Setelah lulus pascasarjana, banyak bidang yang telah saya menarik perhatian saya. Mulai dari ingin bekerja di Kedutaan dan menekuni segala persiapan, namun ketatnya persaingan membuat perhatian saya teralihkan. Dunia bisnis pun menjadi fokus perhatian saya setelahnya. Saya pun mulai beralih dengan menekuni dunia gula aren dan ingin mengembangkannya menjadi komoditas ekspor.
Rumitnya bermain di dunia ekspor membuat proyek ini pun terhenti. Lalu saya beralih ke dunia franchise. Berbulan-bulan saya menekuni paket usaha, paket franchise yang sekiranya cocok untuk pemula. Namun hal itu tidak membuat proyek franchise berjalan. Saya kembali ke dunia kerja. Dan bekerja selama 1 tahun.
Namun lagi-lagi, ada hal lain yang menarik perhatian. Mendekati 2024, menulis menjadi dopamin saya. Saya pun mulai menulis untuk diposting di web. Â Memasuki pertengahan kehamilan, saya pun resign dan hanya menghabiskan waktu dengan menulis.
Di tengah proses itupun, tentu banyak yang menjadi benalu dalam produktivitas keseharian. Tiba-tiba ingin buka usaha FnB, tiba-tiba ingin menjadi seorang importir di bidang fashion, dan masih banyak lagi. Sehingga menulis pun saya tinggalkan. Sekali lagi, saya menemukan diri saya dalam keadaan buntu. Saya tahu harus bertindak tetapi saya merasa tidak mampu untuk melakukannya.
Rasa khawatir bahwa saya tidak akan berhasil adalah boomerangnya. Alasan ini, membuat saya selama berminggu-minggu (terkadang berbulan-bulan) tanpa melakukan apapun. Takut gagal, tidak percaya diri, sifat impulsif dan manajemen waktu yang buruk adalah ciri-ciri dari seorang prokrastinasi yang sangat menonjol.
Fakta yang paling brutal adalah bahwa prokrastinasi sulit diatasi. Prokrastinasi  sulit dihilangkan. Hal ini terjadi pada diri saya. Namun, karena saya telah mengenal diri saya serta menyadari dampaknya. Saya akan terus melawannya. Yang perlu saya tekankan adalah selalu ada langkah kecil yang dapat dilakukan.
Namun, kenyataan bahwa langkah tersebut sangat kecil itulah yang membuatnya sulit dilakukan.
Mengapa demikian?
Normalnya, kebanyakan orang menginginkan kegiatan yang menenangkan dan mamanjakan. Pada era ini, secara alami, orang biasanya akan terjun ke dunia kecanduan digital yang menghasilkan dopamin yang tinggi. Scroll Tiktok, Instagram, Facebook, Youtube dan game untuk menghabiskan waktu luang.
Awalnya, mungkin berkomitmen untuk melakukannya dalam 10 menit. Namun, dopamin yang aktif, godaan untuk melakukannya  20 atau 30 menit lagi akhirnya menguasai. Kemudian, beberapa menit berubah menjadi 1 jam lagi.
Lalu, pola pikir yang hanya menemukan cara untuk menghilangkan stress pada saat itu juga, tetapi tidak membayangkan dampak penundaan terhadap kemajuan di masa depan. Parahnya lagi, terkadang, mencoba menemukan alasan yang sah untuk menunda kegiatan. Dan satu hal yang memberikan validasi untuk tidak segera melakukan kegiatan adalah rasa lelah.