Satu masa telah hilang,Â
Sesal merayap di relung jiwa,Â
Sebuah perjalanan yang terhenti,Â
Di setiap detik berapi-api,Â
Menghanguskan harapan yang kian pudar.
Merah meradang, seperti gejolak angin,Â
Menggapai asa dalam keremangan malam,Â
Menuju arah tak pasti, terus menanti,Â
Mencari bintang di langit yang kelam,Â
Dalam hati yang penuh resah dan gelisah.
Takut menggigil, seluruh badan bergetar,Â
Bibir kelu, terbungkam oleh kenyataan semu,Â
Risau terpaku pada bayang-bayang,Â
Kehilangan menggenggam erat,Â
Mencipta kerinduan yang tak tertahankan.
Di setiap langkah, jejak yang tertinggal,Â
Memanggil kembali apa yang terlewat,Â
Waktu berlari, tapi hati terhenti,Â
Menjaga rasa dalam tumpukan kenangan,Â
Yang seakan tak pernah usai, tak pernah pergi.
Hening Waktu
Satu masa telah hilang,Â
Sesal merayap di relung jiwa,Â
Sebuah perjalanan yang terhenti,Â
Di setiap detik berapi-api,Â
Menghanguskan harapan yang kian pudar.
Merah meradang, seperti gejolak angin,Â
Menggapai asa dalam keremangan malam,Â
Menuju arah tak pasti, terus menanti,Â
Mencari bintang di langit yang kelam,Â
Dalam hati yang penuh resah dan gelisah.
Takut menggigil, seluruh badan bergetar,Â
Bibir kelu, terbungkam oleh kenyataan semu,Â
Risau terpaku pada bayang-bayang,Â
Kehilangan menggenggam erat,Â
Mencipta kerinduan yang tak tertahankan.
Di setiap langkah, jejak yang tertinggal,Â
Memanggil kembali apa yang terlewat,Â
Waktu berlari, tapi hati terhenti,Â
Menjaga rasa dalam tumpukan kenangan,Â
Yang seakan tak pernah usai, tak pernah pergi.
Mimpi yang pernah bersinar,Â
Kini terbenam dalam kabut kesedihan,Â
Namun harapan tetap menjalar,Â
Seperti akar yang tak lekang oleh waktu,Â
Menemukan celah di antara reruntuhan.
Satu masa memang telah hilang,Â
Namun perjalanan takkan terhenti di sini,Â
Dalam setiap deru napas, ada harapan,Â
Bahwa esok kan membawa cahaya,Â
Menyinari jiwa yang pernah terluka.
Biar sesal mengisi isi kepala,Â
Ku biarkan ia melukis kisah yang terpendam,Â
Dalam keheningan, aku belajar,Â
Menghargai setiap detik yang terlewat,Â
Menuju hari baru yang tak terduga.
Mimpi yang pernah bersinar,Â
Kini terbenam dalam kabut kesedihan,Â
Namun harapan tetap menjalar,Â
Seperti akar yang tak lekang oleh waktu,Â
Menemukan celah di antara reruntuhan.
Satu masa memang telah hilang,Â
Namun perjalanan takkan terhenti di sini,Â
Dalam setiap deru napas, ada harapan,Â
Bahwa esok kan membawa cahaya,Â
Menyinari jiwa yang pernah terluka.
Biar sesal mengisi isi kepala,Â
Ku biarkan ia melukis kisah yang terpendam,Â
Dalam keheningan, aku belajar,Â
Menghargai setiap detik yang terlewat,Â
Menuju hari baru yang tak terduga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI