mobil. Rekan setimnya susah payah menghalau wartawan sampai Will bisa berada di dalam mobil. Jadi ketika dia sudah di dalam mobil, Pak Rey selaku supir Will langsung tancap gas.
Sementara itu, Will dan rombongan sudah berada di dalamSelama beberapa menit awal mereka masih membicarakan bagaimana serunya kejadian di Amerika atau kejadian barusan ketika wartawan mendekati mereka.
"Aku gak menyangka akan sebanyak itu sambutan untuk kita." Kata Richard, salah satu member Over Agency.
"Yeah... Sangat melelahkan namun sangat bahagia. Akhirnya... Welcome home." Kata Julian.
Sejauh ini yang tidak menyahut adalah Will sendiri. Dia tersenyum sendiri memikirkan kejadiannya barusan. Freya datang ke bandara? Sudah taukah dia sekarang siapa Will sebenarnya?
Dia asyik dengan pikirannya sendiri sampai dia tidak menyangka semua terdiam dan melihat ke arahnya. Dia kaget. Apa-apaan mereka ini...
"What??" Sergahnya.
"What??" Tiru Julian dengan lebih sewot.
"Ah... Kalian." kata Will tak mengacuhkan sahabat-sahabatnya.
"Dasar orang tak tau diri. Kamu bisa selamat dari amukan massa tadi berkat kami sobat. Dan sekarang kamu bahkan gak mau cerita siapa yang kamu temui tadi?" Tanya Richard.
Will untuk sesaat paham dan dia tertawa.
"Oh... Tadi." Dia menggaruk kepalanya walaupun tidak terasa gatal.
"Eh, dan tadi bukan amukan massa ya... Itu cuma sebagian kecil fans. Dan kita pernah mengalami yang lebih dari tadi ya, Julian dan Ricky?" Will mencoba mengalihkan pembicaraan dan menatap kedua sahabat karibnya. Namun dia ganti tersentak. Ternyata Julian hanya mendelik ke arahnya. Dan Ricky yang di tempat duduk depan hanya memandangnya dengan ekspresi berpikir keras.
"Sebentar. Tadi aku liat sekilas, dia... Dia... Cewek yang kamu temui di depan supermarket itu kan?" Tanya Ricky.
Will hanya terseyum simpul.
"Oh ya? Cewek yang kamu temui di supermarket itu? Yang kemarin kamu bawain donat itu??" Tanya Julian semakin mendetail.
"Hei... Siapa sih yang kalian bicarakan?" Tanya Richard. Dia memang belum pernah mendengar cerita tentang Freya sebelumnya.
"You!" Tunjuk Julian ke Richard. "Shut up!" Dan Richard terdiam.
Will menarik nafas dalam.
"Iya. Tadi dia yang aku temui adalah Freya." Sahut Will.
"Oh ya... Freya ya namanya." Kata Ricky manggut-manggut.
"Eh yang mana yang mana?? Yang tinggi atau yang agak pendek? Yang Kaukasia atau yang Asia?" Tanya Julian. Karna tadi dia yang memanggil Will ketika Will sedang berbicara dengan Freya.
"Yang Asia lah. Will kan seleranya yang agak eksotis." Kata Ricky. "Dan aku pernah liat dia dari dekat waktu di depan supermarket waktu itu. Dia benar-benar cantik. Swear!!" Kata Ricky sambil mengangkat 2 jarinya.
Will hanya tersenyum.
"Ah... Andai tadi aku melihat dari dekat. Gimana dia Ricky?" Tanya Julian.
Karena dia tau pasti bahwa tanya ke Will tidak akan dijawab. Di mobil ada banyak orang asing. Seperti Richard dan supir Will. Dia tidak terbiasa berbicara hal pribadi ke orang lain selain ke Julian dan Ricky.
"Dia mengingatkanku akan seseorang yang punya kecantikan alami. Eksotis. Tapi dia juga sopan dan bersahaja. Dia seperti sumber kemurnian..." Ricky mulai seperti membacakan puisi. Dia memang suka menghasilkan karya-karya sastra.
"Apaan sih kamu ini..." Kata Julian tak percaya. Will hanya tertawa.
"Hei... Kamu gak percaya? Liat saja bagaimana cewek itu bisa membuat Will terkesima. Lihat mukanya yang merah."
Dan mereka semua, termasuk Richard dan Pak Rey, melihat ke arah Will. Will semakin merah mukanya. Sepanjang jalan dia jadi bahan bullyan teman-temannya sampai ke rumah.
"Sebenarnya... Aku seperti melihat sosok mama di dirinya." Demikian yang ada di hati Will sepanjang jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H