Skala dan kecepatan kemajuan teknologi di dunia maya mengalami perubahan global yang sangat pesat. Globalisasi membawa perubahan besar bagi tatanan global dan menjadikan dunia digital sebagai salah satu alat untuk melakukan semua kegiatan. Digital tidak lagi hanya digunakan sebagai alat komunikasi atau bertukar kabar saja, namun juga di era modern ini digital digunakan sebagai alat diplomasi oleh beberapa negara. Diplomasi digital dianggap sebagai salah satu tren utama dalam melakukan komunikasi diplomatik yang dipengaruhi oleh kemajuan di bidang TIK dan internet. Â
Diplomasi siber merupakan sebuah kegiatan menggunakan dunia maya dalam berdiplomatik. Bagi para aktor internasional seperti negara atau aktor bukan negara, diplomasi siber memiliki manfaat yang cukup berpengaruh untuk mencapai kepentingan nasioanl mereka di kancah internasional, karena seperti yang kita tahu bahwa diplomasi ini tidak terbatas ruang dan waktu. Â
Namun, proses digitalisasi tidak terlepas dari risiko dunia maya, serta kebebasan internet dan media sosial yang  disalahgunakan untuk berbagai tujuan yang mungkin dimiliki oleh aktor negara dan non-negara. Seiring dengan berkembangnya kemungkinan inovasi di dunia maya, demikian pula potensi persainganyang tidak jarang menimbulkan adanya konflik.
Diplomasi siber didefinisikan sebagai penggunaan alat digital dalam berdiplomatik untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara di dunia siber yang biasanya terkristalisasi dalam strategi keamanan siber nasional. Dalam diplomasi siber mencakup berbagai agenda diplomatik, seperti membangun komunikasi dan dialog antara aktor negara dan non-negara, pencegahan perlombaan senjata dunia maya, pengembangan norma global, dan promosi kepentingan nasional di dunia maya melalui kebijakan keamanan siber (Manantan, 2021).
Diplomasi siber mengacu pada upaya yang dilakukan oleh perwakilan negara untuk membentuk, tata kelola ruang siber  untuk mencegah atau menghukum serangan siber. Diplomasi siber tidak hanya merujuk pada upaya untuk penetapan perjanjian multilateral yang mengikat di dunia maya, tapi juga merujuk pada serangkaian strategi dan tindakan yang dilakukan untuk mempromosikan keamanan siber.Â
Belakangan ini diplomasi siber semakin marak digunakan, terlebih lagi karena pandemi Covid-19 yang mengharuskan semua orang untuk menggunakan dunia digital. Kegiatan-kegitan digital mulai dilakukan karena pandemi Covid-19, mulai dari belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan bahkan ibadah dari rumah. Kegiatan ini juga dilakukan oleh para diplomat dalam bekerja dan berdiplomasi. Para diplomat melakukan alat digital dalam pekerjaan sehari-hari mereka, mulai dari negosiasi dan representasi hingga kegiatan komunikasi dan analisis kebijakan.
Diplomasi Siber Indonesia
Mengikuti kemajuan teknologi, Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan dunia maya sebagai alat diplomasi mereka. Untuk mencegah terjadinya ancaman-ancama yang tidak diinginkan, di Indonesia sendiri memiliki peraturan dan badan hukum mengenai siber yaitu disebut dengan BSSN atau Badan Siber dan Sandi Negara, sekaligus juga berperan sebagai lemabaga yang bertugas dalam pelaksanaan diplomasi siber. Dalam praktiknya, diplomasi siber dikenal mempunyai banyak ancaman, namun diplomasi siber juga mempunyai banyak manfaat. Berikut ini beberapa manfaat dan risiko ancaman diplomasi siber bagi Indonesia:
 Manfaat
Memperkuat Hubungan dengan Negara Lain
Era globalisasi ditandai dengan peningkatan dan intensifikasi interaksi politik, ekonomi, dan budaya yang melampaui batas wilayah  (Salmon, 2000). Pada abad kedua puluh satu, politik internasional memiliki beragam aktor internasional, termasuk negara, faktor etno-nasionalis, perusahaan multinasional, organisasi antar pemerintah, organisasi non-pemerintah, berbagai gerakan dan jaringan transnasional, atau bahkan individu . Sekarang, jaringan organisasi internasional, dari berbagai ukuran dan jenis, menyatukan orang-orang dari semua negara.Â
Berbagai upaya Indonesia di bidang siber telah berjalan aktif, mulai dari kegiatan diplomasi bilateral, kawasan ataupun multilateral sekalipun. Dalam hubungan bilateral, Indonesia dan AS bersama dengan Tiongkok melakukan kerjasama, dalam kerjasama kawasan dan multilateral  Indonesia bersama ASEAN dalam ASEAN Regional Forum dan PBB ikut serta dalam membahas. pencegahan ancaman dari adanya siber. Dengan adanya kerjasama ini juga bisa meningkatkan konektivitas Indonesia dengan negara-negara lain. Untuk itu sudah terbukti bahwa adanya diplomasi ini bisa memperkuat hubungan dengan negara lain.
Komunikasi dan Informasi yang Cepat dan Efektif
Dengan adanya diplomasi dunia maya tidak yang tidak selalu dilakukan oleh pemerintah dan negara saja, seluruh individu dalam tatanan masyarakat bisa melakukan diplomasi. Pengetahuan yang cepat tentang berbagai peristiwa dapat menjadi keuntungan bagi kepentingan nasional dalam banyak hal. Seperti halnya dengan pariwisata Indonesia yang bertajuk Wonderfull Indonesia bisa disebarkan oleh individu menggunakan dunia maya seperti Tiktok, Youtube dan Instragram, yang bertujuan untuk memperkenalkan negara Indonesia dengan orang lain.Â
Hal ini juga mempermudah kinerja pemerintah dalam memenuhi kepentingan nasional Indonesia. Teknologi digital sangat berguna untuk mengumpulkan dan memproses informasi, baik itu informasi pariwisata ataupun informasi mengenai kegiatan diplomatik. Dengan adanya diplomasi seperti ini juga sangat mempermudah kegiatan yang mendesak sebagai contoh kedutaan dapat membuat grup di WhatsApp yang mencakup duta besar, petugas konsuler, sekretaris pers, staf  yang mengumpulkan informasi online, diplomat dari kantor pusat dan staf yang menjawab pertanyaan warga di internet. Liputan media hampir seketika tidak hanya berkat media, tetapi juga melalui jejaring sosial lainnya.Â
Media sosial Twitter juga merupakan alat  informasi yang cepat dan akurat, kita bisa melihat bahwa di Twitter selalu membicarakan berita-berita yang hangat dari seluruh penjuru dunia. Komunikasi reguler dan pertukaran informasi yang sering menghasilkan hubungan yang berkelanjutan di antara aktor internasional, dan membantu mengoordinasikan kepentingan bersama mereka (Memon & Alhajj, 2010). Di Indonesia sendiri, masyarakatnya sangat aktif dalam bermedia sosial, seperti halnya Twitter, Instagram, Facebook dan Whatsapp sehingga informasi di Indonesia sangat cepat untuk sampai kepada masyarakat. Media sosial ini membuat masyarakat jauh lebih demokratis, tetapi mereka juga menawarkan sesuatu mengenai kekuasaan. Diplomasi siber memudahkan komunikasi, informasi yang cepat dan efektif.
Biaya keuangan rendah
Kegiatan yang dialihkan pada dunia digital akan mengurangi biaya yang akan dikeluarkan. Praktik internasional menunjukkan bahwa penggunaan digital dalam melakukan kegiatan seperti meeting atau memberikan informasi mellalui dunia maya tidak akan mengeluarkan banyak biaya. Bahkan membagikan  informasi melalui sosial media lebih cepat dan akurat untuk sampai kepada audiens. Pengguanaan Instagram, Twiter dan Facebook merupakan alat informasi yang sangat terkenal dikalangan masyarakat saat ini.Â
selain itu diplomasi siber seperti ini, tidak akan memerlukan banyak biaya, yang dibutuhkan hanyalah kuota internet yang tentunya dimiliki oleh mayoritas orang saast ini. diplomasi digital juga tidak selalu memerlukan  investasi vinansial, bahkan sebaliknya, penggunaan diplomasi siber seringkali ditujukan untuk mengurangi biaya. Misalnya, posting Twitter dapat membantu menyelidiki dan mengidentifikasi masalah yang menyusahkan dan mengungkap mereka yang bertanggung jawab, dengan mendorong keterlibatan publik, media, dan politik-diplomatik untuk mencapai perubahan positif. Melihat fakta seperti ini, diplomasi siber dianggap sebagai kegiatan kerjasama yang cukup menarik dan menguntungkan bagi semua pihak.
Risiko
Diplomasi siber sebagai dimensi soft power yang dianggap sebagai solusi efektif dalam memitigasi merebaknya ketidakpastian politik atau ekonomi besar-besaran, risiko, dan potensi konflik yang berasal dari dunia maya. Kebebasan internet dan media sosial merupakan salah satu resiko yang timbul akibat adanya diplomasi siber. Penggunaan internet oleh setiap individu tidak bisa dibatasi oleh pemerintah ataupun negara. Semua orang bebas mengakses internet ataupun mencari tahu hal yang semua orang ingin lakukan.Â
Tidak jarang juga banyak pengguna internet yang kurang pengetahuan mengenai apa yang mereka akses. Resiko yang muncul akibat adanya siber juga yaitu dalaam dunia internet, rahasia seperti tidak ada lagi, semuanya terbuka apapun itu. Sehingga hal ini juga menjadi PR bagi pemerintah untuk bisa menyaring pengetahuan yang akan disebarkan melalui media sosial. Kurangnya pengetahuan tentang penggunaan teknologi komunikasi baru, internet, dan media sosial dapat mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan, konflik yang parah, bahkan dengan pemecatan politisi. Memenuhi risiko era digital berarti kementerian luar negeri perlu melatih diplomat mereka tentang cara menggunakan alat komunikasi digital, sehingga menghindari kerusakan lain. Misi diplomatik negara-negara besar mempekerjakan staf tetap yang khusus menangani file terkait sains dan teknologi (Ruffini, 2017 ).Â
Akibat dari diplomasi siber, akan memungkin beberapa dampak  yang akan merugikan negara, organisasi ataupun individu sekalipun, seperti adanya penyalahguanaan informasi, kerusuhan, kerusuhan, kekacauan, konflik serta kerugian fungsional yang bahkan bisa menyebabkan kehancuran (Kemham, 2016). Ancaman-ancaman yang berasal dari ruang siber sangat memiliki resiko yang berbahaya bagi keamanan karena bisa mengancam semua aspek kehidupan yang mampu dimanfaatkan untuk melakukan kejahatan (Primawanti, 2020).
Ketergantungan dalam dunia siber juga merupakan salah satu risiko yang harus diwaspadai tidak hanya oleh Indonesia saja tapi juga oleh negara lain juga. Tidak bisa dipungkiri bahwa hampir semua kegiatan setalah adanya pandemi Covid-19 ini beralih pada dunia digital. Semua dilakukan jarak jauh guna untuk mengurangi pengebaran pandemi global. dapat kita lihat juga bahwa internet menyebabkan ketergantungan yang sangat besar bagi setiap orang.Â
Sebagai contoh kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membuka media sosial yang sebenarnya tidak ada sesuatu yang pening di dalamnya. Bahkan sebaliknya kita tidak bisa membaca buku atau menggunakan media sosial untuk belajar atau mencari tau berita yang  informatif. Untuk itu, ketergantungan seperti ini bisa menyebabkan kebodohan yang mengancam kecerdasan anak muda di dunia.
Risiko selanjutnya yang sangat fatal yaitu adanya peretasan. Peretasan ini bisa dilakukan oleh individu yang mempunyai kepentingan sendiri. Peretasan ini sangat ditakuti oleh aktor-aktor kehidupan, karena ini bisa mencakup data pribadi, organisasi ataupun dapat berupa data penting suatu negara. Seperti yang kita ketahui data itu sangat penting bagi semua orang, jika itu diretas hal ini akan membuat kita kebobolan data.
Peretasan adalah risiko, yang ditimbulkan akibat adanya internet yang juga dianggap risiko utama diplomasi siber. Saingan diplomatik yang semakin besar,  membuat oknum-oknum tertentu mencoba untuk menyerang sistem pemerintah yang berupa  informasi-informasi yang akan berguna bagi mereka untuk tujuan tertentu. Tentu saja hal ini sangat membebani setiap negara, karena kita tidak bisa membatasi semua orang dalam melakukan sesuatu di internet. Di indonesia sendiri banyak hal yang tidak bisa diakses di internet, namun bisa menggunakan PVN. Semakin dilarang semua orang justru semakin ingin mengetahui sesuatu, sehingga peretasan merupakan salah satu resiko yang sangat berbahaya.
Dari materi yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa diplomasi siber merupakan penggunaan alat digital dalam berdiplomatik untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara di dunia siber yang biasanya terkristalisasi dalam strategi keamanan siber nasional. Diplomasi siber tidak hanya mempunyai banyak ancaman dan risiko namun diplomasi siber juga mempunyai keuntungan dan manfaat.Â
Beberapa manfaat nya bagi Indonesia yaitu mempererat hubungan dengan negara lain melali kerjasama, biaya diplomasi yang kecil serta memudahkan kegiatan komunikasi dan informasi yang efektif. Selain itu risiko diplomasi siber yang sudah dijelaskan mencakup kurangnya pengetahuan internet, Â ketergantungan, serta bisa memungkinkan akan terjadinya peretasan baik itu bagi Indonesia ataupun bagi individu, organisas, atauoun negara lainnnya. Untuk itu kita harus waspada dalam bermedia sosial, dan perlu menyaring informasi yang akan kita terima.
Referensi
Kemham. (2016). Permenhan No 82 Tahun 2014 Tentang Pertahanan Siber. Retrieved from kemhan.go.id: https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-content/uploads/2016/10/Permenhan-No.-82-Tahun-2014-tentang-Pertahanan-Siber.pdf
Manantan, M. B. (2021, November 10). Defining Cyber Diplomacy. Retrieved from internationalaffairs.org.au: https://www.internationalaffairs.org.au/australianoutlook/defining-cyber-diplomacy/
Memon, N., & Alhajj, R. (2010). From Sociology to Computing in Social Networks: Theory, Foundations and Applications. New York: Springer Science & Business Media.
Primawanti, H. (2020). DIPLOMASI SIBER INDONESIA DALAM MENINGKATKAN KEAMANAN SIBER MELALUI ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATION (ASEAN) REGIONAL FORUM. Jurnal Hubungan Internasional.
Ruffini, P. B. (2017 ). Science and Diplomacy: A New Dimension of International Relations. Switzerland: Springer International Publishing.
Salmon, T. C. (2000). Issues in International Relations. UK: Routledge.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H