Berbagai upaya Indonesia di bidang siber telah berjalan aktif, mulai dari kegiatan diplomasi bilateral, kawasan ataupun multilateral sekalipun. Dalam hubungan bilateral, Indonesia dan AS bersama dengan Tiongkok melakukan kerjasama, dalam kerjasama kawasan dan multilateral  Indonesia bersama ASEAN dalam ASEAN Regional Forum dan PBB ikut serta dalam membahas. pencegahan ancaman dari adanya siber. Dengan adanya kerjasama ini juga bisa meningkatkan konektivitas Indonesia dengan negara-negara lain. Untuk itu sudah terbukti bahwa adanya diplomasi ini bisa memperkuat hubungan dengan negara lain.
Komunikasi dan Informasi yang Cepat dan Efektif
Dengan adanya diplomasi dunia maya tidak yang tidak selalu dilakukan oleh pemerintah dan negara saja, seluruh individu dalam tatanan masyarakat bisa melakukan diplomasi. Pengetahuan yang cepat tentang berbagai peristiwa dapat menjadi keuntungan bagi kepentingan nasional dalam banyak hal. Seperti halnya dengan pariwisata Indonesia yang bertajuk Wonderfull Indonesia bisa disebarkan oleh individu menggunakan dunia maya seperti Tiktok, Youtube dan Instragram, yang bertujuan untuk memperkenalkan negara Indonesia dengan orang lain.Â
Hal ini juga mempermudah kinerja pemerintah dalam memenuhi kepentingan nasional Indonesia. Teknologi digital sangat berguna untuk mengumpulkan dan memproses informasi, baik itu informasi pariwisata ataupun informasi mengenai kegiatan diplomatik. Dengan adanya diplomasi seperti ini juga sangat mempermudah kegiatan yang mendesak sebagai contoh kedutaan dapat membuat grup di WhatsApp yang mencakup duta besar, petugas konsuler, sekretaris pers, staf  yang mengumpulkan informasi online, diplomat dari kantor pusat dan staf yang menjawab pertanyaan warga di internet. Liputan media hampir seketika tidak hanya berkat media, tetapi juga melalui jejaring sosial lainnya.Â
Media sosial Twitter juga merupakan alat  informasi yang cepat dan akurat, kita bisa melihat bahwa di Twitter selalu membicarakan berita-berita yang hangat dari seluruh penjuru dunia. Komunikasi reguler dan pertukaran informasi yang sering menghasilkan hubungan yang berkelanjutan di antara aktor internasional, dan membantu mengoordinasikan kepentingan bersama mereka (Memon & Alhajj, 2010). Di Indonesia sendiri, masyarakatnya sangat aktif dalam bermedia sosial, seperti halnya Twitter, Instagram, Facebook dan Whatsapp sehingga informasi di Indonesia sangat cepat untuk sampai kepada masyarakat. Media sosial ini membuat masyarakat jauh lebih demokratis, tetapi mereka juga menawarkan sesuatu mengenai kekuasaan. Diplomasi siber memudahkan komunikasi, informasi yang cepat dan efektif.
Biaya keuangan rendah
Kegiatan yang dialihkan pada dunia digital akan mengurangi biaya yang akan dikeluarkan. Praktik internasional menunjukkan bahwa penggunaan digital dalam melakukan kegiatan seperti meeting atau memberikan informasi mellalui dunia maya tidak akan mengeluarkan banyak biaya. Bahkan membagikan  informasi melalui sosial media lebih cepat dan akurat untuk sampai kepada audiens. Pengguanaan Instagram, Twiter dan Facebook merupakan alat informasi yang sangat terkenal dikalangan masyarakat saat ini.Â
selain itu diplomasi siber seperti ini, tidak akan memerlukan banyak biaya, yang dibutuhkan hanyalah kuota internet yang tentunya dimiliki oleh mayoritas orang saast ini. diplomasi digital juga tidak selalu memerlukan  investasi vinansial, bahkan sebaliknya, penggunaan diplomasi siber seringkali ditujukan untuk mengurangi biaya. Misalnya, posting Twitter dapat membantu menyelidiki dan mengidentifikasi masalah yang menyusahkan dan mengungkap mereka yang bertanggung jawab, dengan mendorong keterlibatan publik, media, dan politik-diplomatik untuk mencapai perubahan positif. Melihat fakta seperti ini, diplomasi siber dianggap sebagai kegiatan kerjasama yang cukup menarik dan menguntungkan bagi semua pihak.
Risiko
Diplomasi siber sebagai dimensi soft power yang dianggap sebagai solusi efektif dalam memitigasi merebaknya ketidakpastian politik atau ekonomi besar-besaran, risiko, dan potensi konflik yang berasal dari dunia maya. Kebebasan internet dan media sosial merupakan salah satu resiko yang timbul akibat adanya diplomasi siber. Penggunaan internet oleh setiap individu tidak bisa dibatasi oleh pemerintah ataupun negara. Semua orang bebas mengakses internet ataupun mencari tahu hal yang semua orang ingin lakukan.Â
Tidak jarang juga banyak pengguna internet yang kurang pengetahuan mengenai apa yang mereka akses. Resiko yang muncul akibat adanya siber juga yaitu dalaam dunia internet, rahasia seperti tidak ada lagi, semuanya terbuka apapun itu. Sehingga hal ini juga menjadi PR bagi pemerintah untuk bisa menyaring pengetahuan yang akan disebarkan melalui media sosial. Kurangnya pengetahuan tentang penggunaan teknologi komunikasi baru, internet, dan media sosial dapat mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan, konflik yang parah, bahkan dengan pemecatan politisi. Memenuhi risiko era digital berarti kementerian luar negeri perlu melatih diplomat mereka tentang cara menggunakan alat komunikasi digital, sehingga menghindari kerusakan lain. Misi diplomatik negara-negara besar mempekerjakan staf tetap yang khusus menangani file terkait sains dan teknologi (Ruffini, 2017 ).Â