Pukul sepuluh pagi
Akarsana datang bersama pasukanÂ
Menghentakkan kakiÂ
Membelah aspal JawaÂ
Pukul sepuluh pagiÂ
Rotasi seakan tak berjalan
Gagahnya surya mendadak sirnaÂ
Menyaksikan Akarsana memendarkan cayanya
Pukul sepuluh pagi
Berdiri Dara lemas terkulai
Terpampang radiasi menusuk sanubari
Terkoyak pendaran caya
Tenggelam dalam pesona
Akarsana sang rajaÂ
Pukul dua belas siangÂ
Surya membalaskan dendam akan kekalahannya oleh AkarsanaÂ
Aspal Yos Sudarso kian membaraÂ
Akarsana raja tak gentar melewatinya
Menunggang kuda besi membawa panah asmaraÂ
Pukul dua belas siang
Berpeluh Dara disengat surya
Akarsana melintas dengan letra menyejukkan
Yang mampu memadamkan bara surya
Akarsana raja dan Dara bersitatap penuh terkaÂ
Namun hening yang menjadi jawabnyaÂ
Pukul dua siangÂ
Berdiam Dara memutar memori
Mata terpejam hati berguncangÂ
Dengan mudah Akarsana masukÂ
Menembus gersangnya sanubari sang Dara
Membidikkan panah asmaraÂ
Membangun istana di sudut lubuk jiwa Â
Pukul sembilan malam
Langit menangis menumpahkan airmata Dalam beku Dara menggores aksaraÂ
Melukis asa dalam kekacauan
Pukul tiga dini hariÂ
Menengadah Dara meminang jawaban
Atas rasa yang tak dapat diterkaÂ
Akarsana datang menimbulkan gelebah
Merubah pedar menjadi kerinduan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H