Mohon tunggu...
Anindya Nur Aprillea
Anindya Nur Aprillea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjajaran

Isu Sosial Politik Global

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mereka Polemik Internal Partai Politik di Indonesia dalam Kacamata Manajemen Partai Politik: Ambang Degradasi dan Instabilitas

22 Oktober 2023   22:53 Diperbarui: 22 Oktober 2023   23:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, menyangkut mengenai kapabilitas anggota partai politik, dimana partai politik yang seharusnya menciptakan kader-kader berkualitas dan berintegritas untuk menempati jabatan publik sebagai representasi politik yang mewakili kehendak rakyat, nyatanya dalam sebagian besar kasus empirik justru malah mencerminkan sebaliknya. Terlepas dari adanya ketentuan sistem parliamentary threshold yang berlaku pada faktanya berpeluang mempengaruhi efektivitas partai politik dalam melakukan rekrutmen politik, yang hanya akan berfokus pada kuantitas bukan pada kualitas secara mendalam. 

Dalam hal yang berkaitan dengan fokus utama partai politik dalam melakukan pemenuhan suara melalui jalan rekrutmen politik, begitu mungkin dapat terjadi penurunan standarisasi yang diterapkan oleh partai politik itu sendiri. Entah berkaitan dengan kualifikasi individunya atau pembelokan tujuan atau kepentingan partainya baik sementara atau musiman pada saat rekrutmen atau mengubah tujuan partai secara mendasar.

Pada awal kemunculannya, partai politik terdiri atas orang yang mempunyai nilai, pandangan, dan cita-cita yang sama karena setiap orang memiliki orientasi politik yang berbeda-beda sehingga perlu dihimpun dalam sebuah parpol itu sendiri. Namun kini, banyak partai politik yang memilih kader-kader yang memiliki elektabilitas yang tinggi berdasarkan popularitasnya, dan bukan berdasar pada kapasitas serta kompetensinya. Hal ini menunjukkan bahwa partai politik mengutamakan perspektif popularitas alih-alih kemampuan intelektualitas dan rekam jejak. Ada pula pemberitaan terkait menteri, anggota legislatif pusat dan daerah, dan kepala daerah yang terkena operasi tangkap tangan karena melakukan tindak pidana korupsi telah menjadi preseden buruk bagi citra partai politik bersangkutan. Hal ini tentunya menjadi sebuah faktor internal yang mempengaruhi manajemen partai politik karena persoalan ini berasal dari anggota partai itu sendiri yang melakukan tindakan amoral dan pidana. 

Marcus Mietzner mengemukakan kebanyakan korupsi di Indonesia ditandai dengan gejala peningkatan korupsi yang signifikan oleh elite partai yang menduduki kursi di lembaga negara (Djalil, 2014). Hal ini marak terjadi karena disinyalir oleh semakin besarnya biaya politik, terutama dalam pencalonan. Di samping biaya operasional, biaya kampanye juga membutuhkan banyak pendanaan ditambah lagi dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi dan periklanan, belum lagi apabila terdapat calon-calon pemimpin yang menggunakan money politics, maka pembiayaan politik akan semakin mahal. Konsekuensinya, sebagian besar oknum menyalahgunakan APBN/APBD untuk menutupi pembengkakan ongkos politik yang menjadi tunggangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun