"Yang Asia lah. Will kan seleranya yang agak eksotis." Kata Ricky. "Dan aku pernah liat dia dari dekat waktu di depan supermarket waktu itu. Dia benar-benar cantik. Swear!!" Kata Ricky sambil mengangkat 2 jarinya.
Will hanya tersenyum.
"Ah... Andai tadi aku melihat dari dekat. Gimana dia Ricky?" Tanya Julian.
Karena dia tau pasti bahwa tanya ke Will tidak akan dijawab. Di mobil ada banyak orang asing. Seperti Richard dan supir Will. Dia tidak terbiasa berbicara hal pribadi ke orang lain selain ke Julian dan Ricky.
"Dia mengingatkanku akan seseorang yang punya kecantikan alami. Eksotis. Tapi dia juga sopan dan bersahaja. Dia seperti sumber kemurnian..." Ricky mulai seperti membacakan puisi. Dia memang suka menghasilkan karya-karya sastra.
"Apaan sih kamu ini..." Kata Julian tak percaya. Will hanya tertawa.
"Hei... Kamu gak percaya? Liat saja bagaimana cewek itu bisa membuat Will terkesima. Lihat mukanya yang merah."
Dan mereka semua, termasuk Richard dan Pak Rey, melihat ke arah Will. Will semakin merah mukanya. Sepanjang jalan dia jadi bahan bullyan teman-temannya sampai ke rumah.
"Sebenarnya... Aku seperti melihat sosok mama di dirinya." Demikian yang ada di hati Will sepanjang jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H