Mohon tunggu...
Anisa Zhafira
Anisa Zhafira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa DMKP Fisipol UGM

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi Covid-19 dan Bangkitnya Asa Corporate Social Responsibility

28 Oktober 2020   16:15 Diperbarui: 28 Oktober 2020   16:25 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dunia tengah dilanda pandemi global bernama Corona Disease 2019 atau dikenal dengan sebutan Covid-19. Virus ini terdeteksi masuk ke Indonesia awal bulan Maret 2020 lalu.  

Kian hari trend kasus positif Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan peningkatan  meskipun saat ini  telah berada pada era adaptasi baru. Berbagai kebijakan dan program telah dilaksanakan di berbagai level pemerintahan, seluruh elemen juga telah bergerak, namun pandemi Covid-19 belum juga menunjukkan tanda  untuk berakhir. 

Rupanya virus yang telah menginfeksi lebih dari 390 ribu masyarakat Indonesia  ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan saja namun turut serta melumpuhkan sektor perekonomian. 

Akibatnya memunculkan kluster  kemiskinan baru  karena banyak pegawai perkantoran ataupun perusahaan yang di rumahkan hingga diberhentikan akibat penurunan produksi permintaan dan berbagai tekanan perusahaan sehingga tidak sedikit perusahaan yang memilih untuk menutup usahanya alhasil  angka pengangguran di Indonesia makin naik jumlahnya.

Permasalahan sosial selama pandemi yang tak diprediksi kedatangannya ini tidak bisa jika hanya diselesaikan oleh satu elemen saja dibutuhkan sinergisitas berbagi pihak untuk menyelesaikannya. 

Elemen pertama yang mempunyai tanggungjawab atas permaslahan ini adalah pemerintah. Pemerintah telah berupaya  dengan  mengimplementasikan berbagai kebijakan serta program jaring pengaman sosial untuk meringankan beban masyarakat dengan pemberian suntikan dana dan bantuan sosial lainnya.

Kedua adalah masyarakat itu sendiri. Pandemi telah  memperlihatkan kepada kita semua bahwa solidartias untuk saling bahu membahu itu penting dibutuhkan.  

Pandemi ternyata  bukan sebuah halangan. Pandemi justru sebagai ajang pembuktian  bagaimana solidaritas sosial dapat muncul di tengah segala keterbatasan yang ada serta bagaimana kita sebagai makhluk sosial dapat mewujudkan rasa empati dan kepedulian untuk saling membantu  terutama pada kelompok rentan agar mereka  tetap bisa bertahan hidup.  

Seperti contohnya peran masyarakat yang bergerak atas dasar public awareness yang memunculkan gerakan kolektif sebagai inisiatif kecil namun turut menyumbang dampak besar bagi masyarakat. 

Gerakan tersebut dilatar belakangi atas kultur kolektivitas interdependensi untuk menolong sesama yang dilakukan dengan menyumbangkan segala kemampuan dan harta mereka untuk masyarakat lain yang lebih membutuhkan. 

 Selain masyarakat, elemen lain yang turut bergerak untuk merajut solidaritas sosial ini adalah perusahaan melalui program CSR nya atau Corporate Social Responsibility. 

Menurut Ardianto (2011) Corporate  Social Responsibility adalah tentang nilai standar yang telah dilakukan berkaitan dengan komitmen dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat secara lebih luas. 

Praktik tanggung jawab perusahaan di Indonesia juga telah diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 mengenai CSR dimana telah dinyatakan sebagai keharusan ataupun kewajiban perusahaan dengan tujuan mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat umumnya.

Di masa pandemi seperti ini, perusahaan dan seluruh elemen dituntut untuk memutar otak,  mengubah hingga menunda setiap rencananya, juga harus mampu beradaptasi dengan situasi yang baru. 

Perencanaan ulang  tersebut juga berlaku  pada cara berbisnis dimana banyak aspek yang harus dihitung dan ditata ulang karena melihat banyak faktor  yang tidak masuk ke dalam perencanaan sebelumnya. 

Meskipun di tengah pandemi ini hampir semua sektor terdampak dan mengalami kerugian yang tak kecil namun sebagai bentuk kewajiban, sebuah perusahaan  tetap harus melakukaan tanggung jawab sosial perusahaannya. 

Mantan Dirut PT Bursa Efek Indonesia (2020) mengatakan perusahaan harus mampu merumuskan inisiatif CSR yang strategis dengan memperhatikan dampak Covid-19 terhadap masyarakat dan akivitas bisnisnya. Mengingat CSR berkaitan erat dengan bisnis berkelanjutan sebagai investasi jangka panjang dalam bentuk citra positif perusahaan. 

Justru di masa pandemi inilah  menjadi peluang baru bagi perusahaan untuk berinovasi dalam kontribusinya  menjaga keseimbangan antara keuntungan sebuah bisnis dan etika bisnis. 

Hal ini dikarenakan, semakin banyak perusahaan yang menyadari bahwa kelangsungan hidup dan pengembangan jangka panjang mereka bergantung pada pencapaian keseimbangan antara profitabilitas dan harmoni dengan berbagai pemangku kepentingannya (He & Harris, 2020).

Selain mengubah cara berbisnis, pandemi juga mengubah haluan perusahaan untuk mengganti program CSR nya karena melihat sasaran program yang semakin meluas. 

Selain itu bentuk CSR  yang digunakan juga tidak hanya sekedar CSR Philantrophy dimana permintaan bantuan datang dari sekelompok masyarakat bukan karena kebutuhan yang semestinya atau hanya program karitatif yang hanya sekedar memberikan bantuan dan sebatas memenuhi kewajiban perusahaan saja. 

Tetapi CSR juga harus  menyasar pada internal bisnis perusahaan dan eksternal perusahaan seperti karyawan, masyarakat, dan komunitas sekitarnya sehingga program dapat menjaga keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. 

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya setiap perusahaan tentu memiliki strateginya masing-masing dalam mengolah dana CSR-nya yang kemudian diwujudkan melalui berbagai program CSR. 

Program pertama yang bisa dilakukan adalah program Charity atau donasi. Jika disesuaikan dengan masa pandemi seperti saat ini perusahaan dapat memberikan bantuan donasi berupa pemberian bantuan Alat Pelindung Diri (APD) kepada para tenaga kesehatan. pembagian masker, handsanitizer  thermogun, sarung tagan, dan vitamin pada fasilitas kesehatan ataupun tempat-tempat publik yang membutuhkan.  

Selain itu juga terdapat kegiatan pemberian bantuan sembako kepada kelompok rentan seperti yang telah dilakukan oleh PT Pertamina.   Dilansir pada laman resminya, PT Pertamina  telah mengucurkan dana mencapai Rp 250 miliar dalam upaya penganggulangan Covid-19. Dana tersebut digunakan untuk keperluan pemberian bantuan APD dan juga renovasi fasilitas dan alat kesehatan di rumah sakit rujukan Covid-19.

Kemudian program yang kedua adalah Capacity Building. Dalam program ini perusahaan dapat memberikan program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat juga karyawan peru sahaan seperti sosialisai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pencegahan Covid-19 seperti yang dilakukan oleh PT Pertamina yang melakukakan pelatihan online setip dua minggu sekali terkait digital marketing untuk para UMKM dan mitra bisnis yang tergabung dalam Rumah Kreatif BUMN (RKB) Pertamina. 

Kegiatan ini merupakan komitmen Pertamina untuk meningkatkan kapasitas UMKM agar naik kelas dalam hal pengetahuan digital marketing dan membuka wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan gairah para pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya di tengah pandemi Covid-19 (Terbuka Untuk UMKM, Pertamina Berikan Training Online Strategi Mengembangkan Usaha Saat Corona, 2020). 

Dan yang terkahir adalah program Community Empowrement atau pemberdayaan masyarakat contohnya dengan mengadakan pelatihan pengelolaan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), pelatihan pembuatan masker kain dan handsantizer secara mandiri juga seperti yang dilakukan oleh Sinarmas Land yang memberdayakan para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Sentra Karya untuk memasak 1000 paket makanan perminggunya untuk para pekerja harian seperti pedagang asongan, pemulung, dan lain sebagaianya .

Selain itu yang tidak boleh dilupakan adalah program untuk tetap mensejahterakan para karyawan perusahaan  seperti yang telah dilakukan oleh perusahaan transportasi online, Grab.

Disebutkan oleh Annisya Triana dan Sri Sulastri (2020)  Grab telah menguncurkan dana sebesar Rp. 160 Miliar dalam bentuk program bernama Kita VS Corona. Realisasi programnya adalah dengan memberikan multivitamin, masker, dan hand sanitizer untuk para driver. 

Tak hanya itu saja Grab juga memberikan voucher dan paket sembako kepada mitra Grab. Pada aspek lingkungan perusahaan menyikapi pandemi dengan mematuhi protocol kesehatan serta menjagai kebersihan lingkungan dan memastikan karyawannya selalu dalam kondisi yang fit untuk bekerja. 

Program-program tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk dan pola baru CSR di tengah pandemi dengan  melihat kebermanfaatan yang dapat diterima oleh masyarakat, komunitas lokal juga internal perusahaan.

Selain pola dan program baru CSR,  perusahaan juga harus menghadapi bebagai tantangan yang ada untuk mengoptimalkan program CSR mereka.  Perusahaan harus mempu melakukan berbagai adaptasi baru model CSR di samping mereka juga harus memikirkan nasib perusahaan mereka sendiri.

Tantangan lain yang harus dihadapi  perusahaan di tengah pandemi yang diperburuk dengan sitausi resesi ekonomi ini  adalah munculnya  perusahaan yang hanya  mengejar keuntungan jangka pendek saja dengan alasan untuk mempertahankan kehidupan perusahaan sehingga banyak perusahaan memilih untuk mengurangi atau meninggalkan program CSR yang  sudah mereka rencanakan sebelumnya.  

Meskipun begitu masih ada harapan pada perusahaan yang tetap memikirkan dan  memberikan dana CSR  mereka tetapi  kita perlu akui bahwa tidak semua perusahaan sama -- dalam hal harapan juga kontribusi sosial mereka. 

Kesadaran perusahaan untuk tetap berkomitmen dalam melaksanakan program CSR tentu akan menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sehingga menambah citra positif untuk perusahaan itu sendiri. 

Terciptanya konsep triple bottom line dalam upaya pembangunan masyarakat dan meningkatkan hubungan yang harmoni antar berbagai elemen. Adanya pandemi merupakan peluang besar bagi perusahan untuk menjalankan program CSR nya juga untuk terlibat aktif dan menjadi katalisator untuk era adaptasi baru dalam pengembangan program CSR. 

Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai stakeholder untuk mengurangi permasalahan social dan ekonomi yang terjadi selama pandemi ini. Disisi lain CSR juga dapat berperan sebagai penguat hubungan kemitraan antara pemerintah dan perusahaan serta mengurangi konflik antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya.

Referensi

He, H., & Harris, L. (2020). The impact of Covid-19 pandemic on corporate social responsibility and marketing philosophy. Journal of Business Research, 116(May), 176--182. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2020.05. 030

Hongwei. 2020. The Covid Effect On CSR And Marketing

Nurfitriyani, Annisa. 2020. Program CSR Bisa Jaga Keberlangsungan Bisnis Saat Pandemi

Terbuka untuk UMKM, Pertamina Berikan Training Online Strategi Mengembangkan Usaha Saat Corona. (2020). News Room Pertamina.

Triana, Annisya,dkk. 2020.  Ragam Praktik CSR Selama Pandemi Covid-19.   Prosding Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol 7 No:2

Undang-Undang No.40 Tahun 2007

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun