Mohon tunggu...
Anisa Hanifah
Anisa Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Inggris

Bukan penulis andal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ritual Kendi Nusantara: Sejalankah dengan Peradaban Masyarakat Modern?

23 Maret 2022   19:00 Diperbarui: 23 Maret 2022   19:08 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) pembentukan Ibukota Negara baru pada 18 Januari 2022, Presiden Joko Widodo beserta jajaran pemerintahan pusat dan daerah, khususnya 34 gubernur di Indonesia, menyelenggarakan kegiatan kemah dan ritual Kendi Nusantara pada Senin (14/3/2022), di Titik Nol IKN, Kalimantan Timur. Ritual tersebut menandakan awal proses dari pembangunan IKN, yang dinamakan Nusantara.

Ritual Kendi Nusantara dilaksanakan dengan penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi di Indonesia, yang kemudian oleh Presiden Jokowi dijelaskan penyatuan tersebut sebagai bentuk dari kebhinekaan dan persatuan yang kuat. Selain itu, mengutip dari Tempo.co, ritual ini disinyalir menjadi prosesi doa agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam pembangunan IKN Nusantara. Beberapa gubernur seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan membawa tanah dari asal yang bervariatif dan unik.

Dikutip dari Tribun, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengambil tanah dari berbagai tempat di daerahnya. Sedangkan Ganjar Pranowo, mengambil tanah dari berbagai gunung di Jawa Tengah yang dipercaya sebagai pusat bumi. Berbeda dari yang lain, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menampung tanah pemberian ibu-ibu Kampung Akuarium, yang dulu sempat digusur oleh Gubernur DKI sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama.

Nilai Guna Ritual Kendi Nusantara

Dalam satu sisi, ritual yang diselenggarakan pemerintah ini tidak akan bermasalah jika tujuannya sebatas pelestarian budaya dan bentuk penghargaan terhadap tradisi. Sebagaimana tanggapan Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Jawa Tengah, Prof. Dr. Wasino, melalui Kompas, ritual Kendi Nusantara di IKN bertujuan untuk menunjukkan sikap nasionalisme dan rasa cinta terhadap bangsa.

Kemudian Budayawan Irfan Afifi, dalam media yang sama, berdalih bahwa ritual tersebut merupakan simbol atas hasrat doa dan tekad kuat pemerintah untuk menyukseskan pembangunan IKN Nusantara. Pemerintah Indonesia agaknya terlalu disibukkan dengan kegiatan-kegiatan nihil tanpa aksi. Pantaskah urusan negara yang mesti dijalani secara logis dan rasional, malah diisi oleh kegiatan mistis yang hanya mementingkan simbolisasi persatuan?

Ritual di IKN terkesan telah menodai peradaban masyarakat modern. Di sisi lain, generasi muda dituntut untuk berpikir kritis yang mengedepankan rasionalitas. Namun para penguasa masih asyik dengan dukun-dukunan, dengan dalih prosesi doa dan kebhinekaan. Ritual Kendi Nusantara ini bahkan tidak memiliki sejarah, hanya mengandalkan kendi sebagai bahan pendukung dari sisi kebudayaan.

Melansir dari Tempo.co, Azyumardi Azra, Mantan Rektor UIN Jakarta, menyayangkan ritual tersebut karena Pemerintah malah mengembalikan bangsa Indonesia ke masa kuno yang mistis dan magis. Kehadiran IKN seharusnya bisa membawa bangsa Indonesia ke arah metaverse atau masa depan yang lebih relevan dan kontekstual terhadap kemajuan peradaban iptek.

Politik Klenik di balik Ritual Kendi Nusantara

Ritual Kendi Nusantara yang dihadirkan pemerintah telah menendang jauh cita-cita bangsa yang menjunjung tinggi kewarasan akal. Sebagaimana tanggapan Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun kepada Kompas, praktisi ritual tersebut dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik dikategorikan sebagai politik klenik. Beliau menegaskan penguasa negeri ini terlalu mementingkan imajinasi irasionalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisisme tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun