(15/12/23) Dalam rangka melakukan studi lapangan terkait pengembangan masyarakat di kawasan pedesaan, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, yang dinaungi Bapak Dosen pengampu Pengantar Pengembangan Masyarakat, Bapak M. Jufri Halim, S.Ag.,M.Si. memilih Desa Hambaro yang terletak di Kabupaten Bogor sebagai objek observasi dalam studi lapangan tersebut.
Terdapat beberapa aspek yang difokuskan dalam observasi studi lapangan oleh para mahasiswa, salah satunya adalah aspek perekonomian.
Desa Hambaro adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Nanggung, wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Karena letaknya yang cukup tinggi dari permukaan laut, membuat kawasan di desa ini masih sangat asri, sejuk, dan segar.
"Meskipun berada di kawasan dataran yang cukup tinggi, akses jalan di desa ini sudah cukup baik, jalan utama yang tidak berbatuan, jalan-jalan kecil yang sudah tertata rapi, dan pembuatan jembatan-jembatan paten pasti sangat membantu warga setempat dalam beraktivitas sehari-hari," ujar salah seorang Mahasiswa.
Dari sini, terlihat bahwa desa Hambaro ini cukup berhasil dalam melewati proses pembangunan desa.
Saat tiba di desa Hambaro, kita akan disuguhkan oleh hamparan padi dan palawija di kanan dan kiri jalan karena perekonomian di desa Hambaro ini di dominasi oleh para petani, sebagaian sisanya ada yang menjadi pedagang, dan ada pula yang bekerja mengurus lahan milik warga lainnya (Maparo).
Istilah "Maparo" menggunakan sistem dimana lahan sawah milik salah seorang warga tersebut dikelola oleh warga yang tidak memiliki lahan untuk bertani yang keuntungannya akan dibagi hasil sesuai kesepakatan kedua belah pihak sebagai bentuk pencegahan terjadinya pengangguran di masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mahasiswa kepada salah seorang petani, hasil tani yang mereka kelola itu biasanya dikonsumsi sebagai kebutuhan pokok makan sehari-hari dan sebagian lagi juga ada yang didistribusikan ke pasar lokal daerah setempat.
Pihak Desa juga menyediakan program dari BUMDES yaitu AGRIMA FARM, sebuah unit usaha peternakan kambing yang terletak di tengah-tengah kawasan pesawahan dan dataran tinggi sebelah tenggara desa Hambaro.
Desa memberikan modal berupa uang untuk pembuatan kandang dan pembelian kambing utama yang nantinya dikelola (mencari rumput, memberi makan kambing, membersihkan kandang, dan menjual hasil ternak) oleh warga setempat yang tergabung menjadi pengurus AGRIMA FARM.
Program ini dibuat sebagai upaya pemanfaatan lahan hijau yang tersedia sebagai sumber daya alam dan sebagai sumber mata penacaharian bagi warga yang tidak memiliki pekerjaan.
Ternak tersebut biasanya dijual ke warga sekitar dan juga keluar desa saat hendak mendekati hari raya Idul Adha . Sistem upah yang diberikan pihak desa adalah sistem bagi hasil. Desa mendapat 60% dan warga yang bertugas untuk mengurus ternak mendapat 40% hasil keuntungan penjualan.
Pada tahun 2022, hasil ternak kambing dari AGRIMA FARM ini tidak sepenuhnya terjual. Setelah ditelurusi ternyata penyebabnya ialah target pemasaran yang masih sempit dan terbatas.
“Tidak setiap tahun, ternak kambing ini terjual semua karena sulitnya menemukan pembeli bila hanya di ruang lingkup desa,” Keluh salah seorang warga pengurus ternak.
Maka dari itu, untuk meningkatkan jumlah pembeli dalam penjualan ternak tersebut, warga pengurus AGRIMA FARM dan desa berupaya untuk memperluas kembali target pemasaran ternak kambing ke luar daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H