Mohon tunggu...
Anik Setyani Rahayu
Anik Setyani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Ketindihan: Antara Mitos dan Penjelasan Ilmiah

21 September 2024   20:53 Diperbarui: 21 September 2024   22:28 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketindihan, atau sering disebut dengan "sleep paralysis" dalam istilah medis, adalah fenomena di mana seseorang mengalami kelumpuhan sementara saat tertidur atau baru bangun. Dalam kondisi ini, individu merasa sadar tetapi tidak bisa bergerak atau berbicara, dan sering kali disertai dengan perasaan tercekik, sesak napas, atau bahkan halusinasi. Di berbagai budaya, fenomena ini sering dikaitkan dengan kisah-kisah mistis atau supranatural.

Pengalaman Ketindihan di Berbagai Budaya

Di Indonesia, ketindihan sering dikaitkan dengan hal-hal gaib, seperti kehadiran makhluk halus atau roh jahat. Masyarakat Jawa, misalnya, percaya bahwa ketika seseorang mengalami ketindihan, itu berarti mereka sedang "ditekan" oleh makhluk tak kasat mata. Ada juga keyakinan bahwa makhluk seperti "hantu pocong" atau "setan" sedang mencoba mengganggu atau mendekati orang yang sedang tidur.

Di berbagai belahan dunia lainnya, pengalaman ini juga sering dihubungkan dengan mitos setempat. Di Jepang, fenomena ini disebut "kanashibari", yang berarti "terikat oleh tali besi," dan dianggap sebagai tanda bahwa roh jahat sedang menekan tubuh seseorang. Di negara-negara Barat, cerita tentang "old hag", sosok penyihir tua yang duduk di dada seseorang dan menyebabkan sesak napas, sering digunakan untuk menjelaskan ketindihan.

Gejala Sleep Paralysis

Secara medis, ketindihan atau sleep paralysis biasanya terjadi saat seseorang berada dalam fase tidur "REM (Rapid Eye Movement)", fase tidur yang biasanya terkait dengan mimpi. Selama fase REM, otak kita secara alami melumpuhkan sebagian besar otot tubuh agar kita tidak bertindak sesuai dengan mimpi kita. Namun, pada sleep paralysis, kelumpuhan otot ini masih berlanjut bahkan setelah kita mulai sadar dari tidur, menyebabkan sensasi terjebak dalam tubuh sendiri.

Gejala umum ketindihan meliputi:

- Ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara selama beberapa detik hingga beberapa menit.
- Perasaan tertekan di dada, seolah-olah ada yang menindih.
- Sensasi seperti ada yang mengawasi atau mendekati.
- Halusinasi visual atau auditori, seperti melihat bayangan gelap atau mendengar suara aneh.
- Rasa takut yang intens karena ketidakmampuan untuk mengontrol situasi.

Penyebab Sleep Paralysis

Sleep paralysis sering kali terjadi ketika seseorang kurang tidur, mengalami stres, atau memiliki jadwal tidur yang tidak teratur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti "gangguan tidur", "kelelahan", dan "tidur terlentang" dapat meningkatkan risiko terjadinya fenomena ini. Selain itu, orang yang menderita "narcolepsy", gangguan tidur yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan di siang hari, lebih rentan mengalami ketindihan.

Dalam beberapa kasus, sleep paralysis juga dapat dikaitkan dengan "kecemasan", "depresi", atau trauma psikologis. Orang yang mengalami stress berat atau kejadian traumatis lebih mungkin mengalami fenomena ini karena tubuh mereka lebih sulit untuk memasuki pola tidur yang sehat dan stabil.

Penanganan dan Pencegahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun