Kemajuan teknologi telah membawa dampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk perdagangan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Salah satu inovasi terbaru adalah kehadiran aplikasi Temu, sebuah platform berbasis digital dari Cina yang menghubungkan konsumen langsung dengan produsen barang. Dengan menawarkan harga kompetitif dan beragam produk, aplikasi ini berhasil menarik perhatian konsumen Indonesia. Namun, keberadaan aplikasi ini juga menghadirkan tantangan besar bagi UMKM lokal yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Sekilas Tentang Aplikasi Temu
Temu merupakan aplikasi yang didukung perusahaan asal China PDD Holdings dengan kantor pusat yang berada di Boston, Amerika Serikat (AS). Aplikasi Temu sudah resmi beroperasi sejak September 2022. Menurut data dari Statista, aplikasi Temu sudah diunduh lebih dari 30 juta kali sejak dirilis pada 2022. Sama seperti platform e-commerce lainnya, aplikasi Temu memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori. Aplikasi Temu hadir platform perdagangan digital yang mengadopsi model direct-to-consumer (D2C). Transaksi di aplikasi Temu menerapkan konsep berjualan tanpa seller, reseller, dropshipper, maupun affiliator. Ini artinya, tidak ada komisi berjenjang sehingga barang yang dijual menjadi jauh lebih murah. Namun, harga murah ini seringkali didukung oleh impor massal dari luar negeri, yang pada akhirnya dapat menekan daya saing UMKM lokal.
Saat ini aplikasi Temu sudah beroperasi di lebih dari 40 negara seluruh dunia. Temu juga sudah menembus pasar AS di bulan yang sama sejak peluncurannya. Temu juga sudah berhasil masuk di Australia, Selandia Baru, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, dan Inggris. Aplikasi ini juga telah melakukan ekspansi ke wilayah Asia Tenggara yaitu Malaysia dan Thailand, Indonesia juga menjadi salah satu negara sasarannya. Namun, di Indonesia sendiri aplikasi Temu nampaknya sudah dilarang masuk oleh pemerintah karena dampaknya yang buruk terhadap perkembangan UMKM. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Menkominfo Budi Arie yang menyatakan telah memblokir aplikasi Temu di Indonesia. Walau demikian, UMKM harus tetap waspada terhadap dampak dari aplikasi Temu ini dan menyiapkan strategi untuk dapat bersaing. Mengingat regulasi pemerintah dapat saja berubah sewaktu-waktu.
Dampak Aplikasi Temu terhadap UMKM Lokal
1. Kompetisi Harga yang Tidak Seimbang
Harga murah yang ditawarkan oleh aplikasi Temu menciptakan persaingan yang tidak seimbang. UMKM lokal seringkali menghadapi tantangan dalam menekan biaya produksi karena keterbatasan modal dan skala usaha yang lebih kecil. Sebaliknya, produk impor yang ditawarkan di aplikasi Temu sering kali berasal dari produsen besar yang mampu menjual dalam jumlah besar dengan biaya rendah. Situasi ini membuat produk lokal kurang menarik di mata konsumen yang lebih mementingkan harga murah.
2. Penurunan Daya Tarik Produk Lokal
Kehadiran aplikasi seperti Temu dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk lokal ke produk impor yang lebih murah. Hal ini dapat berdampak pada penurunan loyalitas terhadap produk-produk buatan UMKM, meskipun kualitasnya sebanding atau bahkan lebih baik. Dalam jangka panjang, ini dapat melemahkan posisi UMKM sebagai pemain penting dalam ekonomi lokal.
3. Erosi Identitas Lokal
Produk-produk UMKM sering kali mencerminkan identitas budaya dan lokalitas yang unik. Dengan dominasi produk impor yang seragam, keberagaman budaya dalam produk lokal terancam memudar. Hal ini menjadi tantangan tidak hanya bagi ekonomi, tetapi juga bagi pelestarian warisan budaya Indonesia.
4. Berkurangnya Peluang Inovasi
UMKM yang tertekan oleh persaingan harga sering kali kehilangan kesempatan untuk berinovasi. Ketika fokus utama tertuju pada bertahan hidup, alokasi sumber daya untuk pengembangan produk baru atau eksplorasi pasar menjadi terbatas. Padahal, inovasi adalah kunci untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan menarik minat konsumen.
Strategi UMKM dalam Menghadapi Kehadiran Aplikasi Temu
Untuk menghadapi tantangan ini, UMKM lokal perlu menerapkan berbagai strategi yang inovatif dan adaptif guna menjaga keberlanjutan bisnisnya. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan Kualitas dan Diferensiasi Produk
UMKM perlu fokus pada peningkatan kualitas produk dan menciptakan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk impor. Sebagai contoh, produk kerajinan tangan yang mengusung motif khas daerah dapat dipadukan dengan inovasi desain modern untuk menarik minat pasar.
2. Digitalisasi dan Pemasaran Online
Digitalisasi adalah kunci untuk bersaing di era modern. Dengan memanfaatkan platform digital seperti media sosial dan marketplace lokal, UMKM dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Selain itu, penggunaan data analitik dapat membantu UMKM memahami pola belanja konsumen dan menyesuaikan strategi pemasaran mereka. Data dari Badan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa UMKM yang memanfaatkan platform digital memiliki peluang peningkatan penjualan hingga 25% lebih tinggi dibandingkan yang tidak.
3. Kolaborasi dan Kemitraan
UMKM dapat menjalin kerja sama dengan pemerintah, institusi pendidikan, dan perusahaan besar untuk meningkatkan kapasitas produksi, pemasaran, dan distribusi. Misalnya, pelatihan digitalisasi dari pemerintah atau kemitraan dengan perusahaan logistik untuk mempercepat distribusi produk dapat menjadi langkah yang efektif.
4. Edukasi dan Pelatihan
Peningkatan kapasitas pelaku UMKM melalui pelatihan bisnis, manajemen keuangan, dan pemasaran digital menjadi langkah penting. Pemerintah dan lembaga swasta dapat berperan aktif dalam menyediakan program-program pelatihan ini secara gratis atau dengan biaya terjangkau.
5. Memanfaatkan Keunggulan Lokal
UMKM perlu menonjolkan keunggulan lokal yang tidak dapat ditiru oleh produk impor, seperti penggunaan bahan baku lokal, cerita di balik produk, dan hubungan emosional dengan konsumen. Konsumen semakin menghargai produk yang memiliki dampak sosial dan lingkungan positif.
6. Mengedukasi Konsumen tentang Pentingnya Produk Lokal
UMKM juga perlu berperan aktif dalam mengedukasi konsumen tentang pentingnya mendukung produk lokal. Konsumen perlu memahami bahwa membeli produk lokal tidak hanya berarti mendapatkan barang, tetapi juga mendukung ekonomi dan budaya setempat. Kampanye yang menarik dan berkelanjutan dapat meningkatkan kesadaran ini.
7. Membangun Komunitas dan Loyalitas Konsumen
UMKM dapat menciptakan komunitas konsumen yang loyal dengan memberikan pengalaman yang personal dan memuaskan. Program loyalitas, diskon eksklusif, atau konten edukatif yang relevan dapat membantu menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Konsumen yang merasa dihargai cenderung kembali untuk membeli produk, meskipun harganya sedikit lebih tinggi.
Selain itu, trategi yang dirancang UMKM juga memerlukan dukungan dari pemerintah. Pemerintah memiliki peran penting dalam melindungi UMKM lokal melalui regulasi yang adil. Misalnya, pembatasan impor untuk produk-produk tertentu, insentif pajak bagi UMKM, dan penguatan program-program pendampingan. Kehadiran aplikasi Temu sebagai inovasi dalam perdagangan digital adalah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Namun, UMKM lokal harus bersikap waspada dan responsif dalam menghadapi tantangan ini. Dengan strategi yang tepat, dukungan pemerintah, dan partisipasi masyarakat, UMKM dapat terus berkembang dan menjadi pilar utama perekonomian Indonesia. Masa depan UMKM terletak pada kemampuan mereka untuk beradaptasi, berinovasi, dan memanfaatkan peluang di tengah persaingan global. Dengan semangat gotong-royong dan kolaborasi, UMKM lokal dapat menjaga keberlanjutan bisnisnya dan tetap menjadi kebanggaan Indonesia.
Oleh:Â
Putu Anisa GayatriÂ
Mahasiswa S2 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H