Tulisan ini lahir karena selama lebih dari 1 bulan ini, saya telah melakukan kebiasaan menunda suatu hal yang sangat sederhana. Dan hal ini menjadi penyakit yang tak terelakkan. 'Saya akan menelpon ayah saya besok', 'saya akan menulis satu halaman setiap hari', 'membaca satu artikel per hari', 'belajar IELTS tiga puluh menit per hari'.
Namun yang terjadi adalah, saya tidak pernah menghubungi ayah saya, padahal sangat merindukannya. Menjelang dua bulan ini hanya menerbitkan tiga artikel dan tidak pernah menyentuh buku ataupun belajar IELTS.
Mengapa saya begitu menahan diri dan tidak melakukan apapun?
Hal ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada 2021, menunda mengerjakan tesis dengan alasan 'akan mulai besok' tidak terasa memakan waktu selama 1,5 tahun. Lalu, awal pada 2022. Ibu saya drop dan mengharuskan bolak-balik rumah sakit. Ego saya berkata, 'saya akan menjenguk ibu saya dirumah sakit besok', 'saya akan menelponnya', 'besok saya akan menenami ibu saya'. Hingga dalam beberapa hari, ibu saya meninggal, tanpa banyak menghabiskan banyak waktu bersamanya di saat-saat terakhir.
Saya terlambat. Saya kehilangan ibu saya. Dan saya tidak berbuat banyak untuknya. Karena menurut ego saya pada saat itu, masih ada 'hari esok', masih banyak waktu untuk bersama ibu saya. Sayangnya, 'hari esok' itu tidak pernah datang. Ibu saya telah pergi untuk selamanya. Hanya meninggalkan luka dan rasa penyesalan yang amat dalam.
Memasuki 2024, saya mulai bangkit. Sembuh dari depresi dan memulai resolusi baru. Karena pada tahun-tahun sebelumnya telah banyak penundaan yang berdampak buruk pada kemajuan dan kesehatan mental. Saya bertekad untuk tidak lagi nurutin ego dan membohongi diri sendiri dengan sembunyi dibalik kata 'mulai besok aja'.
Saya mulai membuat jadwal harian, journaling dan segudang afirmasi positif. Tentu dengan percaya diri bahwa jadwal terperinci ini akan berjalan mulus tanpa alasan. Saya pikir, menulis adalah hal yang baik untuk saya. Karenanya, menulis akan menjadi fokus utama pada tahun ini. Mulai dengan sebuah afirmasi, 'Saya akan mulai tanggal 1 januari', 'mulai menulis pada jam 10 pagi', 'saya tidak akan menunda apapun lagi'.
Kenyataan pahitnya adalah, sampai saat ini saya hanya mampu menyelesaikan 3 artikel saja. Lagi-lagi, selalu bersembunyi di balik kata, 'saya akan mulai besok'. Besok lagi. Dan lagi. Selalu besok. Saya selalu berbohong pada diri saya sendiri.
Perasaan nyaman namun tidak tenang menemani keseharian jiwa pembohong ini. Hingga pada titik saya menyadari sesuatu tentang diri saya. Bahwa saya adalah seorang prokrastinasi. Ketika menyadarinya, saya mencoba untuk melawannya. Selama proses itu juga, saya menemukan tamparan baru tentang diri saya. Orang yang suka menunda-nunda sering kali bersifat impulsif.
Orang impulsif ini seringkali mempunyai banyak ide bagus dan antusias pada awalnya. Namun belakangan, kurangnya disiplin diri membuat mereka berhenti memulai atau menyelesaikan tugas. Mereka akan beralih dari ide baru ke ide baru. Setiap kali melaksanakan proyek, proyek baru akan menarik perhatiannya.
Yaa, saya adalah prokrastinasi yang impulsif. Saya telah gagal memulai sesuatu ratusan kali. Saya juga telah berhenti ratusan kali. Saya memulai sesuatu dan kemudian membiarkan hal-hal itu terhenti dan menghilang. Saya bersemangat membicarakan proyek baru yang sedang saya kerjakan dan kemudian tidak pernah tertarik dengan proyek itu lagi.
Setelah lulus pascasarjana, banyak bidang yang telah saya menarik perhatian saya. Mulai dari ingin bekerja di Kedutaan dan menekuni segala persiapan, namun ketatnya persaingan membuat perhatian saya teralihkan. Dunia bisnis pun menjadi fokus perhatian saya setelahnya. Saya pun mulai beralih dengan menekuni dunia gula aren dan ingin mengembangkannya menjadi komoditas ekspor.
Rumitnya bermain di dunia ekspor membuat proyek ini pun terhenti. Lalu saya beralih ke dunia franchise. Berbulan-bulan saya menekuni paket usaha, paket franchise yang sekiranya cocok untuk pemula. Namun hal itu tidak membuat proyek franchise berjalan. Saya kembali ke dunia kerja. Dan bekerja selama 1 tahun.
Namun lagi-lagi, ada hal lain yang menarik perhatian. Mendekati 2024, menulis menjadi dopamin saya. Saya pun mulai menulis untuk diposting di web. Â Memasuki pertengahan kehamilan, saya pun resign dan hanya menghabiskan waktu dengan menulis.
Di tengah proses itupun, tentu banyak yang menjadi benalu dalam produktivitas keseharian. Tiba-tiba ingin buka usaha FnB, tiba-tiba ingin menjadi seorang importir di bidang fashion, dan masih banyak lagi. Sehingga menulis pun saya tinggalkan. Sekali lagi, saya menemukan diri saya dalam keadaan buntu. Saya tahu harus bertindak tetapi saya merasa tidak mampu untuk melakukannya.
Rasa khawatir bahwa saya tidak akan berhasil adalah boomerangnya. Alasan ini, membuat saya selama berminggu-minggu (terkadang berbulan-bulan) tanpa melakukan apapun. Takut gagal, tidak percaya diri, sifat impulsif dan manajemen waktu yang buruk adalah ciri-ciri dari seorang prokrastinasi yang sangat menonjol.
Fakta yang paling brutal adalah bahwa prokrastinasi sulit diatasi. Prokrastinasi  sulit dihilangkan. Hal ini terjadi pada diri saya. Namun, karena saya telah mengenal diri saya serta menyadari dampaknya. Saya akan terus melawannya. Yang perlu saya tekankan adalah selalu ada langkah kecil yang dapat dilakukan.
Namun, kenyataan bahwa langkah tersebut sangat kecil itulah yang membuatnya sulit dilakukan.
Mengapa demikian?
Normalnya, kebanyakan orang menginginkan kegiatan yang menenangkan dan mamanjakan. Pada era ini, secara alami, orang biasanya akan terjun ke dunia kecanduan digital yang menghasilkan dopamin yang tinggi. Scroll Tiktok, Instagram, Facebook, Youtube dan game untuk menghabiskan waktu luang.
Awalnya, mungkin berkomitmen untuk melakukannya dalam 10 menit. Namun, dopamin yang aktif, godaan untuk melakukannya  20 atau 30 menit lagi akhirnya menguasai. Kemudian, beberapa menit berubah menjadi 1 jam lagi.
Lalu, pola pikir yang hanya menemukan cara untuk menghilangkan stress pada saat itu juga, tetapi tidak membayangkan dampak penundaan terhadap kemajuan di masa depan. Parahnya lagi, terkadang, mencoba menemukan alasan yang sah untuk menunda kegiatan. Dan satu hal yang memberikan validasi untuk tidak segera melakukan kegiatan adalah rasa lelah.
Sehingga respon dari semua premis itu adalah adalah 'saya akan melakukannya besok' tanpa menyadari bahwa 'besok' adalah kata favorit bagi orang yang suka menunda dan musuh dari kemajuan.
Hidup adalah pilihan yang penuh dengan konsekuensi di dalamnya. Ketika saya memutuskan untuk membiarkan diri saya menjadi seorang prokrastinasi, maka saya hanya punya banyak hari kosong hari kemarin. Tidak ada kemajuan apapun.
Sebelumnya, tindakan saya mungkin sudah berdarah daging sehingga saya tidak menyadari bahwa tindakan tersebut merusak kemajuan. Tapi sekarang, saya menemukan diri saya sendiri. Menemukan pola pikir baru. Mantra baru. Tidak ada lagi alasan. Tidak ada lagi 'saya terlalu lelah', 'itu terlalu sulit', 'saya tidak mampu', 'terlambat untuk memulai'. Itu semua hanyalah kebohongan. Jika terus menyia-nyiakan waktu, sementara orang lain memaksimalkan waktunya, maka harus siap menanggung konsekuensi ketertinggalan.
Terlepas kegagalan yang terjadi dalam hidup saat ini. Saya masih disini dan itu berarti saya memiliki kesempatan lain untuk menciptakan kehidupan yang saya inginkan. Jadi, tidak masalah seberapa lambat melangkah, yang terpenting adalah progress dan konsistensi.
Biar saya beritahu sesuatu.
Jika kamu menunggu sampai kamu siap, maka yang terjadi hanyalah akan menunggu seumur hidupmu. Percayalah, keraguan adalah musuh untuk tumbuh dan berkembang. Kebiasaan menunda adalah penghancur dari sebuah kesempatan, tujuan dan mimpi. Kesuksesan tidak menunggu mereka yang suka menunda pekerjaan. Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk memulai. Tetapi waktu terbaik adalah saat menerima ketidaknyamanan dalam memulai.
Lakukanlah hal yang selalu kamu katakan akan kamu lakukan mulai besok, dan lakukan versi sekecil mungkin mulai hari ini. Misalnya, jika kamu mengatakan akan mulai makan sehat mulai besok. Maka belilah bahan-bahan untuk memasak makanan sehat hari ini. Jika kamu berniat untuk berhenti merokok, maka buanglah semua rokokmu pada hari ini. Jika berniat untuk berolahraga dan pergi ke gym besok, maka mulai lah untuk mendaftar dan berlangganan gym mulai hari ini.
Kita semua pernah mendengarnya, perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. Dalam Atomics Habits diajarkan, jika kamu melakukan sesuatu secara konsisten, meskipun hanya beberapa menit setiap hari. Hal itu akan mulai menjadi bagian yang lebih besar dalam hidupmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI