"Aku nggak tau Jess. Apa yang harus aku perbuat sekarang? Aku sangat malu. Kamu tau kan jika berada di posisiku? Aku malah justru semakin nggak enak kalau dia semakin baik denganku."
"Kamu ini kenapa malah khawatir? Tadi aku yang khawatir karena kamu makan pemberian orang asing. Sekarang sudah jelas tau dia siapa, kamu malah yang ganti khawatir."
"Aku bukan khawatir karena donatnya. Aku tau jika dia nggak mungkin meracuniku. Tapi aku takut dengan dia. Dia Jess..."
Jessica menarik nafas di seberang.
"Begini saja. Katanya dia ada kerjaan kan di Amerika? Kita tunggu saja. Nanti pasti akan keluar beritanya di salah satu media Australia. Nanti kita pasti tau dia sedang apa dan kapan bisa pulang. Kalau pulang, kita temui dia. Apakah dia masih ingat denganmu. Jika ingat, selesai masalah. Dia ingin berkenalan denganmu. Tapi kamu harus bisa menerima dia sebagai Will biasa. Just Will. Karena dia sudah berkorban untuk bisa mengenalmu secara biasa. Lihatlah penyamaran dia selama ini. Dan bagaimana dia bekerjasama dengan Fred. Kamu harus bisa menghargainya." Kata Jessica.
"Tapi kalau dia nggak mau mengenalku lagi?" Tanya Freya.
"Kalau begitu ya... Kita urus saja nanti. Toh kamu nggak rugi apa-apa kan."
"Tapi aku tetap harus minta maaf lagi padanya!" Sergah Freya.
"Okay okay... Kita liat nanti. Sekarang sebaiknya kamu istirahat dulu. Hatimu sedang kacau. Istirahatlah. Besok kita masih kuliah." Kata Jessica.
Maka Freya berterima kasih dan menutup telfonnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H