Mohon tunggu...
Anisah Zahra Labibah
Anisah Zahra Labibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa sosiologi

mahasiswa sosiologi yang memiliki minat dalam bidang budaya dan menyukai Kpop

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Budaya Populer Masa Pandemi: Musik Populer dalam Kajian Sosiologi Budaya

5 Juli 2021   15:22 Diperbarui: 5 Juli 2021   16:07 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nyatanya musik hingga saat ini diciptakan sebagai hiburan dan menawarkan kenyamanan dari kehidupan, merepresentasikan perasaan nyata yang tidak dapat diungkapkan dan kebahagiaan yang terlewat dalam kehidupan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa musik menjadikan konsepsi, nilai, ritual dan pengalaman kehidupan sebagai komoditi yang diromantisasi dengan meminjam bahasa sehari-hari menggunakan permainan suara, visualisasi dan bahasa dalam pertunjukan untuk merepresentasikan perasaan dan kenyataan yang relevan dalam menawarkan kenyamanan. 

Contoh dari representasi ini adalah lagu Flashback dari N Flying yang merepresentasikan perasaan rindu bertatap muka dan mendengar suara fans dalam pertunjukan langsung sehingga memasukkan suara pertunjukan live dalam instrumental mereka. Adorno menekankan bahwa musik populer bersifat tidak autentik dan repetitif dimana kesuksesan dari sebuah pola produksi akan dieksploitasi hingga menciptakan kelelahan komersial yang kemudian membentuk standarisasi dalam pola produksi, distribusi dan konsumsi musik populer. 

Individualisasi semu, standarisasi dan konsumsi pasif dalam musik populer menjadikan karya dalam musik populer mudah berganti dan dilupakan. Pendapat ini kiranya relevan dengan industri musik masa kini dimana karya musik cenderung repetitif dan mengikuti tren yang sedang berlaku, misalnya musik barat yang memiliki ‘kekhasan’ melodi dan genre musik atau dalam industri Kpop dimana koreografi disesuaikan agar musik dan koreo mereka dapat dinikmati dan digunakan sebagai song challenge dalam aplikasi tiktok yang trending pada masa pandemi.

 Pandemi sedikit atau banyak berdampak pada perubahan idnustri budaya populer termasuk musik populer. Terjadi perubahan dalam pola produksi, distribusi dan konsumsi musik populer terutama beralih pada platform media digital. Selain itu musik mengalami rekonstruksi makna tidak hanya sebagai hiburan namun juga menawarkan kenyamanan dan pelarian diri dari kenyataan selama pandemi. 

Namun begitu, musik populer menurut Adorno tidak menawarkan kepuasan mendalam dan adalah produk kapitalisme yang menekankan nilai guna dan nilai kultural (value) yang tereksploitasi sehingga terikat pada standarisasi dan cenderung tidak autentik. Hendaknya peran musik sebagai perekat sosial dan memiliki fungsi psikososial yang menawarkan kenyamanan dan keterikatan sosial semasa pandemi sesuai kata Adorno dimaksimalkan dengan menjadikan event – event musik sebagai lahan galangan dana untuk memberi dukungan sosial dan moral dalam menghadapi pandemi serta mempromosikan karya-karya musik yang bernilai serupa agar tercipta solidaritas yang erat dan dukungan moral tinggi sampai pandemi berakhir.

sumber:

Amalia, A. (2013). Representasi Ironisme Kemanusiaan dalam Industri Musik Populer AS. Komunikator, 5(02).

Ardini, N. W. (2015). Industrialisasi Musik Pop Bali: Ideologi, Kepentingan, dan Praktiknya. Segara Widya: Jurnal Penelitian Seni, 3.

Barker, C. (2003). Cultural studies: Theory and practice. Sage. 

Storey, J. (Ed.). (2006). Cultural theory and popular culture: A reader (Vol. 1). Pearson Education. 

Wulan, R. R. (2014). Sensualitas Perempuan Dalam Industri Musik Populer. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(3), 267-276. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun