."

"Iya si.. hahaha tapi sarap. Ayok ah..." Dan mereka pun berjalan berlalu meninggalkan gedung bioskop itu.

Selesai menonton Diska dan Dita seperti wanita pada umumnya, makan dan keliling mall meski tidak beli apa-apa. Jam menunjukkan 9 malam, Diska dan Dita baru sampai rumah. Mandi dan bersiap-siap tidur. Tiba-tiba suara keren Avril Lavigne menyanyikan lagu 'Wish you were here' terdengar. Diska yang sudah masuk selimut kemudian mengambil handphonenya.

From : 08588033xxxx

Assalamualikum wr wb

Saya Hasan yang tadi di gedung bioskop minjem hp mbak. maaf ya kalau tadi bikin mbak bingung.

saya mau menjelaskan. kira-kira enaknya via sms atau telpon ya?

Reply?  Yes No

To : 08588033xxx

Maaf Hasan siapa ya? saya gak kenal. iya tadi saya sama adik saya bingung masnya tiba-tiba minta no hp saya.

mas kenal saya?

by sms aja mas, udah gak mood angkat telpon.

Send? Yes No

Diska jadi menerawang kejadian tadi di bioskop, aneh. Seingatnya ia tidak mengenal laki-laki tersebut. Sedikit dalam hatinya ia mengharapkan handphonenya segera berdering kembali. Dan beberapa menit kemudian suara Avril kembali terdenagar.

From : 08588033xxx

Enggak mba, saya gak kenal mbak sebelumnya. Makanya saya minta no handphone mbaknya karena saya bermaksud berkenalan dengan mbak. Tapi tadi tidak mungkin saya berkenalan di sana karena Umi sama Abi saya sudah menunggu di pintu keluar.

Jadi kalau boleh tau nama mbaknya siapa ya?

Reply?  Yes No

To : 08588033xxx

Gitu? nama saya Diska. Kenapa gitu tiba-tiba mau kenal saya?

Send? Yes No

Diska semakin bingung. Baru ini dia lihat dan mengalami sendiri orang mengajak kenalan dengan cara aneh begini. Biasanya Diska pasti sebal sekali jika di ajak berkenalan dengan cara telpon atau sms. Tapi untuk kali ini entah kenapa Diska rela menyebutkan namanya dengan mudah kepada orang yang mengaku namanya Hasan ini, mungkin karena Diska sudah melihat orangnya langsung tadi. Tampan? Ya memang, tapi bukan itu yang membuatnya mudah menyebutkan namanya. Dengan bermodalkan ingatan Diska akan orang itu, entah kenapa Diska merasa orang ini baik-baik dan bukan tipe orang yang genit.

I can be tough
I can be strong
But with you, It's not like that at all

Segera Diska menyergap handphonenya.

From : 08588033xxx

Gimana ya? hehe saya juga bingung jelasinnya.

eh belum tidur? Udah jam 9.30 loh.

Reply?  Yes No

Dan malam itu Diska mengobrol dengan asyik dengan Hasan via sms. Lagi-lagi entah kenapa Diska merasa mudah akrab dengan Hasan ini. Mereka berkenalan, membicarakan sedikit tentang masing-masing. Kerja dimana? Tinggal di mana? Suka music apa? Artis kesukaan siapa? Pengalaman menonton konser, Suka warna apa. Dari semula sms beralih menjadi via Whatsapp. Mereka ber-Whatsapp ria sampai dengan tengah malam. Sepertinya Diska akan tidur nyenyak malam ini.

***

Terimakasih yang sudah membaca ^_^

jika berkenan silahkan tinggalkan jejak entahkan itu coment atau penilaian.

Saya masih belajar dalam menulis, mohon koreksinya.

Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun