0000 [caption caption="Keraton Yogyakarat (Dokpri)"][/caption]
Yogyakarta punya segudang opsi untuk wisatawan. Daerah istimewa ini memang dari dulu sudah menjadi salah satu destinasi yang sering dikunjungi wisatawan. Tapi tahukah kamu kalo ada beberapa hal tentang yogya yang belum kamu ketahui? Penasaran? Mau Tahu?
Yuk cari jawabannya di bawah ini.
1. Kota dengan Banyak Nama
[caption caption="1001 nama yogya"]
[/caption]
Banyak orang menyebut Yogyakarta dengan nama berbeda-beda. Orang-orang tua menyebut Ngayogyakarta, orang-orang Jawa Timur dan Jawa Tengah menyebut Yogja atau Yojo. Disebut Jogja dalam slogan Jogja Never Ending Asia. Belakangan muncul sebutan baru, yaitu Djokdja. Sekilas memang membingungkan, namun menunjuk pada daerah yang sama. Lalu, bagaimana bisa kisahnya sampai nama kota ini bisa begitu bervariasi?
Paling tidak, ada 3 perkembangan yang bisa diuraikan. Nama Ngayogyakarta dipastikan muncul tahun 1755, ketika Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I mendirikan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton yang berdiri di Alas Bering itu merupakan wujud Perjanjian Giyanti yang dilakukan dengan Pakubuwono III dari Surakarta.
Tak jelas kapan mulai muncul penamaan Yogyakarta, apakah muncul karena pemenggalan dari nama Ngayogyakarta atau sebab lain. Namun, nama Yogyakarta secara resmi telah dipakai sejak awal kemerdekaan Indonesia. Ketika menjadi ibukota Indonesia pada tahun 1949, kota yang juga bergelar kota pelajar ini sudah disebut Yogyakarta. Sri sultan Hamengku Buwono IX juga menggunakan nama Yogyakarta ketika mengumumkan bahwa kerajaan ini merupakan bagian dari Republik Indonesia.
Berbagai penamaan muncul kemudian, seperti Yogja, Jogja, Jogya dan Yogya. Bisa dikatakan bahwa variasi nama itu muncul akibat pelafalan yang berbeda-beda antar orang dari berbagai daerah di Indonesia. Uniknya, hampir semua orang bisa memahami tempat yang ditunjuk meski cara pengucapannya berbeda
2. Yogyakarta Miniatur Indonesia
[caption caption="Miniatur Indonesia"][/caption]
Mengapa sih Jogja disebut sebagai miniatur Indonesia? Bukan menjadi suatu hal yang rahasia lagi bagi seluruh masyarakat Indonesia bahwa Yogyakarta merupakan kota pelajar. Selain itu Yogyakarta juga sebagai kota budaya dan kota seni yang akan terus melestarikan warisan nenek moyang dan terus melahirkan karya-karya baru yang layak untuk dipertontonkan sampai manca negara. Dari kedua julukan itulah, Yogyakarta menjadi pusat kegiatan pembelajaran dari seluruh generasi di Indonesia, sebagai pusat untuk tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu). Selain sebagai pusat pendidikan, Yogyakarta juga sebagai tempat tujuan wisata, sehingga baik wisatawan domestik sampai mancanegara menjadikan wisata Yogyakarta sebagai tempat yang menawarkan keindahan dan kekayaan indonesia yang dapat dinikmati secara keseluruhan.
Dengan sebutan itu, maka dapat dimanfaatkan bagi para pelajar maupun umum untuk mempelajari kebudayaan dan bahasa kawannya yang berasal dari daerah yang berbeda. Misalnya saja ketika salah satu kawan ialah orang sunda, selain berbagi cerita dan pengalaman dapat pula belajar bahasa sunda secara langsung dari orang sunda itu sendiri. Selain itu dapat pula mengenalkan suatu yang khas dari sunda seperti dalam kuliner dapat di kenalkan apa itu peuyeum, bagaimana proses pembuatannya. Lalu pada tarian, yang mempunyai ciri khas gerakan dominan di pinggul. Kemudian pada alat musik yang mungkin saja masyarakat lebih mengenal angklung. Padahal ada alat musik lainnya yang disebut karinding.
Kemudian dari sini pula dapat mengenalkan budaya jawa kepada kawan-kawan yang berasal dari luar jawa. Dari segi bahasanya sendiri memiliki tingkatan dari ngoko, ngoko alus, krama, krama inggil dan lain sebagainya. Lalu dari kebiasaan santun senyum dan sapa dari masyarakat jawa itu sendiri, dan masih banyak lagi.
3. Rahasia Merapi, Keraton, dan Pantai Selatan
[caption caption="Garis Lurus antara Merapi, Tugu Yogya dan Pantai parangkusumo"]
[/caption]
Tahukah Anda bahwa Gunung Merapi, Tugu Jogja, Kraton dan Pantai Selatan (Parangkusumo) terletak dalam satu garis lurus ?
Pengamatan citra satelit memang memperlihatkan bahwa lokasi – lokasi tersebut, berikut jalan yang menghubungkannya, hampir terletak dalam satu garis. Mari kita buktikan bersama !
Gunung Merapi menduduki posisi penting dalam mitologi Jawa. Diyakini sebagai pusat kerajaan makhluk halus, yakni sebagai tempat para arwah untuk menunggu giliran dipanggil ke surga, atau dikenal sebagai “swarga pangrantunan”.
Gunung yang menjadi batas utara Yogyakarta ini bisa menjadi awal garis lurus imajiner. Kemudian ke selatan, maka akan menemui titik Tugu Jogja.
Tugu berada di tengah perempatan Jl. Mangkubumi, Jl, Diponegoro, Jl. AM. Sangaji dan Jl. Jend. Sudirman. Tugu ini dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I atau tepatnya satu tahun setelah berdiri keraton Yogyakarta. Keberadaan tugu ini merupakan patokan arah Sultan dalam melakukan meditasi yang menghadap ke Gunung Merapi.
Dari tugu menuju selatan, Anda akan menjumpai Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di depan kraton terdapat halaman yang lapang, atau yang lazim dikenal sebagai alun – alun. Alun – alun utara memiliki banyak fungsi, pada saat hari-hari biasa, sebagai tempat olahraga, areal parkir, ataupun sebagai tempat untuk berjualan. Pada saat tertentu, lokasi ini berfungsi sebagai tempat untuk merayakan berbagai macam perayaan seperti gunungan serta sekaten (pasar malam).
Dan yang tak kalah penting adalah keberadaan pantai Parangkusumo di ujung selatan Yogyakarta. Nuansa sakral sangat terasa jika Anda memasuki kompleks Parangkusumo, wewangian kembang setaman dan juga wangi kemenyan langsung menyapa siapapun yang datang. Hal tersebut disebabkan karena pantai ini dianggap sebagai pintu gerbang menuju kerajaan penguasa laut selatan.
Baik Gunung Merapi maupun Pantai Parangkusumo memiliki arti yang sangat penting bagi Kraton Yogyakarta. Kraton merupakan titik keseimbangan antara api yang dilambangkan Merapi dan air yang disimbolkan sebagai Parangkusumo.
Keseimbangan tersebut terdiri dari horizontal dan vertikal. Horizontal (laut selatan) mencerminkan hubungan antar sesama manusia. Sedangkan vertikal (Merapi) adalah hubungan manusia dengan Penciptanya.
4. Kerajaan
[caption caption="Kesultanan Yogyakarta"]
[/caption]
Rahasia ke empat adalah status “daerah istimewa” Yogyakarta? Ini karena Yogyakarta adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang masih menerapkan sistem pemerintahan kerajaan. Sultan Yogyakarta otomatis menjadi gubernur tanpa dipilih oleh rakyat melalui pilkada.
Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri, di jaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja.
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I.
Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua itu dinyatakan di dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941 No. 47 dan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 No. 577.
Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
Sebagai Daerah Otonom setingkat Propinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H