Mohon tunggu...
Ani Mulyani
Ani Mulyani Mohon Tunggu... Freelancer - Pengajar

Tertarik dengan isu-isu sosial budaya. Semoga tulisan saya bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Terhindar Polusi Udara Jakarta, Terpapar Polusi Suara Saat Liburan

28 Desember 2023   22:29 Diperbarui: 29 Desember 2023   09:13 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi liburan. (Sumber gambar: unsplash.com)

Beberapa kali, suami saya mengobrol dan bersosialisasi dengan mereka, jadi saya hanya mengamati cara mereka berinteraksi dengan orang yang lebih tua, mereka cukup menghormati dan punya etika baik kepada orang yang lebih tua.

Saya banyak merenungkan mengenai fenomena berbicara dengan kata kotor di kalangan anak muda ini, dan berikut beberapa hal yang bisa mendasari perilaku mereka tersebut.

Kata-kata Kotor sebagai Wujud Eksistensi

Pemuda berada di masa tahapan kehidupan di mana mereka menunjukkan eksistensi dan jati diri. Berbicara dengan kata-kata kotor dianggap sebagai upaya menunjukkan diri mereka kepada lingkungan, agar tidak dianggap remeh oleh lingkungan. 

Dengan mendapatkan pengakuan dari lingkungan inilah mereka merasa eksis. Sehingga, kebutuhan akan eksistensinya terpenuhi. Eksistensi diri bukanlah hal yang negatif, melainkan cara pemenuhannya haruslah dengan cara yang positif. 

Kurangnya Kontrol Emosi

Pada tahap perkembangan usia pemuda ini, emosi dirasakan dengan meluap-luap terkadang tanpa disadari mereka tidak mampu mengontrolnya. Meluapkan emosi bukan hal yang salah, justru ketidakmampuan mengenali emosi dan mengekspresikannya secara wajar adalah sebuah alarm bagi kesehatan mental kita. 

Mengekspresikan emosi pada usia muda sering merupakan luapan emosi yang berlebihan dan tidak terkendali, dapat direpresentasikan dalam bentuk makian, amarah dengan kata-kata kotor, kasar dan mengancam.

Mencontoh Lingkungan

Lingkungan para pemuda bermula dari keluarga, tetangga, teman sekolah dan teman sepermainan. Orangtua yang sering kali berinteraksi dengan ucapan kotor entah antar orangtua maupun kepada anaknya akan mudah dicontoh anak-anak, bahkan hingga dewasa. 

Sementara lingkungan tetangga, teman sekolah, maupun teman sepermainan menjadi ruang terbesar anak dalam berinteraksi ketika memasuki usia pemuda. Interaksi yang intens akan menjadikan berbicara dengan kata kotor sebagai kebiasaan dan dianggap wajar.

Mencontoh Idola

Di era internet, pertukaran informasi yang didapatkan bisa sangat mudah dan cepat. Influencer dari berbagai media sosial dijadikan sebagai idola dan panutan bagi generasi muda, khususnya penggunaan bahasa dalam berinteraksi di konten media sosialnya.

Setelah mengetahui penyebab pemuda menggunakan kata-kata kotor dalam berinteraksi, maka baiknya kita mengetahui dampaknya bagi pemuda.

Seseorang yang terbiasa menggunakan kata-kata kotor dalam berinteraksi akan mudah terganggu secara psikologis, yakni mudah merasa tersinggung, marah dan dendam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun