Fenomena ini bahkan menjadi viral dengan hadirnya remaja Gen Z dari Citayam, Bojong Gede, dan Depok dengan gaya fesyen unik mereka masing - masing dan banyak di wawancara oleh pembuat konten di sosial media seperti TikTok dan Instagram.
Gaya fesyen mereka yang “nyentrik” membuat seolah - olah kawasan SCBD menjadi ajang runaway bagi mereka, maka muncullah istilah baru “Citayam Fashion Week” yang mendeskripsikan gaya fesyen mereka yang memiliki keunikan tersendiri.
Menanggapi fenomena ini, Gubernur DKI Jakarta dilansir dari CNN Indonesia “Sebagai sebuah pengalaman, siapa saja silahkan datang. Saya mengistilahkan demokratisasi Jalan Jenderal Sudirman, karena menjadi milik semua, siapa saja bisa datang menikmati”.
Sama dengan respon dari Wakil Gubernur DKI Jakarta yang bersyukur bahwa warga di luar Jakarta dapat berkunjung ke Jakarta, dalam infografis buatan iNews.id. Akronim dari SCBD juga diubah menjadi Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok oleh sebagian orang untuk bahan gurauan.
Tentu hal ini memberikan efek pada banyak aspek yang terlibat, seperti bertambahnya pengguna alat transportasi massal (KRL Commuter Line, Transjakarta dan MRT), penjual makanan di sekitar SCBD terutama kedai–kedai atau penjual asongan yang menyediakan makanan atau minuman ramah kantong bagi remaja, dan tentu saja kebersihan kawasan di kawasan SCBD dan sekitar Dukuh Atas.
Tidak sedikit dari netizen yang beranggapan bahwa SCBD berubah menjadi kawasan yang kumuh dengan kehadiran remaja – remaja tersebut.
Sejatinya, ruang terbuka publik merupakan tempat kegiatan fungsional yang mampu menjadi tempat beraktivitas sekaligus untuk mempertemukan kelompok masyarakat (Febriarto, 2021).
Pada buku The Form of Cities (Political Economy and Urban Design) karya Alexander R. Cuthbert “Pada level yang berbeda, simbol dari Ibu Kota juga mewakili dari sifat ketidakpuasan manusia dalam mengkonsumsi sesuatu, dimana beberapa bentuk hiburan/pengalaman perlu dikombinasikan untuk memenuhi keinginan yang berbeda”.
Dari kutipan tersebut, bahwa sudah selayaknya Ibu Kota di desain dengan sebaik – baiknya, tidak hanya didesain untuk kebutuhan pemerintah maupun ekonomi, namun juga dapat memenuhi kebutuhan dasar bagi para penghuni lokal ataupun wisatawan.
Seperti akses transportasi yang mudah dijangkau, trotoar yang memadai untuk pejalan kaki, area terbuka hijau serta fasilitas kebersihan.