Dalam hening malam, bayangmu hadir,Â
Mengisi setiap sudut jiwaku yang sepi,Â
Namun di balik senyummu yang tulus,Â
Ada rindu yang terpendam, tak terungkap.
Cinta ini, seperti aliran sungai,Â
Mengalir deras, meski terhalang batu,Â
Restu orang tua, bagai kabut kelabu,Â
Menutupi harapan yang kian pudar.
Dada ini sesak, bergetar oleh rasa,Â
Setiap detak jantung, mengingatkan kita,Â
Di antara mimpi dan realita pahit,Â
Kita terjebak, tak tahu arah lagi.
Seandainya cinta ini bisa berbicara,Â
Ia akan merayu langit untuk mendengar,Â
Agar tak ada lagi tembok pemisah,Â
Hanya ada kita, dalam pelukan yang hangat.
Tapi kini, aku hanya bisa berdoa,Â
Di antara bintang yang bersinar redup,Â
Semoga cinta ini takkan sia-sia,Â
Meski jarak dan waktu, jadi penghalang.
Jika suatu saat, restu kan datang,Â
Kita kan menari di bawah cahaya rembulan,Â
Namun hingga saat itu tiba, aku bertahan,Â
Dengan dada yang sesak, dan cinta yang abadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI