Apakah kalian pernah mendengar nama sosiolog Zygmunt Bauman? Mungkin nama Zygmunt Bauman terlalu sulit diucapkan oleh beberapa orang. Bahkan nama tersebut mungkin terdengar asing. Â Namun, tokoh sosiolog yang satu ini juga tidak kalah penting dalam berkontribusi di dunia sosiologi, lho. Â Mari kita mengenal dan menelusuri pemikiran beliau dalam artikel kali ini.
Mengenal Zygmunt Bauman
Zygmunt Bauman merupakan sosiolog yang berasal dari Polandia. Beliau lahir di Pozna, Polandia, tepatnya pada tanggal 19 November 1925.
Saat ia beranjak remaja, ia dan keluarganya melarikan diri dari perang yang terjadi saat itu. Ia dan keluarganya menyelamatkan diri ke negara Rusia.Â
Beliau mulai mempelajari sosiologi ketika menempuh studi di Universitas Warsawa hingga di tahun 1968 ia mendapat gelar professor sosiologi.Â
Ayahnya merupakan seorang zionisme yang kemudian membuatnya dikeluarkan dari tempat kerjanya. Hal itu membuat ia dan keluarganya harus pindah lagi, yaitu ke negara Inggris. Di negara inilah ia mulai mencetuskan ide-ide dan pemikirannya serta berkontribusi untuk ilmu sosiologi.
Pemikiran Zygmunt Bauman
Teori Modernitas Cair (Liquid Modernity)
Teori modernitas cair muncul melalui pemikiran Bauman pada era post-modern. Pada saat itu, yang menjadi ciri dari post modern yaitu adanya ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam kehidupan individu.Â
Hal tersebut disebabkan karena adanya kebebasan. Kebebasan tersebut membuat setiap individu dapat mengontrol hal-hal yang ingin dicapainya. Kebebasan ini berdampak kepada identitas individu tersebut.Â
Identitas setiap individu dalam masyarakat dapat dibentuk, bukan lagi ditentukan. Dengan demikian, individu sendirilah yang memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang sudah menjadi pilihannya.Â
Pilihan tersebut mencakup karir, pertemanan, perkawinan, hingga komunitas. Sehingga individu tersebut juga bertanggungjawab atas kelangsungan hidup dan nasibnya sendiri.
Dalam teori modernitas cair muncul banyak ketidakpastian dan hal-hal yang tidak dapat dikatakan sebagai ketetapan. Kehidupan setiap individu akan terus berjalan. Individu tersebut dipaksa untuk terus mengikuti arus dan dituntut untuk dapat melakukan perubahan secara mandiri.Â
Hal tersebut melahirkan sifat manusia yang tidak dapat diatur. Mereka berpikir bahwa mereka lah yang nantinya akan bertanggungjawab terhadap hidupnya sendiri. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin hidup mereka diatur oleh orang lain.
Solidaritas, Moralitas, dan Individualis
Menurut Bauman, pada awal masa postmodern terdapat para masyarakat kapitalis. Kemudian, secara perlahan masyarakat kapitalis tersebut mengalami perubahan.Â
Mulanya, masyarakat ini bersifat 'solid' dan 'berat', yang berarti masyarakat hidup dengan solidaritas. Hingga secara perlahan berubah menjadi 'ringan' dan 'cair' mengikuti arus.Â
Dalam perubahan tersebut juga semakin nampak ketidakpastian dan hal-hal yang bersifat ambigu dalam kehidupan masyarakat. Tentunya perubahan tersebut berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan politik yang ada di masyarakat.Â
Melalui perubahan tersebut, kebenaran yang ada pun menjadi bersifat relatif dan tidak dapat dikatakan bersifat pasti. Kebenaran mengikuti lingkungan dan fenomena sekitar.Â
Hal tersebut berarti kebenaran dapat berubah. Bahkan, setiap individu dapat memiliki kebenaran yang berbeda-beda tergantung perspektifnya masing-masing. Setiap individu yang ada di dalam masyarakat tidak dapat menetap.
Mereka akan terus melakukan perubahan. Dengan demikian, kehidupan masyarakat tidak mengalami kejelasan dan kepastian. Hingga akhirnya timbul sifat individualis yang padahal jelas-jelas masyarakat hidup secara berkolektif.Â
Salah satu karya milik Bauman yang berjudul "Life in Fragments" membahas mengenai moral yang ada pada individu hanyalah sebuah penyamaran. Artinya, hal tersebut dilakukan hanya untuk membangun citra pada diri dalam masyarakat.Â
Kata kebersamaan yang tertanam di masyarakat hanyalah sebuah bentuk formalitas.Â
Pada kenyataannya, kehidupan yang ada di dalam masyarakat yang sangat bervariasi. Padahal sebuah moral harus ditanamkan kepada setiap individu agar dapat hidup dengan mengikuti norma yang telah ditetapkan dalam masyarakat.
Sumber:
Pip Jones, Liz Bradbury, dan Shaun Le Boutillier. 2016. Pengantar Teori-Teori Sosial dari Fungsionalisme Hingga Post-modernisme. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sugihartati, R. 2014. Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Zigmunt Bauman. 2000. Modernity and the Holocaust. New York: Cornell University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H