Berbicara tentang pangan, pastinya tidak jauh dari asupan gizi yang tubuh kita terima setiap harinya. Rata-rata dalam sehari, seseorang dapat mengonsumsi makanan pokok sampai 3 kali. Namun sayangnya, makanan yang dikonsumsi terbilang cukup monoton , hanya seputar beras dan gandum. Bahkan tak jarang yang mengonsumsi keduanya secara bersamaan.
Apalagi generasi milenial saat ini, jika ditawari untuk makan mie dibanding singkong, sebagian besar akan lebih memilih mie karena lebih kekinian dan dikemas dalam berbagai citarasa yang unik. Beberapa juga menganggap bahwa singkong merupakan makanan orang dulu dan sudah ketinggalan jaman.
Padahal perlu kita ketahui bahwa disversifikasi pangan sangat diperlukan untuk mencukupi kebutuhan gizi seseorang. Hal ini juga berkaitan dengan ketersediaan sumber pangan dalam negeri. Kita mungkin sudah tahu jika gandum bukan komoditas dalam negeri, begitu pula dengan stok beras yang terkadang tidak mencukupi. Sampai-sampai Pemerintah harus putar otak dan mengambil kebijakan untuk mengimpor kedua bahan makanan pokok tersebut.
Menurut Badan Pusat Statistik, impor gandum dari Australia sebesar 2,4 juta ton pada tahun 2018. Sedangkan untuk impor beras dari 8 negara pada 2018 mencapai angka 2,2 juta ton.
Sebuah angka yang terbilang besar bagi negara yang kaya akan sumber daya alam, sumber pangan nya pun melimpah. Melihat keprihatinan tersebut, sudah saatnya untuk kita bangkit memaksimalkan potensi pangan lokal kita untuk Indonesia yang lebih mandiri dan sehat.
Lalu, apa saja potensi pangan lokal yang kita miliki?
Tentunya banyak, namun siapa yang tidak mengenal jagung, singkong, dan sagu?Â
Ya, ketiga bahan pangan tersebut bisa dibilang sebagai makanan substitusi nasi di beberapa wilayah di Indonesia. Mari kita lihat lebih lanjut mengenai potensi dan kandungan gizi ketiga bahan makanan tersebut. Â
1.Jagung
Tumbuhan dengan nama latin Zea mays ini selain sebagai sumber karbohidrat juga memiliki citarasa yang manis dan gurih. Saat ini sudah banyak berkembang produk beras dengan bahan baku jagung. Kelebihan dari beras jagung ini adalah kandungan serat pangan (dietary fiber) dengan Indeks Glikemik (IG) relatif rendah dibanding beras dari padi sehingga beras jagung baik untuk dikonsumsi penderita diabetes.
Selain dapat dijadikan beras, jagung juga diolah menjadi tepung jagung dan pati jagung (maizena) yang dapat dijadikan berbagai santapan seperti biskuit, tortilla, bahkan bisa dijadikan substitusi terigu untuk membuat mie dan cake. Sementara, di Indonesia ini sentra produksi jagung tersebar di berbagai wilayah, salah satunya ada di Gorontalo.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram
2.Singkong
Umbi-umbian yang satu ini memang sudah merakyat sedari jaman penjajahan. Namun pada era ini , entah mengapa eksistensinya kian menurun, tergerus oleh tren makanan modern, sehingga singkong dianggap sebagai makanan jadul.Â
Kandungan gizi Singkong per 100 gram
3.Sagu
Tanaman Sagu banyak ditemukan di berbagi wilayah antara lain Maluku, Papua, Sulawesi, Riau, dan Kalimantan. Sagu juga telah dikenal sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia bagian Timur khususnya Papua dan Maluku.
Salah satu produk makanan dari tepung sagu yang sudah familiar di kalangan masyarakat ialah Papeda. Selain diolah menjadi makanan khas, tepung sagu juga dapat digunakan sebagai bahan campuran produk mie, roti, bahkan bakso.Â
Dilihat dari kandungan gizinya, sagu memiliki kelebihan dibanding tepung dari tanaman umbi atau serealia karena mengandung pati resisten yang baik untuk kesehatan.Â
Kandungan gizi Sagu per 100 gram
https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1043/impor-beras-menurut-negara-asal-utama-2000-2018.html (diakses 27 Februari 2020)
Suarni, Komposisi Nutrisi Jagung Menuju Hidup Sehat. Prosiding Seminar Nasional Serealia .Balai Penelitian Tanaman Serealia.2009
http://pangannusantara.bkp.pertanian.go.id/?show=page&act=view&id=16
Arsyad,Muh. Pengaruh Penambahan Tepung Mocaf Terhadap Kualitas Produk Biskuit. Jurnal Agropolitan. 2016;3(3): 52-61
Heryani,Susi & Silitonga, Rhoito Frista. Penggunaan Tepung Sagu (Metroxylon sp) sebagai Bahan Baku Kukis Cokelat. Warta IHP.2017; 34 (2): 53-57
Anggota Tim Kumbang Shellya, Farisa,Anisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H