2. Penyakit dan Infeksi: Penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kronis lainnya dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi. Anak-anak yang sering mengalami sakit memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat memenuhinya.
3. Kurangnya Pengetahuan tentang Gizi: Banyak orang tua tidak memiliki pemahaman yang memadai mengenai pentingnya gizi seimbang untuk perkembangan anak. Akibatnya, mereka cenderung tidak menyediakan variasi makanan yang bergizi.
4. Kondisi Sanitasi dan Kebersihan yang Buruk: Lingkungan dengan sanitasi yang tidak memadai dapat meningkatkan risiko penyakit, sehingga anak-anak menjadi lebih rentan terhadap gizi buruk. Akses terbatas ke air bersih juga berkontribusi pada masalah kesehatan ini.
Gejala gizi buruk bervariasi, tetapi beberapa tanda umum meliputi:
- Anak terlihat sangat kurus dibandingkan dengan teman-temannya.
- Tinggi dan berat badan anak berada di bawah standar pertumbuhan normal.
- Kulit anak tampak kering dan bersisik.
- Anak terlihat lemas, kurang aktif, dan mudah merasa lelah.
- Daya tahan tubuh anak rendah, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.
Dampak jangka panjang dari gizi buruk dapat sangat merugikan. Anak-anak yang mengalami gizi buruk berisiko tinggi mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif, kesulitan belajar di sekolah, serta menghadapi masalah kesehatan di masa dewasa seperti diabetes atau penyakit jantung.
Kesimpulan
Gizi buruk pada anak dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang serius, seperti marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor, skorbut, dan anemia. Setiap kondisi memiliki gejala khas yang perlu dikenali agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang seimbang dan memadai. Dengan memberikan nutrisi yang cukup melalui makanan bergizi dan perhatian terhadap kebutuhan gizi harian anak, kita dapat membantu mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat gizi buruk serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal mereka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H