Mohon tunggu...
Anisa Rahmadani
Anisa Rahmadani Mohon Tunggu... Administrasi - anisa_rahmadani14

Ig :@anisa_rahmadani14

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Revolusi Industri 4.0 Berkah atau Musibah?

10 Maret 2019   21:19 Diperbarui: 10 Maret 2019   21:42 3131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


                                                                                                                                        

Saat ini, dunia tengah bersiap menyongsong era baru revolusi industri. Era revolusi industri ini dinamakan revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia ke empat dimana teknologi informasi sudah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Siap tidak siap, suka tidak suka semua orang atau organisasi harus siap menghadapi perubahan ini.

Perlu diketahui, konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab seorang ekonom terkenal asal Jerman dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution. Ia menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain. 

Dengan kata lain segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi digital. Kemunculan era superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi dan neuroteknologi merupakan penanda hadirnya revolusi industri 4.0. Hal ini tentu akan mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia baik dibidang ekonomi, politik, sosial, industri, kebudayaan, dunia pendidikan bahkan gaya hidup sekalipun.

Lalu apa yang akan terjadi jika revolusi industri 4.0 itu berjalan? Menurut Dirjen Pembinaan dan Pelatihan Produktivitas Kemenaker Bambang Satrio Lelono bahwa dengan adanya era ini maka 57% pekerjaan yang ada saat ini akan tergerus tetapi jika kita bisa mempersiapkan diri maka akan banyak juga terbuka lapangan pekerjaan baru. 

Dengan meningkatnya otomatisasi digital dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence maka komputer dan mesin akan menggantikan pekerja di banyak spektrum dari industri, mulai dari sopir, akuntan, agen properti, agen asuransi, dan lain-lain.

Jika ini terjadi maka hanya akan ada dua kemungkinan yaitu menjadi berkah atau menjadi musibah. Menjadi berkah bila negara dan masyarakat mampu mempersiapkan diri dengan matang sehingga mampu mengambil peluang dan mampu berinovasi industri kreatif. Serta mampu meningkatkan produktivitas dan efesiensi dalam proses produksi yang modern sekaligus memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. 

Akan menjadi musibah jika negara dan masyarakat tidak mampu beradaptasi dengan perubahan sehingga menimbulkan ancaman pada pekerjaan yang sudah ada. Sehingga ancaman kehilangan pekerjaan, tutupnya usaha karena tidak mampu bersaing, menurunnya produktivitas dan kualitas hidup yang akan menimbulkan banyaknya pengangguran dan menurunnya pertumbuhan ekonomi yang bisa membawa suatu negara diambang kehancuran.

Indonesia merupakan negara berkembang yang paling padat penduduknya di Asia Tenggara yang diprediksi paling terdampak terhadap pengalihan pekerjaan jika era ini tiba.  Untuk itu dalam mempersiapkan diri menyambut perubahan ini diperlukan cara yang terintegrasi dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik itu pemerintah, lembaga negara terkait, sektor swasta, dunia pendidikan maupun masyarakat luas tentunya.

Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen yang berfungsi sebagai otoritas moneter telah bergerak cepat dan optimis untuk menyambut revolusi industri ini. Bank Indonesia (BI) meminta kepada para pelaku industri, regulator, dan stakeholder agar tidak takut dan khawatir  menghadapi era revolusi industri 4.0. 

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Onny Widjanarko dalam seminar "Strategi Zaman Now Perkuat Sistem Pembayaran Nontunai" yang digagas Warta Ekonomi di Jakarta, Senin (23/2/2018) mengatakan "bahwa yang terpenting adalah bagaimana regulator, pelaku industri, lintas otoritas, dan stakeholder lainnya mempersiapkan diri secara bersama untuk memastikan bahwa kehadiran era revolusi industri 4.0 dan era digital ini bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian nasional. 

Seperti dengan mengoptimalkan inovasi untuk meningkatkan utamanya entrepreneurship dan UMKM (productivity) dan perluasan inklusi keuangan (inclusivity), serta stabilitas perekonomian nasional (stability)".

Untuk mencapai dan mengambil manfaat dari era revolusi industri 4.0, BI telah membangun Fintech office, dan Infrastruktur Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang dilengkapi dengan aturan-aturan seperti PBI Pemrosesan Transaksi Domestik, PBI Gerbang Pembayaran Nasional, dan PBI Fintech. 

Untuk terus memperlengkapi perangkat-perangkat yang diperlukan guna menyambut dan memastikan Indonesia terus mengambil manfaat dari kemajuan inovasi ke depan, saat ini BI sedang melakukan kajian Blockchain, kajian Central Bank Digital Currency, kajian QR Code dan mempersiapkan standar QR Code nasional dalam waktu dekat.

Fintech office sudah resmi diluncurkan BI pada 14 November tahun 2016. BI fintech office merupakan inisiatif Bank Sentral untuk mendukung pengembangan fintech atau industri kreatif  layanan keuangan berbasis teknlogi informasi. Fungsi dari Fintech Office ini adalah sebagai falisitator untuk pertukaran ide pengembangan fintech, sebagai business intelligent, sebagai assesment yang akan melakukan pemetaan potensi, manfaat, dan risiko produk fintech, dan menjalankan fungsi koordinasi komunikasi untuk mendorong terciptanya harmonisasi peraturan lintas otoritas. 

Yang kedua, BI membangun GPN yaitu Gerbang Pembayaran Nasional atau National Payment Gateway yang merupakan sebuah sistem yang terdiri atas standard (spesifikasi teknis dan operasional yang dibakukan), switching (infrastruktur yang berfungsi sebagai pusat atau penghubung penerusan data transaksi yang menggunakan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK), uang elektronik dan atau transfer dana), dan sevices (layanan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan industri sistem pembayaran ritel). 

Ketiga sistem dalam GPN tersebut dibangun melalui seperangkat aturan dan mekanisme untuk mengintegrasikan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara nasional.

Dengan terobosan-terobosan yang telah dibangun oleh BI kita tentu berharap bahwa hadirnya revolusi industri 4.0 memberikan berkah dan manfaat bagi bangsa dan negara kita. Untuk itu inovasi ini tidak hanya berhenti dilakukan oleh BI saja tetapi juga pemerintah, instansi pendidikan dan juga masyarakat. 

Pemerintah harus berinvestasi besar dalam sektor digital dan riset teknologi. Juga harus mendorong lahirnya industri-industri kreatif dan membuat kebijakan-kebijakan yang pro dan berpikir kedepan untuk menghadapi tantangan ini. Pemerintah juga harus memberikan sosialisasi dan pemahaman yang utuh dan mendalam kepada masyarakat. Sehingga masyarakat terdorong untuk merespon perubahan-perubahan ini dan bersama-sama dengan pemerintah bersiap menghadapi tantangan ini.

Selanjutnya yang terpenting adalah Institusi Pendidikan yang harus mampu menyiapkan anak didik yang bisa menyesuaikan dengan kebutuhan pangsa pasar. Kesiapan ini tentu harus dipersiapkan mulai dari sekarang. 

Institusi pendidikan harus memastikan bahwa sistem pembelajaran dan kurikulum yang ada sudah terintegrasi dan sesuai tuntutan untuk menghadirkan pekerja yang produktif, kompeten dan siap bersaing menghadapi revolusi industri 4.0. Sehingga generasi digital yang akan lahir mampu bersaing dan mengambil peluang dari revolusi industri ini.

Kita tentu berharap hadirnya revolusi industri 4.0 ini membawa berkah terhadap bangsa dan negara kita bukannya musibah. Pilihan ada di tangan kita, maka bersiaplah mulai dari sekarang. Bersiap untuk menjemput berkah atau terlena dan berakhir musibah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun