Bicara tema pada acara hikmah halal bil halal detik dan jam ini. Maka silaturahmi, persatuan dan kebersamaan itu hanya bisa terwujud jika akal kita sehat. Mohon maaf, Qur'an itu mengajarkan kalau jenis akal itu ada dua, ad 'aqlun, ada pula ulil albab. Kalau yang aktif hanya 'aqlun, maka orang hanya bisa mengkalkulator uang dan keuntungan dunia. Tapi, kalau ulil albab yang aktif, maka orang bisa mengkalkulator keuntungan amal yang tak kelihatan itu. Ini yang membuat dia semangat untuk menghidupkan silaturahmi, kebersamaan dan persatuan. Nah, perlu diketahui bahwa ulil albab itu tempatnya di hati, maka Ayat yang dibaca dalam tilawah pembukaan tadi, yang disebut persatuan yang muncul dari hati. Â
Itulah sebabnya persatuan dan kebersamaan itu harus hadir dari hati. Sehingga tidak ada pikiran dan tindakan untuk saling menyakiti. Apalagi agama mengajarkan bahwa kita lahir dari manusia atas hubungan kasih dan sayang laki-laki dan perempuan yang pada mulanya berasal dari satu diri yaitu kakek kita Adam yang tumbuh dari tulang rusuk kasih sayang yang melahirkan hawa pasangannya. Â Terjalinan hubungan cinta dan kasih sayang maka lahirlah manusia yang banyak. Ini tergambar dalam seruan Allah dalam al-Qur'an.
Allah sendiri yang menyeru seluruh manusia yang berasal dari agama, suku, dan bangsa manapun, bahwa mereka diciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan dan dari keduanya diperkembangbiakkan menjadi syu'ub (suku) dan Qaba (bangsa), dan sampe hari ini saya belum dengar berita bahwa orang yang dalam janin bilang ke Allah, "Ya Allah, lahirkan saya jadi orang Buton atau lahirkan saya di Amerika. Belum pernah, kalau ada ayo angkat tangan. Hehe
Jadi, kita lahir karena takdir, bukan karena kita sendiri yang ingin. Olehnya itu Allah tidak melihat dan menilai kita lahir dari suku apa dan Bangsa apa atau lahir dengan warna kulit terang atau gelap. Bahkan "innalillaha la yanzuru ajsaamukum" Allah juga tidak melihat dan menilai wajah dan rupa, hidung yang tinggi dan pesek atau setengah tinggi atau setengah pesek", tidak. Tapi, yang Allah lihat dan nilai adalah siapa yang paling bertakwa kepada-Nya, dalam kata lain siapa yang hatinya hidup, akalnya sehat yang memancarkan akhlak dan kebajikan, yang akalnya sehatnya mampu menghidupkan silaturahmi, kebersamaan, dan persatuan. Itu yang Allah lihat dan nilai.
Olehnya itu, Islam sebenarnya mengajarkan kita menjadi penyejuk seperti ESKRIM, Islam bukan EKSTRIM yang menakutkan-nakuti dengan ancaman bom dan bunuh. Apalagi selaku warga Indonesia kita hidup dalam satu tata aturan undang yang menjamin kebebasan untuk melaksanakan ibadah dalam agamanya masing-masing. Bineka Tunggal Ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H