Mohon tunggu...
Anisah Mubarrokah
Anisah Mubarrokah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Insitut Tazkia

Saya adalah seorang Mahasiswi Institut Tazkia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerintahan Pada Masa Ali bin Abi Thalib dan Permulaan Konflik Umat Islam

1 November 2023   09:29 Diperbarui: 1 November 2023   09:49 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat umum sudah merasa jenuh dengan perang yang terus berlanjut tanpa tanda-tanda akhir, dan mereka mendambakan perdamaian.

  • Respon terhadap seruan dalam wahyu yang menekankan pentingnya berdamai, sebagaimana dijelaskan dalam Surah An-Nisa ayat 59 dalam Al-Quran.

  • Peristiwa Tahkim memiliki dampak politik yang merugikan Ali dan menguntungkan Mu'awiyah. Pada awalnya, Ali menjabat sebagai khalifah, sementara Mu'awiyah adalah seorang gubernur daerah yang tidak tunduk kepada Ali sebagai khalifah. Melalui arbitrase, kedudukan Mu'awiyah dinaikkan menjadi khalifah, yang ditentang oleh Ali yang tidak ingin melepaskan jabatannya sebagai khalifah.

    Tindakan Ali dalam mengadakan Tahkim juga tidak didukung oleh sebagian besar pasukannya, yang sangat kecewa dan merasa bahwa tindakan itu tidak sesuai dengan ajaran Al-Quran. Akibatnya, sebagian besar dari mereka keluar dari mendukung Ali. Setelah peristiwa Tahkim, situasi politik berubah secara signifikan dan Mu'awiyah akhirnya menjadi khalifah dengan penolakan Ali terhadap tindakan tersebut.

    Akhir pemerintahan Ali Bin Abhi Thalib

    Banyak pemberontakan dan pemisahan sebagian pengikut Ali yang terjadi mengakibatkan banyak  pengikut  Ali  gugur  dan  berkurang   . Selain itu, hilangnya sumber pendapatan dan pasokan ekonomi dari Mesir yang dikuasai oleh Muawiyah berdampak negatif pada kekuatan Ali, sementara Muawiyah semakin memperkuat posisinya. Akibatnya, Ali terpaksa menyetujui perdamaian dengan Muawiyah untuk mengakhiri konflik.  

    Perdamaian ini sangat menggugah amarah kelompok Khawarij, yang semakin kuat dalam keinginan untuk menghukum mereka yang mereka tidak sukai. Ini mendorong mereka untuk sepakat untuk membunuh Ali, Mu'awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa al-Asy'ari. Namun, yang berhasil mereka bunuh hanya Ali, yang meninggal pada tanggal 19 Ramadhan tahun 40 H (661 M), dibunuh oleh Abdurrahman ibn Muljam yang ditugaskan untuk melaksanakan pembunuhan tersebut. Mu'awiyah dan Amr bin Ash, beruntungnya, selamat dari upaya pembunuhan ini. 

    Setelah Ali meninggal, posisi khalifah digantikan oleh anaknya, Hasan, selama lima bulan. Namun, karena tentaranya lemah dan kekuatan Mu'awiyah semakin kuat, Hasan memutuskan untuk membuat perjanjian damai. Perjanjian ini membawa kesatuan umat Islam di bawah kepemimpinan politik tunggal, yang dipegang oleh Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Namun, ini juga berarti bahwa Mu'awiyah menjadi penguasa mutlak dalam dunia Islam. Ini ditandai dengan tahun 4 H (661 M) yang dikenal sebagai tahun jama'ah, yang menandai akhir masa Khulafa'ur Rasyidin dan dimulainya era kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun